Sabtu pagi memang menjadi waktu khusus untuk bergosip para ibu-ibu di kampungku. Ibuku tak pernah ketinggalan mengikuti gosip terbaru. Waktu dan tempatnya jelas, pukul 07.05 saat penjual sayur lewat di depan rumahku.
Pagi ini, mereka bergosip seperti sedang berbisik. Seakan, mereka takut jika ada yang mendengar gosip mereka. Dan, aku tak bisa mendengar suara-suara bisikan mereka. Aku penasaran.
Ibuku masuk ke rumah dengan muka sedikit tegang, segera kutanyakan hal yang membuatku penasaran dari sepuluh menit yang lalu.
“Ada mayat lagi yang ditemukan, Bu?”
“Kenapa setiap ada mayat ditemukan, kamu selalu tahu, Naomi?” Ibuku mengangkat kedua bahu dan tangannya heran.
“Nebak saja, Bu.” Kilahku.
Ibu terdiam beberapa menit. Aku pun terdiam menunggu jawaban dari ibu.
“Iya, ada mayat lagi. Sama dengan minggu lalu, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka goresan. Diduga, ia mati karena kehabisan darah,” ibu menghela napas panjang, “hanya saja kali ini seorang wanita.”
“Apa dia berkulit hitam dengan rambut sebahu, Bu?”
Mata ibu melotot, ia betul-betul tak tahu kenapa anaknya tahu semua ciri-ciri mayat yang ditemukan di kampungnya.
“Naomi, kenapa kamu tahu ciri fisiknya?”