Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Beberapa Catatan Pribadi dari Seminar Nasional Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI)

6 April 2022   18:11 Diperbarui: 6 April 2022   18:25 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada komuditas lain, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk menambahkan satu varietas baru kedalam daftar varietas yang telah ada.  Peningkatan produksi berbagai komuditas memenuhi kebutuhan dalam negri umumnya bertumpu pada kebijakan extensifikasi yakni melalui pembukaan lahan-lahan produksi yang baru selain juga kebijakan export-import komuditas pangan.

Di negara maju, pemuliaan memegang peranan penting dalam peningkatan produksi dan perbaikan kualitas berbagai komuditas tanaman. Pemuliaan terhadap komuditas seperti gandum, barley, jagung, kedele, kacang-kacangan, alfalfa, canola, rumput turf berlangsung secara terus menerus dibawah tanggung jawab seorang pemulia pada universitas, departemen pertanian atau pada perusahaan pemuliaan swasta. Daftar varietas berubah dari tahun ke tahun karena dihasilkannya varietas baru dengan keunggulan tertentu. 

Peran sentral pemuliaan dalam peningkatan produktivitas pangan di negara maju telah berlangsung selama lebih-kurang satu abad ketika dimulainya revolusi hijau.  

Kontribusi pemuliaan dalam kenaikan produktifitas jagung, misalnya, sejak revolusi hijau (Prof. Duane Falk, Lecture on plant breeding course, OAC, 1992), adalah kenaikan produktifitas rata-rata sebesar 7 persen per tahun hingga lebih dari setengah abad, kemudian terjadi penurunan laju peningkatan produksi menjadi sebesar rata-rata 1% per tahun, bagian terbesarnya, sebagai akibat dari menyempitnya keragaman genetik.  Tidak heran jika USA dan Kanada, selalu menjadi contoh negara dengan kemampuan berswasembada dan memiliki ketahanan pangan kuat (Lasa, 2006).  

Meskipun peningkatan produksi usaha tani, selain ditentukan oleh benih ber-genotipe superior, juga oleh input factor lainnya termasuk pengolahan tanah, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit dan sebagainya, namun optimalisasi input factor tersebut, dimaksudkan untuk mengexploitasi secara penuh potensi genetik yang dimiliki varietas yang ditanam serta mencegah produksi yang dihasilkan, dikonsumsi oleh makluk hidup/pihak lain selain manusia/petani, bahkan sebagaian dari peranan input factor tadi dapat dipenuhi melalui program pemuliaan tanaman termasuk misalnya, pemuliaan ketahanan terhadap hama dan penyakit, pemuliaan terhadap toleransi tanah masam, tanah berkadar garam tinggi, dan seterusnya,  dan dengan demikian pemuliaan sudah sepantasnya menjadi back bone dari polecy pertanian termasuk di Indonesia.

Bila negara maju secara terus menerus selama lebih dari satu abad telah mengexploitasi sumberdaya genetik dan tetap sustainable dalam peningkatan produksi tanaman maka negara  dengan potensi sumberya genetik tinggi untuk pertanian sebagaimana Indonesia tentu akan sustainable untuk tahun-tahun kedepan dengan melakukan hal yang sama.

Konservasi Sumberdaya Genetik Sebagai Tulang Punggung (Back Bone) Pemuliaan

Dalam keadaan dimana sumberdaya genetik masih tesedia melimpah atau adanya keragaman genetik yang tinggi dalam populasi alami suatu kultivar tanaman maka penggunaan metode pemuliaan sederhana seperti seleksi massa serta seleksi galur murni yakni seleksi secara langsung dalam populasi alami yang beragam dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penampilan populasi (melalui seleksi negatif membuang individu-individu inferior atau seleksi positif dengan menyeleksi individu-individu terbaik untuk dikultivasi pada generasi berikutnya pada seleksi massa) atau mengembangkan keturunan tanaman dari generasi ke generasi dari satu individu terseleksi pada seleksi galur murni, dapat diaplikasikan.

Ketika keragaman dalam kultivar darimana seleksi dilakukan, semakin menurun atau diperlukan sifat-sifat lain yang tidak tersedia dalam kultivar alami dimaksud maka pemulia akan melakukan persilangan-persilangan dan seleksi pada populasi bersegregasi menggunakan methode-methode seperti seleksi pedigri, penurunan satu biji, seleksi silang balik, seleksi populasi bulk dan seterusnya untuk menghasilkan varietas-varietas baru memenuhi tujuan-tujuan pemuliaan yang semakin kompleks.

Dalam memanfaatkan sumbedaya genetik, mencari gen-gen yang diperlukan untuk mengembangkan varietas baru sesuai tujuan pemuliaan yang dicanangkan, pertama-tama pemulia akan mencari pada kulttivar-kultivar lainnya dalam spesies yang sama pada wilayah yang sama dan dengan demikian persilangan dalam sepsies ini akan mudah dilakukan secara alami tanpa melalui berbagai modifikasi.  

Bila gen-gen yang diperlukan sulit atau tidak dapat ditemukan pada wilayah yang sama maka pemulia dapat mengintroduksi dari wilayah lainnya, kemudian melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam perbedaan waktu pembungaan misalnya dengan mengatur waktu penanaman, menggunakan penambahan fotoperiode ataupun memasukkan gen-gen yang tidak peka (insensitive) terhadap perubahan foroperiode agar waktu pembungaan dapat disamakan dan persilangan dapat dilakukan untuk menghasilkan keturunan yang fertil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun