Mohon tunggu...
Erma Alfiana Hidayah
Erma Alfiana Hidayah Mohon Tunggu... Guru -

Saya menyukai senjaNya. Sungguh.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjawab Saat Senja

9 Februari 2016   23:10 Diperbarui: 17 Juni 2016   19:23 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangannya menyentuh kaca yang mengitari laboratorium. Pandangan Nasywa berhenti pada seseorang di sebelah sana, yang sedang meremas-remas tangannya dan bicara sendiri. Sesekali lelaki tersebut mengibaskan tangan di depan mulutnya, menandakan salah bicara, lalu kemudian memulai lagi berbicara sendiri. Sesekali orang tersebut berdiri, dan kembali berbicara. Nasywa kemudian berjalan mendekati pintu kaca, mengetuknya dan mengucapkan salam. Seorang lelaki dari dalam membukakan pintu.

Setelah menjawab salam seseorang tersebut bertanya, “Ada yang bisa dibantu?”

“Maaf, mengganggu. Apakah Ibu Aisya di dalam? Saya akan mengambil rincian anggaran untuk project produk baru”, jelas Nasywa.

“Ibu Aisya sudah ada di ruang meeting, hari ini kami akan meeting tepat jam ini. Kalau ingin bertemu beliau silakan ikuti saya di ruang meeting, bagaimana?”, seseorang tersebut menawarkan.

“Uhm.. baiklah. Terima kasih”.

Nasywa kemudian mengikuti lelaki tersebut berjalan menuju ruang meeting lantai 3. Setelah menunggu beberapa saat di luar ruangan, Ibu Aisya keluar dari ruang tersebut.

“Nasywa ya? Aduh maaf ya, membuat Nasywa naik ke atas. Ini baru ON handphone saya. Hari ini saya akan meeting dan menjelaskan juga masalah anggaran ini. Tadi saya sudah membalas message Pak Hari, beliau menyuruh saya untuk mengatakan pada Nasywa untuk ikut di meeting ini sekalian. Tidak lama kok. Ini…”, jelas Ibu Aisya sambil menunjukkan handphone pada Nasywa.

“Silakan masuk!”

 “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, saya Haidar”. Seseorang bediri di depan memulai presentasinya mengenai produk baru.

. . .

Seorang perempuan berbicara pada udara, entah berharap didengarkan ataupun tidak. Meluapkan apa yang dirasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun