"Borong bu Ratih!" seru Astuti.
"Tidak. Cuma mau beli  tempe dan bumbu dapur. Anak-anak di rumah minta tempe goreng," ucap Bu Ratih.Â
"Situ kali yang borong, Bu Astuti. Tuh ... banyak yang mau dibeli," kata Bu Ika.
"Aduh, ini bukan borong belanjaan. Tapi, untuk stok di kulkas. Malas bolak-balik belanja, apalagi zaman Corona. Takut lah," jelas Astuti.
Mang Karya memperhatikan pembicaraan antara ibu-ibu tersebut. Tapi, tidak berani menyela percakapan itu, takut kena semprot Astuti kedua kalinya.
"Eh ... kita buat arisan yuk! Daripada duduk diam di rumah," ajak Astuti.
"Bu Astuti tidak takut kecurian uang arisan lagi?" tanya Bu Ika ragu.
"Tidak, Bu. Kejadian kemarin itu musibah. Yah ... yang namanya musibah, kita kembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadikan sebagai bahan koreksi diri," kata Bu Astuti dengan lembut dan mantap.
"Benar, Bu. Yang namanya musibah itu takdir. Tidak bisa kita hindari," jelas Bu Ratih.
"Iya juga sih," ucap Bu Ika.
"Jadi, gimana? Setuju kan?" tanya Bu AstutiÂ