ABSTRAKBermain merupakan kegiatan yang sangat mengasyikan bagi anak-anak dan pada dasarnya anak dalam kegiatan bermain tersebut dilakukan bukan atas dasar perintah atau  pun kehendak orang lain. Kegiatan bermain juga dilakukan anak secara berulang-ulang demi kesenangan  tanpa adanya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Apa pun  kegiatan anak menimbulkan kesenangan tersendiri.
Bermain ialah dunia main bagi anak pra sekolah dan juga menjadi hak anak untuk dapat bermain, Karena masa mereka hanya untuk bermain. Melalui bermain anak juga dapat meberikan manfaat yang baik bagi perkembangan fisik motoric anak .
Bermain  juga merupakan  aktivitas yang tak bisa dilepaskan dari dunia anak. Melalui bermain, anak berpikir, berinteraksi, dan terlibat secara aktif dengan lingkungannya. Bermain juga dapat membantu berbagai aspek perkembangan anak tumbuh secara optimal, termasuk aspek perkembangan sosialnya. Maka dari Ayah dan Bunda perlu memberikan ruang bagi anak untuk bermain.
Saat bermain, anak dapat menunjukkan perkembangan sosial melalui berbagai interaksi yang dilakukannya. Interaksi ini menunjukkan adanya berbagai tahap bermain berdasarkan tingkat perkembangan sosial anak.
Keyword : kegiatan bermain, fisik motoric
Â
PENDAHULUAN
Masa anak usia dini salah satunya dikenal sebagai masa bermain. Hampir sebagian waktunya digunakan untuk bermain. Dengan bermain anak usia dini tumbuh mengembangkan sekuruh asoek perkembangan dirinya. Oleh karena itu, seorang guru anak usia dini harus mengetahui hakikat dan arti bermain dan permainan pada anak serta berbagai keterampilan yang berkaitan dengan permainan dan bermain anak.
Keterampilan tersebut akan berguna dalam merencanakan dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak melalui kegiatan bermain sambil belajar, belajar seraya bermain. Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan , tanpa mempertimbangakan hasil akhirnya. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Bermain merupakan kebutuhan dan kehidupan anak sehari- hari baik kapan saja, dimana saja, apa saja, dan dengan siapa saja.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
 Perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif , artinya perubahan ini tidak dapat diukur dengan inci , centimeter , gram atau kilogram. Perkembangan individu merupakan suatu proses yang dinamis dan menuju kesuatu progres , tidak dapat diulang dan bersifat kekal. Perkembangan lebih menekankan pada segi fungsional yang kualitatif. Fungsi kepribadian manusiaberhubungan dengan aspek jasmaniah seperti fungsi motorik pada bagian tubuh, fungsi sensoris pada alat-alat indra , fungsi neurotik pada system saraf , fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis , fungsi pernafasan pada alat pernafasan , fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi, fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan makanan , dan aspek kejiwaan yang berhubungan dengan fungsi perhatian , fungsi pengamatan , fungsi tanggapan , fungsi ingatan , fungsi fantasi , fungsi pikiran , fungsi perasaan serta fungsi kemauan.[1]
Perkembangan tersebut bisa disebabkan oleh adanya pertumbuhan dan belajar.Psikomotorik adalah berhubungan atau mengarah kepada akibat-akibatmotor dari proses mental (kerja otak). Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu motor ability , dalam Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani Kephart, mendefinisikan bahwa motor adalah gerak dari dorongan dalam (internal) yang diarahkan kepada beberapa maksud lahiriah (external) dengan ujud ketrampilan rendah Perkembangan keterampilan motorik (motor skill) ini merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mampu melakukan suatu rangkaian gerakan jasmaniah dalam urutan tertentu , dengan mengadakan koordinasi antara gerak berbagai anggota badan secara terpadu.
Keterampilan semacam ini melibatkan kekuatan otot , urat syaraf , dan persendian manusia. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme , yaitu rangkaian gerak- gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau berfikir terhadap apa yang harus dilakukan dan mengapa harus mengikuti suatu  gerakan.  Keterampilan  motorik  memegang  peranan  yang  sangat  penting dalamkehidupan manusia , seorang anak yang memiliki keterampilan motorik sempurna, ia mampu merawat dirinya sendiri dan bergerak secara efektif dan efisien , misalnya seorang anak kecil yang belajar berjalan tegak , menaiki tangga , memegang dan mengambil benda dan sebagainya.
Berkembangnya kemampuan motorik tersebut didapatkan dari hasil belajar dan latihan. Dengan belajar dan latihan tersebut akan membuat fungsi otot dan persendian menjadi lebih kuat. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan psikomotorik adalah perkembangankepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungs iotot akibat adanya dorongan dari pemikiran , perasaan dan kemauan dari dalam diri seseorang.
B. Pengertian Perkembangan Bermain
Perkembangan bermain merupakan perubahan ke arah kemajuan yang terjadi pada kegiatan bermain pada individu. Bermain adalah tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas - batas tempat dan waktu, berdasarkan atuan - aturan yang mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan pengertian bahwa bermain merupakan suatu yang lain dari biasa.[2]
Dunia anak adalah dunia bermain.Bagi anak-anak kegiatan bermain selalu menyenangkan.Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial.Perkembangan secara fisik dapat dilihat saat bermain.Perkembangan intelektual bisa dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungannya. Perkembangan emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang, tidak senang , marah , menang dan kalah. Perkembangan sosial bisa dilihat dari hubungannya dengan teman sebaya , menolong dan memperhatikan kepentingan orang lain.
Sebenarnya sedang belajar meningkatkan keterampilannya yang akan digunakannya kelak untuk mempertahankan hidupnya. Demikian pula dengan anak-anak, dimana bermain adalah pengalaman mereka yang harus dilalui.Melalui permainan ini sebenarnya mereka sedang menciptakan pengalaman, yang tidak perlu harus merepotkan dengan melarangnya untuk tidak bermain ini atau bermain itu.Biarkan mereka melakukan aktivitas sendiri yang menyenangkan itu tanpa harus terganggu oleh batasan-batasan yang kita ciptakan. Bila ini terjadi , anak akan mempunyai sifat penakut dan bersikap ragu - ragu.
Menurut beberapa pengertian , aktivitas bermain tidak sama dengan aktivitas lainnya seperti belajar , mandi , makan dan tidur. Namun dalam bermain sebenarnya anak sedang belajar. Ciri-ciri yang membedakan itu antara lain :
* Â Â Â Aktivitas bermain bisa menimbulkan efek yang menyenangkan dan gembira.
* Â Â Â Aktivitas bermain bisa dilakukan secara spontanitas dan suka rela serta tidak ada
unsur paksaan
* Â Â Â Dalam bermain ada aturan yang diciptakan oleh pemainnya sendiri dan sifatnya
insidentil.
* Â Â Â Dalam bermain anak bisa termotivasi untuk menyenangi permainan.
Keempat ciri di atas itulah yang membedakan aktivitas bermain dengan aktivitas lainnnya.Namun demikian dalam melakukan aktivitas bermain hendaknya harus mengandung unsur-unsur pelajaran. Ini di lakukan agar anak dapat meningkatkan kemampuan keterampilan , kecerdasan , emosi , dan sosial secara optimal.
Bermain tidak lepas dari gerak sehingga gerak adalah kehidupan dan apabila gerak tersebut berhenti maka kehidupannya pun akan berakhir. Dengan demikian sejalan dengan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, yang dimana dijelaskan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004 : 6) sebagai berikut :
* Â Â Â Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama,
percaya diri dan demokratis melalui akivitas jasmani.
* Â Â Â Mengembangkan kemampuan gerak dan ketrampilan berbagai macam
permainan dan olahraga
* Â Â Â Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani.
C. Unsur-Unsur Dalam Bermain Yaitu :
1) Â Â Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan.
2) Â Â Memilih dengan bebas dan tas kehendak sendiri , tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
3) Â Â Menyenangkan dan dapat menikmati.
4) Â Â Mengkhayal untuk mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas.
5) Â Â Melakukan secara aktif dan sadar.
Dengan bermain anak memenuhi kepuasan fisik , emosi , sosial dan perkembangan mental. Sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya baik itu perasaan kekuatan , kesepian , fantasi ataupun menunjukkan kreatifitasnnya.
D. Teori-Teori Tentang Perkembangan Bermain Â
a. Teori Rekreasi Â
Dikemukakan oleh Schaller ( 1841 ) dan Lazarus ( 1884 ).
Teori rekreasi menyebutkan bahwa "bermain adalah suatu kesibukan untuk menenangkan pikiran atau untuk beristirahat."Contoh : kesibukan bermain akan dilakukan orang ketika dia lelah bekerja, maka bermain untuk memulihkan tenaga kembali atau menyegarkan tubuh yang sedang mengalami kelelahan.
b. Teori Kelebihan Tenaga
Dikemukakan oleh Herbert Spencer.
Teori ini juga disebut teori pelepasan atau teori pemunggahan.Teori ini mengatakan bahwa  kegiatan  bermain  pada  anak  karena  adanya  kelebihan  tenaga  pada  di anak.Tenaga atau energi yang menumpuk pada anak perlu digunakan atau dilepaskan dalam bentuk kegiatan bermain.Dengan demikian akanterjadi keseimbangan diri anak.
c. Teori Atavistis
Teori ini menyebutkan bahwa didalam bermain akan timbul bentuk - bentuk perilaku sebagaimana bentuk kehidupan yang pernah dialami nenek moyang. Hal hal yang memperkuat teori ini adalah ciri - ciri yang sama dalam bermain pada anak - anak diseluruh dunia. Contoh : permainan berburu, menangkap dan membunuh binatang, bermain kelereng pasa anak - anak zaman yunani kuno sama dengan permainan kelereng pada anak - anak masa kini. Pada masa sekarang ini sudah dapat dikatakan bahwa teori tersebut tidak berlaku lagi karena anak - anak lebih suka bermain mobil - mobilan, kereta - keretaan, kapal terbang yang semuanya tidak dijumpai pada zaman nenek moyang.
d.Teori Biologis
Dikemukakan oleh Karl Gross ( jerman ) dan Dr. Maria Montessori ( Italia ).
 Teori ini mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas - tugas biologis untuk melatih bermacam - macam fungsi jasmani dan rohani. Saat anak bermain merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan hidup ataupun hidup itu sendiri, serta dapat melatih jiwa dan raga untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.
Dalam teori biologis ini dapat dikatakan adanya kemiripan antara permainan yang dilakukan oleh anak manusia dengan anak binatang.Contoh : seekor anak kucing yang bermain main mengejar sepotong kertas, tidak lain adalah suatu latihan agar anak kucing tersebut dapat menangkap seekor tikus. Anak manusia bermain dengan meremas - remas kertas tidak lain sedang melatih untuk memfungsikan jari - jarinya..
Dalam hal ini montessori mengatakan bahwa permainan sebagai latihan fungsi fungsi tubuh. Fungsi tubuh dilatih dengan jalan, berlari - lari, meloncat -loncat,merangkak rangkak dan sebagainya. Dalam bermain hendaknya disertai adanya perasaan senang, karena dengan perasaan senang ini akan dapat membantu dan mendorong untuk menimbulkan kekuatan yang dibutuhkan.
E. Manfaat  Bermain
Bermain merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang dilakukan demi aktivitas itu sendiri; bermain memiliki fungsi dan bentuk (Santrock, 2012:306).
Pemanfaatan bermain bagi aspek-aspek perkembangan anak usia dini, yang meliputi aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial.
a) Â Â Bermain Dan Perkembangan Moral
Menurut Santrock (2012:282) perkembangan moral mencakup perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan dan kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Pada anak usia dini, moralitas bagi mereka merupakan hal abstrak dan sulit untuk didefinisikan, sehingga perlu cara lain untuk mengenalkan moral pada anak, salah satu cara yaitu melalui kegiatan bermain.
Anak usia dini yang memiliki latar tidak bisa lepas dari kegiatan bermain, seharusnya dijadikan celah dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Misal dalam bermain diberikan tata cara atau aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. Disinilah peran bermain dalam mengembangkan moral, ketika anak sudah mau mengikuti aturan yang berlaku, maka tidak akan sulit memberikan konsep-konsep yang berlaku juga dalam masyarakat, misalnya anak kecil harus salim dan berpamitan kepada orang tua sebelum sekolah atau bepergian. Agama, yang menjadi aspek terdekat dalam moral juga dapat distimulasi kepada anak-anak melalui kegiatan bermain.
Bisa dicontohkan ketika bermain rumah-rumahan, melaksanakan sholat, berdo'a sebelum makan, mengucap salam saat masuk dan keluar rumah. Mengajak anak bermain puzzle hijaiyah, maze masjid, dan mengurutkan tata cara wudlu bisa menjadi opsi dalam mengenalkan kepada anak. Walaupun terlihat biasa saja, namun pengenalan-pengenalan tersebut dapat berdampak pada perkembangan moral dan agama anak usia dini.
b) Â Â Bermain Dan Perkembangan Motorik
Aspek motorik sarat dengan kegiatan yang dilakukan dengan gerak, baik gerak kasar atau halus. Pada anak usia dini, aktivitas yang dikerjakan selalu diwarnai dengan gerak. Gerak dapat menyebabkan anak bermain dan bermain membuat anak menggerakkan anggota tubuhnya. Anak yang mendapatkan kesempatan untuk bermain, maka ia akan melatih kemampuan otot-otot yang menjadikan anak kuat dan bugar. Anak yang sehat adalah anak yang aktif kesana-kemari dan tidak hanya duduk melamun, berdiam diri tanpa reaksi karena sifat dasar anak adalah suka bergerak. Dalam mengembangkan kemampuan motorik, kegiatan bermain dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Selain itu, bermain juga dapat melatih kemampuan motorik kasar dan motorik halus.
Contoh bermain yang bermanfaat dalam pengembangan kemampuan motorik kasar anak adalah pada bermain yang melibatkan dua anak atau lebih seperti pada permainan tradisional. Semisal anak bermain petak umpet, anak yang kalah akan menjaga basecamp dan anak lainnya menyembunyikan diri. Anak yang kalah akan berlari mencari di mana teman yang lainnya saling sembunyi. Dalam permainan tradisional ini anak harus berlari, jalan, membungkuk, bergegas, sehingga sangat baik dalam menstimulasi otot serta pernafasan anak. Anak juga akan merasa tertantang dan senang tentunya.
Selanjutnya, anak yang bermain bermanfaat dalam perkembangan motorik halus dijumpai ketika anak duduk atau tidak melakukan aktivitas fisik yang berat, seperti pada permainan congklak, anak akan melakukan kordinasi mata-tangan dalam memindahkan dan memasukkan biji congklak dalam lubang yang tepat. Selain itu, dalam bermain congklak anak akan menggerakkan jemari tangan, menjumput, dan menjatuhkan satu persatu biji congklak sehingga dapat menstimulasi motorik halus anak-anak. Pada anak usia dini, bermain congklak bisa jadi hanya untuk mengenalkan semata dan belum memaksa anak mengenal konsep bilangan atau mampu melakukan permainan dengan sempurna, karena tujuan bermain adalah mencari kesenangan semata dan tanpa paksaan.
c) Â Â Â Bermain Dan Perkembangan Kognitif
Arti dari kognitif merupakan pengetahuan, ingatan, kreativitas, daya pikir, serta daya nalar. Anak usia dini dapat mengenal konsep hanya dengan bermain. Dengan bermain anak akan lebih mudah menerima konsep-konsep tersebut daripada diajarkan seperti orang dewasa yang sedang belajar. Contoh sederhana semisal ia sedang bermain bola, ia dapat mengenal bentuk bola yang ia mainkan.
Bagaimana, warna bolanya apa, lebih besar atau lebih kecilkah dengan bola milik teman lainnya. Konsep tersebut akan lebih mengena di anak, daripada guru serius mengenalkan di kelas "anak-anak ini warna merah, bentuknya bulat seperti bola". Selain itu, ketika anak-anak sedang menonton tv juga bisa digunakan sebagai sarana mengenalkan konsep-konsep bagi anak. Bermain berguna dalam perkembangan kognitif juga didukung oleh Montessori yang menyatakan bahwa terdapat empat fakta mendasar bahwa bermain dapat menstimulasi otak anak :
1) pikiran yang mencercap;
2) periode kritis;
3) anak adalah makhluk pembelajar;
4) anak belajar dengan bermain (Suyadi, 2014:184-187).
d) Â Â Bermain Dan Perkembangan Bahasa
Sejak lama telah diketahui bahwa bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Tanpa adanya bahasa, maka tidak akan pernah terjadi interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bahasa juga menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi dengan lawan mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Awalnya dalam bermain anak hanya menggunakan bahasa tubuh, namun seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya perbendaharaan kata maka anak akan menggunakan bahasa verbal dalam rangka berkomunikasi dengan teman mainnya.
Perkembangan bahasa dapat dikembangkan ketika anak mengutarakan keinginannya, mengeluarkan pendapat, serta memberi komentar kepada lawan mainnya. Apabila ada anak yang awalnya diam, ketika diajak bermain dengan anak seusianya lambat laun ia akan mulai berani berkomunikasi nonverbal walaupun diawali dengan malu-malu. Lebih dari itu, bahasa tidak hanya dipengaruhi faktor hereditas (keturunan) namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Differences in speech skills, on the other hand, appear to be mostly due to genetic effects, though environmental factors also play a significant role (Hayiou&Thomas 2008). Dikemukakan oleh Hayiou & Thomas bahwa perbedaan kemampuan bahasa anak usia dini, seperti kosa kata dan tata bahasa, tampaknya sebagian besar karena pengaruh lingkungan, meskipun efek genetik juga memainkan peran penting.
e) Â Â Bermain Dan Perkembangan Sosial
Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Sekumpulan anak-anak akan saling bersosialisasi dalam kegiatan bermain. Dari kegiatan bermain bersama temanteman, anak akan belajar memahami diri dan orang lain. Anak yang mulanya egosentris, setelah bermain dengan anak-anak lain bisa dimungkinkan ia akan mulai sosialis.
Egosentris adalah keadaan dimana semua benda atau sudut pandang diarahkan menurut perspektif dirinya. Selain itu, bermain juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak, kedisiplinan, serta kejujuran. Dengan bermain bersama teman lainnya, ia akan bersikap untuk dapat bekerja sama dalam tim.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud m. Dimyati, psikologi pendidikan (cet. I; yogyakarta: bpfe, 1990).
Desmita, psikologi perkembangan, (jakarta: pt. Remaja rosdakarya, 2005).
Santrock, john,w.2012.life span.new york wac graw hill.
Suyadi 2014. Teori pembelajaran anak usia dini  dalam kajian neurosains, bandung. Pt remaja  ronda karya.
[1] M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta: BPFE, 1990), h.
[2] Desmita, Psikologi perkembangan, (Jakarta: Pt. Remaja Rosdakarya, 2005)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H