Nasywa menghela nafas panjang, segala kekaguman pada lantai 3 akan segera berakhir rupanya.
“Ada yang bisa dibantu?”, tanya seseorang berbaju putih di depannya.
“Astaghfirullah…”, Nasywa yang sedang membalas message terkagetkan dan menjatuhkan telepon genggamnya di lantai.
“MasyaAllah”, kata seseorang bermasker dan berjas laboratorium di depannya yang refleks mengambilkannya.
“Terima kasih”. Kata Nasywa sambil menerima barang yang dijatuhkannya.
“Dari lantai bawah ya? Mau mengambil stampel? Saya tunggu dari tadi, saya dapat pesan dari Ibu Aisyah untuk memberikan ini”, kata seseorang tersebut sambil memberikan stampel.
“Ohh iya.. Terima kasih”. Nasywa menjawab singkat, pikirannya melambung pada beberapa menit yang lalu, apakah orang tersebut tahu dirinya telah mengamati ruangan kerjanya dari tadi. Nasywa memastikan tempat berdirinya aman jika dilihat dari dalam, dahi Nasywa kemudian berkerut, ragu.
“Ada yang lain?”, jawab seseorang tersebut.
“Heii… Ada yang bisa dibantu yang lain?”, Lanjut orang tersebut.
Rupanya Nasywa masih memperhitungkan jarak berdirinya tadi dengan tempat berdiri orang di depannya tersebut di dalam laboratorium apakah terlihat jelas atau tidak dari dalam.
“Nasywaaa…..”. Panggil orang tersebut.