sejenak mereka diam, meski bagi mereka wajahku asing, tapi anak anak lelaki diantaranya terpaku menatapku.
tiba-tiba anak peremuan itu menghampiriku, sambil menyusut air matanya. Pipinya sedikit bengkak, rasa ibaku timbul melihatnya,
''aku mau di ajak yang tidak-tidak sama mereka mbak, dan aku ndak mau", katanya dengan logat khas Tegal.
''benarkah?, kalian tidak pantas menghina wanita, terutama kamu'', Aku menunjuk anak lelaki yang bertengkar dengannya, setelah lebih dulu menyapu wajah mereka.
"Ibu kalian wanita bukan"?, bentakku meledak ledak. Sungguh, mendadak keberanianku timbul.
Entah karena merasa salah, atau malu, mereka segera menyalakan motornya dan pergi, tanpa mempedulikan anak perempuan ini. Deru bising knalpot mereka memecah sunyi bebukitan ini.
''terima kasih mbak, mereka teman teman Gangku di sekolah, sudah lama ingin mengajakku pesta katanya'', katanya memberi lugu memberi penjelasan
''sudahlah, lain kali pintar pintarlah kamu mencari teman, teman yang baik, yang mengajakmu ke dalam kebaikan"
Ia mengangguk,
''siapa namamu''?
''Sita mbak''