"Hai! Boleh ikut duduk?" tanyaku.
Ia mendongak dan tersenyum. "Silakan," sahutnya.
"Aku Joseph," kataku sambil menyodorkan tangan.
"Diandra," balasnya, sekaligus menyambut tanganku. "Sastroraharjo. Diandra Sastroraharjo."
Jabat tanganku dengannya mungkin hanya beberapa detik, tetapi rasanya aku sudah mengenalnya lama sekali.
"Tumben hari ini kamu tidak membawa laptop," tanyaku, yang sedetik kemudian amat kusesali telah kulontarkan. Seharusnya aku bertanya soal dirinya. Soal pekerjaannya, soal warna favoritnya, soal buku kesukaannya, atau soal kopinya yang selalu sama.
Wajah Diandra bersemu. Ia menunduk, memainkan cangkir kopi dengan gerakan pelan.
"Jadi, aku ini identik dengan laptop, ya?"
Mungkin giliran wajahku yang seperti kepiting rebus. Sungguh, aku menyesal sudah menyebut soal laptop.
"Tidak juga," sahutku. "Kamu juga identik dengan kopi krim gula aren. Dan, hanya mau kopi dari merek tertentu."
Diandra tertawa.