Mohon tunggu...
Sergius Hendi
Sergius Hendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya ialah menulis dan memnonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Westernisasi terhadap Generasi Z Melunturkan Melunturkan Nilai Sila Persatuan Indonesia

9 Desember 2023   11:27 Diperbarui: 9 Desember 2023   11:28 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN 

            Hidup pada zaman abad ke-21 ini sangatlah menguntungkan dan memberi wawasan yang tidak terbatas kepada semua masyarakat. Informasi dengan mudah menyebar kemana-mana dan boleh diketahui oleh siapa pun tanpa adanya batasan. Perubahan yang begitu cepat ini semakin membuat manusia semakin berlomba-lomba untuk memberi dan mendapatkan informasi serta inovasi-inovasi baru. Faktanya dapat kita lihat dalam sekeliling kita berbagai kebutuhan sudah tersedia bahkan dalam gengaman saja kebutuhan sudah ada. Oleh karena itu peradaban manusia telah mengalami perubahan yang amat drastis dan dramatis seiring dengan imbas revolusi 4.0.[1] Disebut perubahan yang dratis karena jelas membedakan zaman ini dengn zaman yang sebelumnya, sedangkan perubahan yang dramatis seakan-akan telah memutuskan zaman yang sekarang dengan periode sebelumnya. Namun sekarang, generasi  Z dihadapkan lagi dengan revolusi 5.0. Revolusi 5.0 memfokuskan kepada komponen teknologi dan kemanusiannya. Di Society 5.0 yang akan dihadapi nanti, tidak hanya dibutuhkan literasi dasar namun juga memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, komunikatif, kolaboratif, dan memiliki kemampuan problem solving. Serta memiliki karakter yang mencerminkan pancasila yaitu, rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya. Masyarakat diharapkan mampu untuk menyelesaikan berbagai tantangan serta permasalahan sosial yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang telah lahir di revolusi industri 4.0.[2] 

 

            Dunia yang semakin maju ini membuat manusia susah mengendalikan diri untuk tidak mengikuti perubahan zaman. Perubahan zaman memang mengoda untuk diikuti, karena dengan itu apa pun yang menjadi keinginan dengan mudah tercapai. Hal ini karena dunia telah memasuki zaman moderen dan era globalisasi. Globalisasi ini terjadi secara menyeluruh di seluruh dunia dan telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pengaruh itu dapat terlihat dalam cara pikir dan perilaku setiap individu, karena globalisasi menjadi pintu besar dan utama untuk budaya-budaya lain masuk ke Indonesia. Sesungguhnya pada era globalisasi ini, dunia telah menjadi semakin kecil karena pada fase ini menuntut setiap kehiduapan masyarakat berubah, tumbuh kembang dan berani menyongsong kemajuan.[3] Hal ini jelas sekali bahwa globalisasi menimbulkan suatu interaksi yang meminta kemajuan kebudayaan dunia itu sama agar melahirkan kebudayaan baru.

 

            Kebudayaan yang ada di Indonesia sangat beragam dari sabang sampai merauke dengan ciri khas setiap daerah. Kebudayaan itu menjadi hal yang amat penting dalam kehidupan manusia. kebudayaan itu sendiri merujuk kepada cara hidup setiap masyarakat yang ada di daerah tersebut. Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan bahwa "kebudayan nasional adalah puncak-puncak dari kebudayaan daerah.[4]"Hal ini ingin menunjukkan bahwa betapa penting dan berharganya suatu kebudayaan dalam suatu tatanan kehidupan. Namun sekarang, karena globalisasi masuk tanpa terkendali maka pola hidup masyarakat pada masa sekarang ini jika dibandingkan dengan masa lalu sangat jauh berbeda. Masyarakat sekarang lebih cendrung hidup seperti tidak ada norma atau tanpa atauran yang mengatur. Sekarang ini kebudayaan dikalanganan masyarakat dengan pengaruh globalisasi sudah seperti dua sisi mata uang  yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, semua sudah saling melengkapi dan berdampingan. Bahkan kebudayaan yang campur sari ini seperti suatu yang sangat istimewa, padahal apa yang dinikmati sekarang ialah modifikasi dari budaya lama.

 

            Hal buruk yang terjadi akibat zaman globalisasi sekarang ialah pola hidup dan gaya hidup masyarakat yang kurang etis. Sekarang ini masyarakat cenderung mengadopsi gaya westernisasi. Dengan gaya hidup seperti ini sangat melunturkan citra masyarakat itu sendiri, tetapi herannya masyarakat malah senang ketika gaya hidup mereka itu dalam pola asuh westernisasi. Kemungkinan besar motivasi mereka karena ingin tampil mantap dan berkualitas sesuai dengan perkembangan zaman. Sadisnya lagi, masyarakat seolah melupakan budaya yang ada di negara sendiri dan menganggap apa yang ada pada negara sendiri bukan apa-apa.  Dinamika pola hidup westernisasi telah memberi banyak dampak negatifnya, salah satunya kepada generasi Z. Hal ini muncul karena seiring kemajuan teknologi yang semakin hari semakin cangih yang di mana mengubah gaya hidup generasi Z ini. Dampak karena semakain lajunya perkembangan teknologi membuat potensi generalisasi pada budaya Indonesia itu sendiri, baik itu yang menyangkut cara hidup atau pun kebiasaan sehari-hari. Sehingga,  akibat itu semua membuat semakin lama bangsa Indonesia terkhusus generasi Z akan kehilangna identitas aslinya.[5] Dampak westernisasi sudah terlihat dengan jelas perkembangannya saat ini, di mana model kehidupan manusia semakin hari semkain bergerak ke arah model modernis dengan penekanan pada gaya hidup yang mengikuti sistem budaya barat. Buruknya lagi, generasi Z ini telah menjadi konsumen utama budaya baru. Mereka mengadopsi dan meniru cara-cara masyarakat barat dengan tujuan untuk mengikuti kemajuan namun malah terjadi penyimpangan.

 

            Pengaruh budaya pada kalangan generasi Z sudah tidak dapat dihindari dari era yang semakin cangih, karena proses interaksi yang terjadi antar bangsa baik secara langsung maupun secara maya. Hal ini telah melunturkan nilai-nilai pancasila yang menjadi dasar negara sebagai wadah untuk masyarakat dapat menjalankan hidup mereka sesuai dengan kaidah yang ada. Namun pengaruh globalisasi ini telah membuat semangat nasionalisme generasi Z menjadi luntur. Westernisasi telah membawa dampak negatif karena banyak sekali masyarakat yang melaksanakan budaya yang masuk ke dalam negeri tidak dengan pertimbangan terdahulu, padahal belum tentu budaya yang masuk itu sesuai dengan kebudayaan yang ada di dalam negeri. Hal itu sangat tidak sesuai dengan sila ketiga pancasila yakni Persatuan Indoneisa. Dalam sila ketiga ini, banyak generasi Z yang telah lepas karena lebih mementingkan dan mengapresiasi budaya luar (westernisasi) dari pada budaya tanah air sendiri.[6] Sehingga, semakin maju perkembangan zaman, nilai-nilai yang terkandung pada pancasila kini semakin hari semakin memudar pada diri bangsa Indonesia. Sekarang ini persatuan bangsa sudah mulai memudar seperti sifat individualis karena adanya  teknologi canggih. Hal utama yang membuat sifat dan perilaku bangsa mengalami perubahan karena perkembangan zaman serta teknologi yang semakin maju.

 

PEMBAHASAN

 

Kedudukan Pancasila

 

Indonesia merupakan negara yang memiliki prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip yang dianut oleh Indonesia pasti berbeda dengan negara yang lain. Indonesia menjadikan pancasila sebagai prinsip dalam tatanan kehidupan, sehingga Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar negara serta ideologi sebagai asas persatuan bangsa Indonesia untuk menjaga eksistensi bangsa Indonesia. Hal ini karena di dalam pancasila sendiri mengandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian dari bangsa Indonesia. Asal mula pancasila sebagai dasar negara karena dilihat dari unsur dan nilai yang ada dalam bangsa Indonesia yang menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia.[7] Pancasila sebagai dasar negara ingin mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kehidupan ketatanegaraan Indonesia  berdasarkan pancasila.

 

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.

 

Setiap sila mengandung maksud dan tujuan tertentu, sehingga dengan itu masyarakat menjadi tertata dan terarah karena memiliki ruang untuk bisa berekspresi. Salah satu sila dari pancasila itu ialah "Persatuan Indonesia."Sila ketiga ini dilambangkan dengan pohon beringin dengan putih yang menjadi latar belakangnya, sesuai dengan salah satu warna bendera Indonesia.[8] Hal ini ingin mengatakan bahwa dalam sila ketiga sangat menekankan persatuan. Persatuan yang dimaksud adalah persatuan yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya pertahanan dan keamanan yang ada di Indonesia. Sehingga dalam sila ketiga ini seorang bangsa negara harus memiliki semangat nasionalisme yang cinta tanah air, salah satu contoh terhadap sila ketiga ini adalah mencintai dan menghargai produk dalam negeri dan mau mnegembangkan budaya yang ada bukan malah mengabikan bahkan menjadi konsumen untuk budaya dan produk luar negeri.

 

Globalisasi

 

            Lunturnya semangat nasionalisme pada generasi Z merupakan akibat pengaruh era globalisasi yang kemajuannya sangat cepat serta memiliki pengarunhnya yang cukup buruk, sebab globalisai bukan manusia atau robot yang tahu siapa sasarannya. Globalisasi itu sendiri merupakan suatu fenomena dalam peradaban manusia dengan sifat dinamis, yiatu suatu keadaan di mana secara terus menerus mengalami pergerakan dan perubahan dalam masyarakat umum sehingga globalisasi merupakan salah satu bagian dari proses kehidupan manusia.[9] Jelas sekali bahwa globalisasi itu menjadikan dunia semakin terbuka pada apa pun yang menjadi tawaran era globalissi atau perubahan zaman itu. Pada dasarnya, globalisasi bukanlah suatu hal yang buruk, globalisasi pasti menyumbangkan dampak positif tujuannya pasti untuk kemajuan masyarakat, namun masyarakat sendiri yang menjadikan era globalisasi  itu sebagai suatu yang memiliki nilai buruk. Karena penyalahgunaan era ini membuat masyarakat menjadi individuaisme, hedonisme, konsumerisme, dan westernisasi.[10] Sehingga globalisasi telah mengubah segalanya, mulai dari aktivitas bahkan karakter dan moral manusia dapat  dirubahnya. Semakin majunya arus globalissi ini semakin minimnya rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri. 

 

Westernisasi

 

Melihat globalisasi yang citranya telah luntur karena gaya hidup masyarakat yang tidak selektif dalam menerima suatu perubahan, sehingga menimbulkan sikap westernisasi dalam setiap pribadi. Westernisasi itu sendiri berasal dari kata west yang artinya barat, sehingga weternisasi merupakan proses pembaratan, pengambil alihan, atau peniruan budaya barat. Oleh karena itu segala tata cara kehidupan mendapat pengaruh dari dunia barat dalam proses pengambilan atau peniruan lansung tanpa adanya seleksi secara langsung dengan budaya setempat.[11] Sedangkan menurt Koentjaraninggrat "westernisasi itu adalah usaha meniru gaya hidup orang Barat secara berlebihan, meniru dari segala segi kehidupan baik dari segi fashion, tingkah laku, budaya dan lainnya. Di sisi lain sikap para peniru yang merendahkan adat, budaya dan bahasa nasional.[12] Maka dari pada itu, westernisasi merupakan pemujaan yang berlebihan terhadap dunia barat dengan cara mengadopsi secara menyeluruh segala pola hidup orang-orang barat. Hal ini membuat pola kehidupan masyarakat semakin hari semakin terbawa arus bahkan hanyut dalam lingkaran kehidupan budaya barat. Dan hal ini secara perlahan-lahan akan mengubah tatanan nilai dan moral yag berlaku di tempat asal budaya dan gaya hidup tersebut.

 

Budaya Barat

 

Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda. Budaya barat berbeda dengan budaya timur dan begitu pula sebaliknya. Masyarakat budaya barat sangat menekankan ilmu dan logika serta cenderung dalam beranalisis, oleh karena itu pikiran mereka cenderung objektif dari pada menggunakan rasa sehingga pengetahuan menjadi dasar empiris yang kuat  dan mereka sangat mengesampingkan cara pandang hidup tradisional dan agamis.[13] Karena itulah banyak sekali produk-produk dari budaya barat yang beredar di negara Indonesia sehingga membuat masyaraat terkhusus generasi Z semakin tertarik untuk memiliki dan ingin serupa. Oleh karena itu cara pikir mereka lebih tertuju dan terpikat kepada suatu kemajuan material. Secara geografis, kelompok masyarakat barat ini berada pada bagian barat dunia yaitu benua Amerika dan Eropa. Dengan demikian, menjadi lebih jelas kenapa budaya barat sangat disukai oleh generazi Z. Ada tiga ciri dominan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat barat. Pertama penghargaan terhadap martabat manusia seperti demokrasi dan kesejahteraan, kedua kebebasan seperti mengungkapkan pendapat dan kebebasan dalam pakaian dan yang ketiga ialah penciptaan dan pemanfaatan teknologi.[14] Maka tidak heran kalau westernisasi itu sangat meraja lela dan mampu membuat orang-orang terpikat untuk terus mengubah gaya hidupnya. Karena kebebasan itulah yang menjadi daya tarik kenapa masyarakat sangat ingin hidup kebarat-baratan.

 

Generazi Z

 

            Hidup kebarat-baratan atau westernisasi bukanlah suatu penyakit masyarakat yang jarang didengar, tetapi sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka yang memiliki kecendrungan gaya hidupnya seperti itu. Generasi Z adalah pemeran utama yang bermain dalam era globalisasi terkhusu dalam gaya hidup westernisasi. Generazi Z adalah kelompok orang yang laihir antara tahun 1990-an hingga pertengahan 2010-an.  Generasi Z tumbuh dan berkembang hingga dewasa di tengah perkembangan teknologi digital, termasuk internet, media sosial dan ponsel atau handphone.[15] Sehingga Generasi Z ini lebih dikenal dengan generasi yang paling dekat dengan digital serta merekalah yang paling banyak menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. 

 

Ada beberapa ciri yang mendasar yang sangat membedakan antar generasi Z dengan generasi sebelumnya. Ciri pertama, generasi Z terkoneksi secara digital, kedua, generasi Z multtitasking, dan yang ketiga ialah, generasi Z cenderung kritis dan mandiri.[16] Ciri-ciri ini ingin menunjukkan bahwa generasi Z adalah suatu generasi yang memang dari lahir sudah hidup bersama dengan digital. Karena hidupnya berdampingan dengan teknologi, generasi Z cenderung lebih mudah marah, tidak sabar, dan kurang ambisius dibandingkan generasi sebelumnya, bersifat individualis. Hal ini terjadi karena generasi Z lahir di zaman yang serba mudah dan instan atau bisa dikatakan mengalami ketergantungan yang tinggi pada teknologi. Maka tidak heran kalau generazi Z ini lebih kepada gaya hidup yang materialistis, banyak menuntut, serakah, sehingga mereka mnegalami kesulitan dalam memecahkan masalah karena latar belakang mereka yang dilahir di zaman yang serba mudah.

 

DAMPAK WESTERNISASI TERHADAP GENERASI Z

 

  • Lunturnya Jiwa Nasionalis

 

Nasionalisme merupakan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara aktual bersama-sama untuk mencapai, dan mempertahankan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa.[17] Oleh karena itu, nasionalisme dapat diartikan juga sebagai salah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu identitas  yang dimiliki sebagai ikatan bersama. Namun sekarang,  karena globalisasi mengubah segalanya, baik itu aktivitas bahkan karakter manusia, termasuk di dalamnya nasionalisme generasi muda. Semakin majunya arus globalisasi membuat rasa cinta dan bangga terhadap budaya semakin berkurang, sehingga semkain lama rasa bangga terhadap budaya sendiri bisa lenyap dan memudarkan rasa memiliki terhadap bangsa sendiri.[18] 

 

  Salah satu contohnya adalah lagu-lagu daerah yang kian hari kian tidak terdengar suaranya bahkan masyarakat yang berada di daerah tersebut lupa atau bahkan tidak tahu dengan lagu daerahnya. Dan itu memang nyata terjadi dikalangan generasi Z, banyak generasi Z tidak tahu lagu daerah karena pengaruh westernisasi ini. Mereka lebih senang mendengarkan lagu-lagu bernuansa barat, bahkan sekarang ini lagu daerah saja sudah ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing atau genre musiknya diubah ke dalam bentuk dj. Contoh lainnya ialah, cara berpakaian, tank top dipakai di luar negeri di musim panas, tapi di Indonesia untuk gaya di depan umum. Hal ini terjadi karena orang Indonesia malas untuk berubah. Mereka percaya bahwa pakaian yang diproduksi oleh Barat sesuai dengan budaya Timur yang dianut oleh masyarakat Indonesia kita. Hal itu memang melunturkan jiwa nasonalis karena tidak mencintai dan menggunakan produk dalam negeri.

 

  • Lunturnya Jiwa Patriotisme

 

Sebagai generazi  Z yang lahir di zaman digital tentunya tidak merasakan perang, generasi Z hanya mendengar dan membaca tentang hal itu melalui buku-buku sejarah. Oleh karena itu, sikap generasi Z harus menghargai dan menghormati para pahlawan yang telah berjuang dan haruslah memiliki rasa cinta yang begitu besar kepada bangsa sendiri. Sehingga generasi Z harus memiliki sikap patriot. Makna patriotisme itu sendiri berasal dari kata patriot dan isme yang artinya sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan. Pahlawan yang dimaksud tentunya pahlawan Indonesia. Selain itu, patriotisme dalam bahasa inggris merupakan sikap yang gagah berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi Bangsa dan negara.[19] Sikap ini lahir dari sikap perasaan cinta  pada tanah air sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya.

 

Sikap patriotisme dapat ditunjukan melalui meneladani sikap para pahlawan, membaca buku-buku tentang pengetahuan bangsa dan negara, ziarah ke makam pahlawan, menonton film perjuangan dan memiliki sikap saling membantu, tolong menolong dan menciptakan kerukunan di lingkungan tempat tinggal. Namun sekarang, Fakta yang terjadi pada generasi Z sekarang tidaklah begitu. Sikap yang ditampilkan generasi Z sekarang jauh dari arti patriotisme. Mereka lebih cenderung menonton film-film dari barat dan menghidupkan budaya barat pada diri mereka. Contohnya ialah drama Korea, dengan menonton mereka meniru cara penampilan, bahasa dan kelakuan. Dari contoh itu jelas sekali bahwa generasi Z sangat anti dengan budaya asli sehingga melunturkan sikap patriotisme yang memperjuangkan bangsa Indonesia baik dari  segi sosial, budaya, ekomomi, pendidikan dan masyarakatnya sendiri

 

  • Tumbuhnya Jiwa Hedonisme

 

Produk-produk yang ditawarkan pada zaman ini membuat semua orang ingin memilikinya. Sehingga pada masa ini, gaya hidup sudah menjadi jati diri individu dalam kehidupan. Terlebih saat ini dengan perkembangan zaman serta terjadi perubahan gaya hidup, membuat individu tertarik dan berusaha untuk mengikuti tren terkini. Hal ini dapat memicu masyarakat menjadi hedonis. Oleh karena itu gaya kehidupan yang dijalani biasanya mengarah pada gaya hidup yang glamor (kemewah-mewahan) dan bahagia membuang-buang uang dan menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang. Hedonisme merupakan cara hidup yang meyakini bahwa orang-orang akan bahagia dengan mengejar kebahagiaan sebanyak mungkin. Sehingga dapat dikatakan bahwa, gaya hidup yang hedonisme adalah pandangan bahwa kegembiraan atau kesenangan adalah tujuan hidup perilaku manusia.[20] Oleh generasi Z sikap ini di adopsi dan merupakan suatu hal yang membahagiakan, karena hidup kemewah-mewahan dapat membawa mereka pada kebahagiaan. Padahal budaya Indonesia tidak ada yang seperti itu. Budaya liberal oleh pengaruh budaya asing telah berkembang pada kalangan remaja, sikap hedonisme pun mengakar dalam jiwa para remaja. Budaya hedonisme muncul dari proses pengaruh sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi sebagai warisan sosial yang ditiru sebagai hasil dari proses pengaruh sosial dan terus berkembang mengikuti perkembangan sosial.

 

 Buruknya dampak dari hedonisme ialah, menjadikan generasi Z menjadi pribadi yang konsumtif bukan menjadi produktif. Pola perilaku konsumtif dapat dikelompokan dalam empat dimensi. Dimensi yang pertama ialah pemenuhan keinginan, yakni rasa puas yang tidak pernah habis dan semakin meningkat, dimensi yang kedua ialah barang jangkauan, yaitu sebuah tindakan yang dilakukan dengan terus mencari kepuasan dengan terus membeli barang-barang baru sesuai dengan keinginan yang dimau, dimensi yang ketiga ialah dimensi di mana barang tidak produktif artinya bahwa membeli barang secara berlebihan, namun pada akhirnya tidak digunakan lagi, dan dimensi yang keempat yaitu status, artinya bahwa barang yang dibeli hanya untuk kepuasan angan-angan hanya untuk mencapai suatu status melaui barang atau kegiatan yang  bukan bagian dari kebutuhan dirinya yang mendesak.[21] Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan perkembangan zaman ini, membuat generasi Z menjaadi pribadi yang boros. Contohnya adalah ketika belanja online, generasi Z akan belanja hanya untuk kesenagan saja bukan karena kebutuhaan dan hal itu dipengaruhi oleh gaya hidup kebarat-baratan, padahal budaya Indonesia tidak seperti itu.

 

  • Kecenderungan Sosial Media

 

Teknologi informasi yang makin maju tanpa disadari secara bertahap merubah pola fikir dan gaya hidup masyarakat khususnya remaja. Dampak yang ditimbulkan pun bersifat postif dan juga negatif.[22] Namun sekarang ini, banyak generasi Z yang menyalahgunakan teknologi ini. Rupanya media sosial ini menjadi jendela untuk melihat tren di dunia. Tren yang paling mudah mempengaruhi ialah soal penampilan atau fashion. Fashion atau mode yang dikenakan oleh seseorang mampu mencerminkan siapa si pengguna tersebut. Sehingga jelas sekali bahwa media sosial ini dapat mengubah gaya hidup generasi Z. Contohnya dari kecendrungan sosial media ini mengakibatkan pergaulan bebas dengan semua orang yang ada di dunia, meskipun itu teman maya namun bisa teman maya menjadi teman nyata. Melaui media sosial dapat terjadi transkaksi online seperti bisnis jual beli alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, seks bebas dan lain-lain yang dapat menyebabkan HIV/AIDS. Saat ini, kebebasan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Orang-orang muda dapat berinteraksi secara bebas antar jenis kelamin. Tidak jarang para remaja berciuman mesra di depan umum, terlepas dari masyarakat sekitar. Hal ini karena teknologi yang sudah maju dan apa pun bisa diakses di dalamnya, sehingga dapat menjadi guru yang salah bagi pengunanya.

 

Kecenderungan sosial media dapat juga memutuskan hubungan dengan orang-oarang yang ada disekitar, bahkan orang terdekat sekali pun. Sehingga dengan kecendrungan media sosial membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Maka, fokusnya hanya pada media sosial sehingga seluruh aktivitas hanya dilakukan di kamar atau tempat khusus yang dijadikan tempat bermain media sosial. Kecenderungan media sosial berakibat fatal pada psikologi kepribadian, yang di mana usia untuk bermain dan menjalani interaksi malah hilang. Oleh karena itu, media sosial ini seperti halnya magnet yang dapat menarik dengan kuat.

 

  • Tumbuhnya Sikap Indivualistik
  •  
  • Manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial yang membuat manusia mampu hidup di tengah keberagaman yang ada. Kehadiran manusia berarti manusia sebagai warga masyarakat yang tidak bisa hidup sendirian, kehadiran manusia sebagai makhluk sosial yaitu adanya hubungan timbal balik antara sesama. Namun sekarang ini, karena semakin maju dunia dan teknologi membuat sesuatu yang telah menjadi hakikat dari manusia kini lenyap karena ditelan zaman. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi yang maju sehingga membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Hal tersebut menyebabkan jiwa dan kepedulian sosial masyarakat akan menurun.[23] Dan hal ini sangat tidak etis, apalagi pada kalangan generasi Z yang merupakan tulang punggung negara dan mereka yang akan menentukan bagaimana nasib negara selanjutnya kalau sikap individualitik itu terus bertumbuh dan berkembang. Karena sikap tidak peduli ini akan memicu perpecahan serta melunturkan pilar negara Indonesia yang sangat menghargai keberagaman.

 

PENUTUP 

 

            Generasi Z atau generasi milenial merupakan generasi yang hidup di zaman digital. Mereka adalah  konsumen utama jaman digital ini. Sehingga gaya hidup mereka sangatlah moderen. Gaya hidup pada abad ke-21 ini memanglah sungguh membawa perubahan hidup banyak kalangan, terkhusus pada generazi Z. Arus globalisis membawa suatu perubahan dalam banyak sekotor, namun perubahan yang ditawarkan oleh arus globalisasi ini malah dimanfaatkan salah oleh generasi Z. Generasi Z menjadikan arus globalisasi ini sebagai sarana untuk mengubah gaya hidup mereka kepada pola hidup orang barat, yang biasa disebut dengan westernisasi.

 

            Westernisasi adalah buah negatif dari globalisasi yang kemudian diadopsi oleh generasi Z yang dikenal dengan hidup kebarat-baratan. Lahir di zaman digital memudahkan mereka untuk mengonsumsi semua budaya Barat yang dianggap bagus, keren, kekinian, dan tentunya bermerek. Pandangan mereka terhadap pola hidup yang seperti ini membuat banyak sekali nilai Pancasila yang kian hari sudah luntur, padahal Pancasila telah memberi tentang bagaimana hidup sebagai warga negara yang biak dan benar. Faktanya, dalam hal ini sila ketiga tentang persatuan Indonesia yang sangat menekankan nasionalisme kini hanya sekedar tulisan bahkan hanya sekedar syarat untuk suatu negara merdeka.

 

            Kehidupan generasi  Z jauh dari sikap nasionalisme. Generasi Z yang dianggap sebagai penerus bangsa dan negara kini malah menjadi generasi yang tidak ada pergerakan, malah menumbuhkan sikap konsumtif dan melunturkan sikap nasionalisme dan patriotisme yang diwujudkan dalam sikap hedonisme, kecanduan media sosial, prilaku konsumtif dan lebih parahnya lagi ialah timbuh sikap individualistik yang membuat mereka menjadi acuh tak acuh terhadap negara dan tugas mereka sebagi penerus bangsa. Hal ini membuat generasi Z menjadi pasif terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia ini, padahal Indonesia kaya akan keberagaman dan gaya hidup yang harus dilestarikan serta dikembangkan bahkan bisa di promosikan ke mancanegara melaui media sosial, sesuai dengan kehadiran mereka di zaman digital.

 

            Kedudukan sila ketiga yang menekankan pada nasionalisme seperti tidak berarti di zaman ini. penyelewengan yang terjadi membuat garis besar sila ketiga ini akan kecintaan terhadap bangsa negara telah pupus, karena banyak generasi Z yang tidak mencintai produk-produk dalam negeri dan beranggapan bahawa produk dalam negeri adalah produk yang ketinggalan zaman atau kuno. Maka dari pada itu, sebagai generasi muda haruslah menanamkan kecintaan terhadap produk lokal dan kalau bisa berpikir kreatif tentang bagimana mengembangan produk dan budaya yang ada di Indonesia ini supaya bisa sama dengan produk-produk dan budaya dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun