Mohon tunggu...
Selvi Amelia Putri
Selvi Amelia Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMAN 3 Kota Mojokerto

Hobi menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Tak Pernah Mati

22 November 2024   19:30 Diperbarui: 22 November 2024   19:35 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Deru angin sore menyusup di antara celah-celah jendela kamar. Nando sedang sibuk berkutat dengan buku-buku di depannya. Besok ia akan menjalani ujian kelulusan, Nando berharap mendapatkan nilai yang maksimal agar bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Nando berkeinginan menjadi seorang dokter, tetapi ayahnya tidak mengizinkan.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, sesaat sebelum terdengar suara ibunya memanggil.

"Nando, sedang apa kamu didalam?."

Nando tidak menjawab, ia langsung keluar dari kamar dan menemui ibunya.

"Aku sedang belajar untuk ujian besok Bu." Jawab Nando setelah keluar dari kamar.

Ibu Nando mengangguk mengerti seraya berkata.
"Baiklah kalau begitu, lanjutkan belajarmu. Setelah itu temui ayahmu di bengkel, tadi ia mencari mu."

Nando hanya mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamar. Nando duduk termenung di meja belajar, memikirkan masa depannya. Ayahnya adalah orang yang keras, ia tidak setuju kalau Nando melanjutkan pendidikan. Ayahnya ingin Nando langsung mengurus bengkel setelah lulus. Nando bingung bagaimana cara untuk meyakinkan ayahnya, agar dia diizinkan melanjutkan pendidikan.

Setelah selesai belajar, Nando pun menghampiri ayahnya di bengkel dan membantu pekerjaan ayahnya. Ia hanya diam, tidak mengungkit tentang lanjut kuliah atau tidak.

Hari ujian kelulusan telah tiba, Nando mengerjakan soal ujian dengan sungguh-sungguh. Dan satu Minggu setelah ujian kelulusan, nilai ujian Nando keluar. Nando mendapatkan nilai yang maksimal sesuai dengan harapannya. Nando dan Ibunya sangat senang mengetahui hal itu. Nando bertanya kepada ibunya.

"Bu bagaiman reaksi ayah saat mengetahui nilai ujian ku?."

"Ayahmu pasti akan senang, kamu jangan khawatir." Jawab ibu Nando.

"Tapi Bu, ayah kan tidak mengizinkan ku lanjut ke perguruan tinggi." Ujar Nando dengan lesu.

Ibu Nando mengelus pelan punggung anaknya dan berkata.
"Ibu akan coba bantu menjelaskan ke ayahmu, agar kamu diizinkan untuk melanjutkan pendidikan."

Beberapa bulan setelah kelulusan.

Sang ibu mencoba untuk meyakinkan ayah Nando, agar memberikan izin anaknya untuk melanjutkan pendidikan dokter. Setelah berdebat dengan panjang, akhirnya ayah Nando hanya mengangguk dan berkata.

"Ya, ku izinkan." Kata ayah Nando dengan datar.

Mendengar hal itu, Nando sangat senang. Meskipun sang ayah tidak mendukungnya, setidaknya ayahnya memberikan izin kepadanya. Akhirnya Nando mendaftar ke jurusan yang ia minati yaitu kedokteran. Pendaftaran berjalan dengan baik dan lancar.

Nando menunggu hasil pengumuman penerimaan mahasiswa dengan tenang, walaupun beberapa kali ia sempat tidak percaya diri dengan hasil pengumumannya nanti.

Hari pengumuman penerimaan mahasiswa telah tiba, Nando dan Ibunya tidak sabar menunggu hasil yang akan keluar. Saat Nando melihat hasil pengumumannya, ia dinyatakan tidak lolos seleksi. Mengetahui hal itu, Nando sangat sedih. Ia putus asa dan berkata pada ibunya.

"Bu, mungkin benar kata ayah, aku tidak perlu melanjutkan pendidikan." Kata Nando dengan putus asa.

"Jangan berkata seperti itu Nando, ini baru langkah awal." Jawab ibunya

"Tapi Bu, nilai Nando sudah maksimal. Mengapa Nando tidak diterima." Tambah Nando.

"Mungkin ada hal lain yang mempengaruhi, seperti takdir?" Ibu Nando menambahkan.

"Kamu tidak usah berkecil hati, masih banyak kesempatan untuk kedepannya. Kamu jangan putus asa, teruslah berjuang dan jangan patah semangat." Ucap ibu Nando menyemangati.

Mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, Nando terdiam cukup lama sampai akhirnya berkata.

"Baiklah Bu, aku tidak akan menyerah. Aku akan terus mencoba sampai aku bisa."

Ibu Nando hanya tersenyum dan mengangguk.

Hari-hari berikutnya dijalani Nando dengan penuh semangat, ia membantu ayahnya di bengkel untuk mengisi waktu luang dan mengikuti les untuk memperdalam materi. Ibunya terus mendukung agar Nando tidak patah semangat.

Namun, pada malam hari Sabtu saat Nando berada di bengkel. Nando diberi tahu oleh ayahnya bahwa ibu Nando jatuh sakit. Mengetahui hal itu Nando sangat mengkhawatirkan ibunya. Nando segera meninggalkan bengkel dan pulang menemui ibunya.

Ibu Nando dibawa ke rumah sakit, di ruang UGD dokter langsung melakukan pemeriksaan. Nando yang khawatir, hanya bisa menunggu dengan gelisah, berdoa agar ibunya bisa segera pulih. Tak lama kemudian, dokter keluar dengan wajah serius, menyampaikan bahwa ibu Nando memerlukan perawatan intensif.

Ibu Nando dirawat selama 1 bulan penuh di rumah sakit. Nando menjalani itu semua dengan sabar. Walaupun ia sempat kehilangan sosok penyemangat, karena ibunya yang sedang sakit. Namun itu hanya sebentar, karena sang ibu tetap menyemangatinya. Ia melakukan aktivitas seperti biasanya, pergi ke bengkel, ke tempat les, dan ke rumah sakit untuk bergantian menjaga ibunya. Setelah 1 bulan penuh dirawat, akhirnya ibu Nando sembuh dari sakitnya.

Beberapa bulan setelah itu.

Tahap kedua untuk mendaftar ke perguruan tinggi dibuka. Nando yang pantang menyerah mencoba lagi. Hari ini Nando mengikuti tes untuk mendaftar ke perguruan tinggi. Ia mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh. Namun, di tengah-tengah prosesnya, rasa cemas dan keraguan mulai menghinggapi dirinya. Ia khawatir hasil tesnya tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Namun Nando menepis rasa itu dan tetap melanjutkan tesnya dengan lancar.

Tes sudah selesai dan Nando pun pulang kerumahnya, ia bercerita kepada ibunya tentang apa yang dia rasakan saat mengerjakan tes tersebut.

"Kamu sudah hebat Nando, semoga hasil tes kali ini sesuai dengan apa yang kamu harapkan." Ucap ibu Nando.

Nando hanya mengangguk dan mengaminkan doa ibunya.

Beberapa bulan setelahnya, hasil pengumuman tes di keluarkan. Nando dengan perasaan cemas menunggu hasilnya keluar. Perasaan Nando campur aduk, hatinya sangat gelisah. Ketika hasilnya sudah keluar, Nando segera melihat hasilnya dan berharap ia diterima kali ini. Namun, hasil yang dilihat Nando kali ini tidak sesuai dengan harapannya, Nando tidak diterima.

Nando sangat putus asa kali ini, ia gagal lagi. Ia bingung mau bagaimana lagi.

Melihat Nando yang putus asa, dan murung setiap harinya. Sang ibu tidak tega, ibu Nando pun membujuk suaminya untuk mendukung Nando menggapai cita-cita nya. Ayah Nando pun setuju, karena beliau juga tidak tega melihat anaknya seperti itu.

"Nando, tahun depan masih ada waktu lagi untuk kamu mendaftar ke perguruan tinggi." Ucap ibu Nando.

"Benar Nando, kamu jangan patah semangat. Istirahat boleh, tapi berhenti jangan. Kami akan selalu mendukung mu." Kata ayah Nando.

" Maafkan ayah yang awalnya tidak mendukung mu, sekarang ayah akan mendukung kamu untuk menggapai cita-cita." Tambah ayah Nando dengan tersenyum sembari menepuk punggung anaknya.

Mendengar hal itu, perasaan Nando menghangat, matanya berkaca-kaca. Nando segera memeluk ayah dan ibunya dan mengucapkan terimakasih karena sudah menyemangatinya.

1 Tahun kemudian

Tahun ajaran baru dimulai, Nando mendaftar ke perguruan tinggi untuk yang kesekian kalinya. Kali ini ia menguatkan tekadnya, apapun hasilnya ia akan terus maju. Mengingat segala perjuangan dan pengorbanan yang telah ia jalani selama ini. Ia tahu bahwa inilah saatnya untuk mewujudkan mimpi yang selama ini ia pendam. Semuanya berjalan dengan lancar, Nando tinggal menunggu hasilnya.

Beberapa Minggu kemudian pengumuman penerimaan mahasiswa diumumkan. Nando dan kedua orangtuanya menunggu dengan harap-harap cemas. Saat pengumuman keluar, Nando segera melihat hasilnya dengan gugup. Jantungnya berdegup dengan kencang penuh kelegaan. Karena Nando akhirnya melihat namanya tertera didalam daftar penerimaan. Nando dan kedua orang tuanya mengucap syukur kepada tuhan. Mereka bertiga berpelukan dan bersorak dengan bahagia.

"AKU DI TERIMA!!." Teriak Nando dengan gembira.

Setelah hari itu, Nando menjalani hari-harinya dengan penuh semangat.

Pagi-pagi Nando selalu bangun lebih awal. Setiap langkahnya terasa lebih ringan, seolah beban berat yang selama ini menghimpit pundaknya mulai terangkat. Ia mengingat kembali perjuangannya, bagaimana ia melewati hari-hari panjang dengan belajar, mengorbankan waktu bermain, dan terkadang merasa putus asa.

Namun, semua itu akhirnya berbuah manis. Kehidupan Nando berubah. Perguruan tinggi impiannya telah menanti, dan ia tahu bahwa ini adalah lembaran baru dalam hidupnya. Dengan semangat yang lebih besar, ia bertekad menjalani setiap tantangan dengan sepenuh hati. Nando tidak akan menyerah, karena ia selalu mengingat kedua orang tuanya.

Nando menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa dengan tenang dan bahagia.

Tetapi, di tahun kedua Nando berkuliah, bengkel ayahnya bangkrut. Biaya kebutuhan yang mendesak, membuat keluarga mereka berada pada masa-masa sulit. Nando hampir saja berhenti kuliah untuk membantu meringankan beban keluarganya. Tetapi orang tuanya melarang, dan menyuruh Nando untuk tetap melanjutkan kuliah.

Nando sangat bingung dengan semua yang terjadi saat ini. Ia ingin berhenti kuliah untuk membantu keluarganya, namun dilarang oleh kedua orangtuanya. Di lubuk hati yang terdalam, Nando sebenarnya tidak ingin berhenti kuliah, karena ia berkeinginan kuat untuk menjadi dokter. Nando pun berpikiran untuk mencari kerja sambilan, agar ia tidak terlalu memberatkan orang tuanya.

Pada saat Nando melamun di taman kampusnya, Nando dihampiri oleh dosennya, yang sejak kemarin mengamati Nando karena sikap Nando yang berbeda akhir-akhir ini. Nando pun bercerita kepada dosennya, tentang apa yang terjadi kepada dirinya dan keluarganya. Sang dosen memberikan saran untuk mengajukan beasiswa agar meringankan bebannya dan keluarganya.

Dengan usaha yang keras, Nando belajar dengan giat terus menerus. Setiap malam ia berkutat dengan buku-bukunya di perpustakaan kampusnya. Tidak hanya itu, Nando juga aktif mencari informasi tambahan, serta berkonsultasi dengan dosennya untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin.  Sampai akhirnya, Nando berhasil mendapatkan beasiswa untuk membayar kuliah dan meringankan beban keluarganya.

2 Tahun kemudian.

Tahun-tahun penuh perjuangan akhirnya terbayar. Di aula besar Nando berdiri dengan toga dan senyum yang menghiasi wajahnya. Suara tepuk tangan menggema ketika namanya dipanggil untuk menerima predikat cumlaude. Nando berjalan ke atas panggung dengan jantung yang berdebar kencang serta senyuman yang menghiasi wajahnya.

Di kursi penonton, ayah dan ibunya duduk dengan bangga dengan senyuman yang tak pernah pudar. Meskipun rambut mereka sudah memutih, namun semangat mereka masih tetap ada, menyaksikan anak mereka berada di atas sana.

Saat Nando turun dari panggung, ia langsung menghampiri ayah dan ibunya. Ia memeluk kedua orang tuanya dengan erat dan meneteskan air mata. Nando sangat bahagia karena berhasil melewati ini semua. Ia mengurai pelukannya dan berkata.

"Ibu, ayah terimakasih atas dukungan kalian selama ini, meskipun pada awalnya ayah tidak memberi izin, tetapi pada akhirnya ayah memberikan izin kepada ku untuk melanjutkan pendidikan. Sekali lagi terimakasih kasih ibu dan ayah."

Hari itu menjadi awal kehidupan baru Nando sebagai seorang sarjana. Perjalanan Nando tidak berhenti begitu saja, ia masih harus melanjutkan pendidikan profesi agar bisa menjadi seorang dokter.

Dengan semangat yang sama seperti saat mengejar beasiswa, Nando kembali mempersiapkan diri. Ia mendaftar pendidikan profesi dan mengikuti berbagai seleksi yang penuh tantangan. Dalam masa pendidikan, Nando sering menghadapi hari-hari yang melelahkan. Jam praktek yang panjang, dan juga tekanan yang didapat oleh Nando, membuatnya beberapa kali hampir menyerah.

Namun, Nando selalu teringat pada mimpi besarnya untuk menolong sesama dengan menjadi dokter. Berkat ketekunan dan dukungan keluarganya, Nando akhirnya menyelesaikan pendidikan profesinya dan Nando resmi dilantik menjadi seorang dokter.

Nando memulai karirnya menjadi dokter muda di rumah sakit kota tempat dia tinggal. Di sinilah, Nando mulai melihat arti dari pengabdian, ketika ia berhasil membantu pasien-pasien untuk berjuang melawan penyakitnya. Hari-hari Nando dipenuhi dengan kerja keras, tetapi ia menjalaninya dengan sepenuh hati.

Kini, Nando siap memulai lembaran baru dalam hidupnya untuk melangkah lebih jauh dan meraih masa depan yang cerah. Juga membawa harapan orangtuanya yang telah dengan sabar mendukungnya setiap perjalanan. Terutama ibunya yang selalu mendukung apapun yang Nando lakukan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun