Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Beberapa Catatan Pribadi dari Seminar Nasional Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI)

6 April 2022   18:11 Diperbarui: 6 April 2022   18:25 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun bila gen-gen yang diperlukan tidak dapat ditemukan atau sulit diperoleh pada varietas lain dalam spesies yang sama maka pemulia akan mengevaluasi kerabat-kerabat liar atau dari spesies yang berbeda untuk diintroduksi (disilangkan) kedalam populasi pemuliaan.  

Dalam hal ini kesulitan yang dihadapi adalah persilangan secara alami tidak dapat atau sukar berhasil atau akan diperoleh keturunan yang tidak fertil. Salah satu permasalahannya adalah embrio yang dihasilkan tidak dapat bertumbuh lebih lanjut karena endosperm yang tidak mampu menyediakan nutrisi  bagi perumbuhannya. 

Untuk ini pemulia akan mengupayakan teknik in vitro, penyelamatan embrio (embryo rescue) dengan mengkultivasi embrio pada media kultur bagi pertumbuhannya. Selanjutnya gen-gen yang diperlukan akan diupayakan dari genus yang berbeda atau dari famili, ordo sampai pada kingdom yang berbeda dengan konsekuensi bahwa persilangan secara alami tidak mungkin dilakukan. 

Dalam hal demikian pemulia akan memanfaatkan teknik rekayasa genetika, transfer gen dan menghasilkan organisma termodifikasi secara genetik (GMO).Dari pemahaman diatas dapat dilihat bahwa sumberdaya genetik, baik dalam spesies yang sama atau dari kerabat liar suatu varietas sangat berharga bagi pengembangan varietas baru dengan berbagai tujuan yang dicanangkan.  

Pemanfaatan plasma nutfah bagi penciptaan varietas baru berimplikasi pada sempitnya keragaman genetik pada populasi varietas dimaksud, yang pada akhirnya dapat memunculkan kekhawatiran akan adanya suatu plafon genetik (genetic ceiling) yang dapat memungkinkan peningkatan produksi lebih lanjut sulit terjadi atau adanya kepekaan terhadap hama dan penyakit serta faktor lingkungan lainnya. Kekhawatiran ini muncul  dari suatu survay yang dilakukan tahun 1979 pada tanaman jagung, dimana dari seluruh plasma nutfah jagung di USA bagian terbesar dari komposisi genetiknya (39% dan 42%) berasal dari hanya dua kultivar dan18% berasal dari kultivar lainya yang dikultivasi di USA.  

Namun kekhawatiran ini agak mereda melalui studi lebih detail yang menunjukkan bahwa terdapat keragaman yang besar atau landasan genetik yang luas pada  kultivar-kultivar penyusun plasma nutfah di USA tadi (Stoskopf et al., 1993).

Pada kenyataanya, dewasa ini, kehilangan sumberdaya genetik terjadi dengan sangat pesat karena berbagai sebab, salah satunya adalah penanaman secara intensif varietas-varietas baru yang dikembangkan, mengabaikan kultivr-kultivar lokal atau ras-ras alami (land races).

Pentingnya sumberdaya genetik juga terlihat dari perhatian FAO membentuk International Institute for Plant Genetic Resources (IPGRI) yang berfungsi mengkoordinasi konservasi sumberdaya genetik dan penelitian tanaman-tanaman pangan penting di dunia melalui Pusat-Pusat Penelitian Internasional yang bertempat di berbagai negara di Dunia. Selebihnya koleksi sumberdaya genetik secara nasional pada tiap-tiap negara dilakukan pada bank-bank gen dengan berbagai methode dan teknik termasuk kebun koleksi, arboretum, kebun raya, koleksi biji, koleksi in-vitro serta kriopreservasi.

Amerika Serikat saat ini memiliki koleksi terbesar di dunia yakni sebanyak sekitar 450.000 aksesi tanaman dari 4474 spesies, tersimpan pada hampir seluruh negara bagian yang merupakan sistim plasma nutfah Amerika Serikat (US National Plant Germplasm System -- US NPGS), German memiliki koleksi sebesar lebih dari 151. 000 aksesi dari 3212 spesies dari 776 genus yang tadinya tersimpan pada dua bank gen namun kemudian disatukan pada bank gen Institut fuer Pflanzengenetik und Kultupflanzenforshung (IPK) Gatersleben dengan beberapa stasion luarnya, Inggris memiliki sekitar 178.000 aksesi dari sekitar 30.000 jenis tanaman yang bagian terbesarnya tersimpan pada Royal Bothanical Garden,  Jepang memiliki lebih dari 50.000 aksesi yang tadinya tersebar pada 15 bank gen, namun kemudain menyatu dalam 8 bank gen (Dr. Takao Niino, personal communication), dan seterusnya sebagian besar negara didunia memiliki bank gen tersendiri.

Plasma nutfah yang dikoleksi negara-negara maju tidak hanya yang berasal dari atau yang tersebar di wilayah negaranya tetapi juga dari negara lain khususnya negara berkembang. Jepang, misalnya mengoleksi plasma nutfah dari Malaysia, Thailand, Philipina dan Indonesia. Koleksi yang dilakukan sebelum tahun 1993 tentu akan menjadi milik negara pengoleksi sebagai konsekuensi dari konsensus konvensi biodiversitas Rio de Jenairo tahun 1992, karena terjadi sebelum hasil konvensi disepakati dan diratifikasi.

 Konvensi yang menghasilkan 42 artikel (keputusan) yang salah satunya adalah konservasi ex-situ (konservasi diluar habitat asli dari organisma) itu menyepakati, salah satunya, bahwa biodiversitas yang ada pada wilayah suatu negara menjadi kekuasaan (sovereignty) dari negara dimaksud. Pertukaran sumberdaya genetik dapat dilakukan secara bebas bea (free exchange) namun harus disertai persetujuan pemindahan materi (Material Transfer Agreement-MTA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun