Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Paradise di Selat Lembeh

11 Mei 2016   07:31 Diperbarui: 11 Mei 2016   07:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deasy yang sejak tadi hanya diam. Namun dengan kenyataan caping Johny telah dilepaskan dari kepalanya, matanya batinnya agak terkesiap.Entah. Dari rongga yang paling terdalam ada secuil kehangatan dan kedamaian. Deasy yang selama ini tinggal bersama papinya yang terkenal sebagai seorang pengusaha. Deasy adalah Putri satu-satunya dari Bapak Kalle. Maminya telah lama meninggal. Sehari – hari Deasy bekerja disebuah Bank. Namun setelah mendengar papinya akan membuka sebuah resort disebuah pulau Deasy akan meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang karyawan Bank. Oleh karena itu, setelah diajak papinya untuk menengok lokasi tersebut iapun bersemangat.

“Terima kasih, Nona Des…!”

“Panggil saja Deasy, !”

“O,iya, terima kasih Deasy!

“Papi,, nih rotinya,,!”

“Iya,,ya,,,,kalian berdua ngobrol di sini dulu ya! Buat rencana untuk pekerjaan kita,, siapa tahu ada ide – ide lain untuk dikembangkan untuk paradise ini!

Sambil berjalan pak Kalle mengunya-nguyah roti di mulutnya. Di tangannya memegang sebotol minuman mineral.

“Johny, kamu sudah lama menjadi petaksi?

“Baru mau setahun!,,jawab Johny sedikit grogi.

“Kenapa kamu tidak bekerja di kantor atau sebuah perusahaan swasta!”

“E,,aku hanya seorang petaksi,,,mana,,!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun