Mohon tunggu...
Shafina  C P
Shafina C P Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cara Terbaik dalam Memahami

3 Desember 2020   19:11 Diperbarui: 3 Desember 2020   19:27 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nah, biasanya orang-orang menganggap dirinya paham dengan rumus fisika hanya dengan mengamati rumus yang ada di depan papan tulis. Tapi lo tau nggak? Ketika dia berhadapan dengan soal yang sedikit berbeda, di mana rumusnya sedikit berbeda dengan rumus yang dia tau, dia bakal kesulitan ngerjain soal itu. Itu karena dia nggak pernah berlatih dengan soal-soal fisika, kita anggap ngerjain soal fisika itu sebagai 'interaksi'. Semakin sering kita mengerjakan soal fisika, secara tidak sadar kita memahami fisika lebih dalam. Tentu kita harus tau rumus-rumus fisika. Dalam soal fisika, ada soal yang menggunakan lebih dari satu rumus. Semakin kita berlatih, semakin kita paham rumus yang mana saja yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut." terang Aahva.

"Jadi, maksud lo, selain mengamati Rita, gue juga perlu berinteraksi dengan dia kan? Tapi selama ini gue berinteraksi kok."

"Interaksi yang gue maksud berbeda sama punya lo. Maksud gue, selain mengamati, lo juga perlu inisiatif tanya-tanya soal dia. Walaupun lo tanya-tanya tentang dia biar bisa ngertiin dia, lo juga perlu gunain pengamatan lo, ada beberapa hal yang nggak bisa dikasih tau ke orang lain. Jadi, jangan maksain dia, OK? Oh ya satu hal lagi, jangan menganggap seseorang itu sama seperti apa yang lo lihat. Orang yang lo kira tangguh bisa aja orang yang rapuh, orang yang terlihat kasar bisa saja sebenarnya lembut, dan orang yang terlihat selalu ceria bisa saja sering bersedih. Intinya, tidak semua yang terlihat dari luar mencerminkan apa yang ada di dalam." Aahva tersenyum seraya mengusap kepalaku.

Aku membalas senyumannya, "OK, tapi nggak ngusep kepala gue. Gue belum keramas."

Ia langsung menarik tangannya secepat kilat. "Jorok lo, Ra! Kasih tau dari tadi kek!"

"Salah sendiri main ngusep kepala gue kayak ngusep bohlam lampu."

Besoknya, aku menanyai Rita tentang kejadian kemarin. Awalnya dia terlihat ragu untuk bercerita, aku bilang dia tidak perlu bercerita kalau dia tidak mau. Seperti kata Aahva, ada beberapa hal yang tidak bisa diberitahukan pada orang lain. Namun, Rita akhirnya bercerita tentang pria itu, pria yang membuatnya trauma delapan tahun yang lalu. Pria yang ternyata dulu kakak tirinya itu sering mengurungnya di ruang bawah tanah saat orang tua mereka pergi, tanpa ada makanan dan minuman, bahkan tidak ada penerang sedikit pun pada ruangan itu, ruangan yang pengap membuatnya sulit bernapas hingga akhirnya pingsan. Akhirnya ayah kandung Rita mengetahui hal itu dan bercerai.

Aku tidak menyangka Rita memiliki masa lalu yang seperti itu. Memang benar, tidak semua yang terlihat dari luar mencerminkan apa yang ada di dalam. Rita yang menurutku dewasa dan tenang, seakan tidak ada masalah apa pun yang menghampirinya, ternyata mengalami hal yang cukup berat saat berusia delapan tahun.

Tidak semua yang terlihat dari luar mencerminkan apa yang ada di dalam. Interaksi adalah cara terbaik dalam memahami orang lain, kita bisa mengetahui hal yang tidak pernah diperlihatkan sebelumnya. Perlahan, kebiasaanku memahami sekitarku dengan cara mengamati, berubah menjadi interaksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun