c) Â Â Â Bermain Dan Perkembangan Kognitif
Arti dari kognitif merupakan pengetahuan, ingatan, kreativitas, daya pikir, serta daya nalar. Anak usia dini dapat mengenal konsep hanya dengan bermain. Dengan bermain anak akan lebih mudah menerima konsep-konsep tersebut daripada diajarkan seperti orang dewasa yang sedang belajar. Contoh sederhana semisal ia sedang bermain bola, ia dapat mengenal bentuk bola yang ia mainkan.
Bagaimana, warna bolanya apa, lebih besar atau lebih kecilkah dengan bola milik teman lainnya. Konsep tersebut akan lebih mengena di anak, daripada guru serius mengenalkan di kelas "anak-anak ini warna merah, bentuknya bulat seperti bola". Selain itu, ketika anak-anak sedang menonton tv juga bisa digunakan sebagai sarana mengenalkan konsep-konsep bagi anak. Bermain berguna dalam perkembangan kognitif juga didukung oleh Montessori yang menyatakan bahwa terdapat empat fakta mendasar bahwa bermain dapat menstimulasi otak anak :
1) pikiran yang mencercap;
2) periode kritis;
3) anak adalah makhluk pembelajar;
4) anak belajar dengan bermain (Suyadi, 2014:184-187).
d) Â Â Bermain Dan Perkembangan Bahasa
Sejak lama telah diketahui bahwa bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Tanpa adanya bahasa, maka tidak akan pernah terjadi interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bahasa juga menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi dengan lawan mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Awalnya dalam bermain anak hanya menggunakan bahasa tubuh, namun seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya perbendaharaan kata maka anak akan menggunakan bahasa verbal dalam rangka berkomunikasi dengan teman mainnya.
Perkembangan bahasa dapat dikembangkan ketika anak mengutarakan keinginannya, mengeluarkan pendapat, serta memberi komentar kepada lawan mainnya. Apabila ada anak yang awalnya diam, ketika diajak bermain dengan anak seusianya lambat laun ia akan mulai berani berkomunikasi nonverbal walaupun diawali dengan malu-malu. Lebih dari itu, bahasa tidak hanya dipengaruhi faktor hereditas (keturunan) namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Differences in speech skills, on the other hand, appear to be mostly due to genetic effects, though environmental factors also play a significant role (Hayiou&Thomas 2008). Dikemukakan oleh Hayiou & Thomas bahwa perbedaan kemampuan bahasa anak usia dini, seperti kosa kata dan tata bahasa, tampaknya sebagian besar karena pengaruh lingkungan, meskipun efek genetik juga memainkan peran penting.
e) Â Â Bermain Dan Perkembangan Sosial