Tangannya menyentuh kaca yang mengitari laboratorium. Pandangan Nasywa berhenti pada seseorang di sebelah sana, yang sedang meremas-remas tangannya dan bicara sendiri. Sesekali lelaki tersebut mengibaskan tangan di depan mulutnya, menandakan salah bicara, lalu kemudian memulai lagi berbicara sendiri. Sesekali orang tersebut berdiri, dan kembali berbicara. Nasywa kemudian berjalan mendekati pintu kaca, mengetuknya dan mengucapkan salam. Seorang lelaki dari dalam membukakan pintu.
Setelah menjawab salam seseorang tersebut bertanya, “Ada yang bisa dibantu?”
“Maaf, mengganggu. Apakah Ibu Aisya di dalam? Saya akan mengambil rincian anggaran untuk project produk baru”, jelas Nasywa.
“Ibu Aisya sudah ada di ruang meeting, hari ini kami akan meeting tepat jam ini. Kalau ingin bertemu beliau silakan ikuti saya di ruang meeting, bagaimana?”, seseorang tersebut menawarkan.
“Uhm.. baiklah. Terima kasih”.
Nasywa kemudian mengikuti lelaki tersebut berjalan menuju ruang meeting lantai 3. Setelah menunggu beberapa saat di luar ruangan, Ibu Aisya keluar dari ruang tersebut.
“Nasywa ya? Aduh maaf ya, membuat Nasywa naik ke atas. Ini baru ON handphone saya. Hari ini saya akan meeting dan menjelaskan juga masalah anggaran ini. Tadi saya sudah membalas message Pak Hari, beliau menyuruh saya untuk mengatakan pada Nasywa untuk ikut di meeting ini sekalian. Tidak lama kok. Ini…”, jelas Ibu Aisya sambil menunjukkan handphone pada Nasywa.
“Silakan masuk!”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, saya Haidar”. Seseorang bediri di depan memulai presentasinya mengenai produk baru.
. . .
Seorang perempuan berbicara pada udara, entah berharap didengarkan ataupun tidak. Meluapkan apa yang dirasa.