Mohon tunggu...
F. Sugeng Mujiono
F. Sugeng Mujiono Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Penantian

27 Maret 2021   19:41 Diperbarui: 27 Maret 2021   19:43 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Oohh, sekilas Eko melihat kembali lambaian dan senyum ayahnya. Eko berteriak sekuatnya. Namun kenampakan sang ayah hanya sesaat.

 

Prosesi pemakaman sudah selesai. Orang sudah meninggalkan tanah makam itu. Tinggallah Eko dengan jasadnya yang berada dalam kegelapan bumi. "Benar juga," pikir Eko,  "yang berasal dari tanah kembali ke tanah."

 

Eko kembali dalam kebimbangan. Akan meninggalkan jasadnya dalam timbunan itu sampai menjadi tanah, kembali ke rumah bersama ibu dan adiknya, atau mencari ayahnya yang nampak senyum dan melambai.....? Oohh," Aku jadi bingung," pikirnya, kontras diksi dunia fana dan alam baka.

 

Eko mengingat kembali peristiwa yang menimpanya. Kala itu ia bersama temannya, Yudi dan Andi dalam konvoi kendaraan menuju tempat kerja. Fajar sedang bersiap menyingsing. Jalanan masih sepi. Suasana inilah yang menjadikan manusia lena.

 

Sebuah kendaraan besar melaju dari arah yang berlawanan. Sampai di sebuah tikungan, sopir tak dapat mengendalikan kendaraannya. Eko kaget menghadapi keadaan itu. Ia pun tak bisa mengendalikan motornya, dan oohh, menghantam bagian belakang kendaraan besar itu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun