''sini coba lihat memar di pipimu, kejam benar dia'', Aku meraba bibir dan pipinya, sungguh tragis, disaat Aku kehilangan orang yang membuatku merubah dunia, ada banyak yang menyia nyiakan kasih agung ini.
Tiba tiba mataku terpaku di lehernya, tepat di bawah jakunnya, ada kalung yang membuat nafasku sesak.
''ini apa''?, tanyaku tercekat
''yang mana mbak?, seolah linglung Aku segera menyibak kerah bajunya, dan seolah mendapati satu cahaya terang. Kalung itu, inisial nama itu, ada huruf S, itu kalungku, Ya Tuhan, benar kalungku.
''dimana Kamu dapat kalung ini?, tanyaku tak sabar.
''ada apa mbak, kalung ini dari mas Dewa''.
''aappaa, sii aapaa"? tanyaku terbata,
''mas Dewa'', katanya penuh keheranan dan ketakutan melihat ekspresiku yang menakutkan.
Tiba tiba Aku tersadar, tidak selayaknya aku membuatnya takut, bahkan boleh di kata Dia petunjuk ke Dewa. Kalung itu hadiah Dewa saat ulang tahunku tahun lalu.
''dari mana kamu dapat kalung ini, siapa Dewa, dimana Ia sekarang''?, tanyaku bertubi, meski emosiku telah terkontrol, tapi tetap tak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan kekagetan ini.
Sita nampak murung,