Udara pabrik dan bau bahan kain yang menyengat terasa sangat menggelitik tercium oleh hidung Ukan
Istirahat makan siang, Ukan membenamkan dagu ke dua belah telapak tangannya. Bau bahan itu masih terasa menempel di hidung Ukan menyatu bersama teriakan perempuan memanggil-manggil pedagang untuk mereka beli makanannya.
Alek berjalan serupa ABRI, melewati perempuan-perempuan yang tengah duduk di kursi plastik bikinan pasar sembari melahap makanan yang mereka panggil tadi. Alek menghampiri duduk di samping Ukan.
"Kenapa,kan?."
"Saya?, gak apa-apa. Gak makan lek?."
"Belum, Saya cari-cari kamu dari tadi."
"Dari tadi saya disini, Itu, lihat-lihat perempuan lewat."
"Eh,Kamu mah,kan."
Alek teman kos Ukan di tempat Bu Minem, Dulu dengan ketidak sengajaan bertemu. Ukan tengah pusing mencari-cari kos dan kebetulan bertemu Alek di kios ponsel, saat itu Alek tengah membeli ponsel untuk keperluan sehari-harinya. Akhirnya Ukan di bawa Alek menemui Minem, seorang Janda tanpa anak, menurut cerita Alek, Minem menggugat suaminya karena terlalu buas jika malam hari. Suaminya selalu di gempur, pada malam hari, pernah sekali waktu grup patroli Minggu pertama mendengar seorang pria berteriak tertahan dari rumah Minem, warga sudah tidak aneh akan hal itu. Mereka tau itu suami Minem yang mungkin tengah merasa sakit atau merasa  nikmat.  Akhirnya setelah beberapa bulan,  Minem bercerai dengan suami, dan menurut kabar, suaminya tidak kuasa menahan gempuran Minem hampir setiap malam.Â
"Lek,balik duluan aja. Kerjaan saya belum beres, sedikit lagi."
"Mau di bantuin,kan?. Gak apa-apa saya bantuin aja."