Malah jualan kue keliling untuk membantu ibu dan biaya sekolah adikku.
Rasa malu menjalar keseluruh tubuh jika harus berhadapan dengan teman-temanku dulu.
"Lah, jualan kue, Rani? Nggak kuliah? Kasian banget."
Setidaknya begitu ucapan mereka ditambah tatapan nyinyir. Ingin sekali kulemparkan kue ini ke wajah mereka.
Ucapan yang sama sekali tak bisa menjaga perasaan. Ya! Aku memang mudah tersinggung.
Di bawah teriknya matahari, aku harus berjalan kaki untuk jualan kue. Kadang menitipkan beberapa kue ke warung-warung. Sebelum jam tiga sore memang aku sudah pulang. Kue yang kubawa, ludes terjual. Ya, gimana nggak ludes. Kuenya enak, harganya pun cuma seribu rupiah.
Kualat emang kalau nggak laku.
 Sementara perjalanan pulang, aku rehat sebentar di pinggiran toko, menghitung hasil jualanku hari ini.
Yah, lumayanlah.
Aku beringsut dari tempat duduk, tapi sebelum kulangkahkan kaki lebih jauh. Seorang pria menegurku dari belakang.
"Rani?"Â