Â
Oohh, sekilas Eko melihat kembali lambaian dan senyum ayahnya. Eko berteriak sekuatnya. Namun kenampakan sang ayah hanya sesaat.
Â
Prosesi pemakaman sudah selesai. Orang sudah meninggalkan tanah makam itu. Tinggallah Eko dengan jasadnya yang berada dalam kegelapan bumi. "Benar juga," pikir Eko, Â "yang berasal dari tanah kembali ke tanah."
Â
Eko kembali dalam kebimbangan. Akan meninggalkan jasadnya dalam timbunan itu sampai menjadi tanah, kembali ke rumah bersama ibu dan adiknya, atau mencari ayahnya yang nampak senyum dan melambai.....? Oohh," Aku jadi bingung," pikirnya, kontras diksi dunia fana dan alam baka.
Â
Eko mengingat kembali peristiwa yang menimpanya. Kala itu ia bersama temannya, Yudi dan Andi dalam konvoi kendaraan menuju tempat kerja. Fajar sedang bersiap menyingsing. Jalanan masih sepi. Suasana inilah yang menjadikan manusia lena.
Â
Sebuah kendaraan besar melaju dari arah yang berlawanan. Sampai di sebuah tikungan, sopir tak dapat mengendalikan kendaraannya. Eko kaget menghadapi keadaan itu. Ia pun tak bisa mengendalikan motornya, dan oohh, menghantam bagian belakang kendaraan besar itu.
Â