Fatul  melangkah setapak demi setapak, tak lupa, bibir dan hatinya menyebut  Asma Allah. Matanya menyusuri satu-persatu tempat hiburan di jalan Nusantara. Ia memilih tempat yang paling banyak memiliki wanita  tunasusila. Setelah mencari dan mencari, akhirnya ia menemukan tempat  yang sesuai. Di papan nama depannya tertulis: "Paradise".Â
*Â
Sementara  itu, di rumah ayah Fatul, anak bungsu Fatul terus saja menangis. Sedang  istrinya juga tersedu pelan sembari memegang selembar kertas yang  bertuliskan puisi berjudul "Teruntuk Bidadari Surgaku"Â
*Â
Suara musik dangdut koplo memenuhi ruangan, sepuluh wanita tunasusila duduk berjejer dengan rapi  di ruang tamu tempat hiburan yang bernama Paradise itu. Salah seorang  dari mereka, berbaju tank top berwarna putih transparan dengan rok mini hitam menghampiri Fatul.Â
"Bagaimana daeng, mau ngamar bareng?" Rayunya. "Murahji'..." Tambahnya lagi.Â
Fatul  bergeming. Ia lalu berlari menuju salah satu kamar, mendobrak pintunya.  Sesampainya di dalam, ia berteriak lantang, "Allahu Akbar..." Tangan  kanannya ia masukkan ke dalam saku celananya, lalu jempolnya mantap  memencet pemicu bom yang ada di badannya. Sekejap, ledakan besar  menghantam tempat itu. Suara teriakan di sana-sini. Efek dari bom itu  meluluh lantakkan tiga tempat hiburan sekaligus. Tubuh Fatul terbelah  menjadi empat bagian. Seluruh anggota tubuhnya hangus karena dahsyatnya  ledakan bom rakitan itu.Â
Tak  berapa lama, suara serine polisi dan ambulans terdengar di lokasi bom  bunuh diri itu. Kerumunan warga segera membanjiri lokasi tersebut. Ada  yang merekam, ada yang cuma sekadar memotret, adapula yang menangis  meringis. Dengan cepat kejadian ini menjadi viral di media sosial dengan  hastag: #TerorismeParadiseNusantara.Â
Berita  itu pun sampai di linimasa media sosialku. Foto-foto korban, rekaman  ledakan, dan yang paling membuat bulu kudukku berdiri adalah foto pelaku. Tubuhnya sudah tidak utuh lagi. Entah apa yang ada dipikiran  orang itu. Siapa sebenarnya dalang dibalik kejadian ini? Beribu tanya bergelantungan dalam kepalaku.Â
Polisi  cukup sigap. Sejam setelah kejadian itu, Kapolda Sulawesi Selatan  membuat jumpa pers di angunan Pantai Losari. Stasiun tv lokal dan  nasional menyiarkan secara langsung. Tragedi ini menjadi isu nasional.Â
Aku dan istriku segera menyalakan tv. Kudengar dengan seksama pernyataan Pak Kapolda:Â