Mohon tunggu...
Sayyidati Hajar
Sayyidati Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Timor

Perempuan Timor | Traveller Kampung | Teater | Short Story | Short Movie | Suka Budaya NTT | pos-el: sayyidati.hajar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Runtuhnya Nasionalisme Pelajar

19 Juni 2019   06:50 Diperbarui: 19 Juni 2019   06:57 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah sebagai Harapan Terakhir

Mengapa harus sekolah? Sebab tak banyak orang tua paham cara mendidik dan membesarkan anak. Hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendampingan, perhatian, dan penjelasan akan hal-hal baru di sekitarnya.

Mayoritas penduduk Indonesia adalah pekerja (data). Maka dapat dibayangkan bagaimana jutaan anak Indonesia tumbuh berkembang tanpa pendampingan optimal dari orang tua. 

Penanaman nilai-nilai agama, norma-norma sosial, dan semangat cinta tanah air yang idealnya dapat dilakukan tua sejak dini menjadi terhambat beberapa langkah akibat kesibukan dunia kerja.

dok: hipwee
dok: hipwee
Prinsip-prinsip nasionalisme dibutuhkan untuk merobohkan sikap egoisme individu yang secara tidak sengaja terbentuk dari lingkungan keluarga. Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia didasarkan pada nilai-nilai pancasila. Sekolah harus mampu menjadi tameng pelajar dari sikap sukuisme, kedaerahan, ektrimisme, dan chauvinisme yang mampu menghancurkan nasionalime. 

Sangat penting bagi sekolah utuk memperkenalkan perangkat-perangkat nasionalisme seperti pancasila, UUD 1945, bendera merah putih, lagu Indonesia Raya, dan aneka perangkat lain dengan sungguh-sungguh. 

Tidak hanya memperkenalkan secara simbolik, melainkan secara batiniyyah sehingga pendalaman makna dari setiap perangkat yang diperkenalkan pada siswa dapat dipahami dengan baik.

Kurikulum di sekolah pun harus sarat akan nilai-nilai nasionalisme, pemerintah sudah harus mendesain kurikulum yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelajar Indonesia saat ini. 

Saat ini, sekolah, LSM, maupun lembaga pemerintah sudah gencar menyosialisasikan penanaman norma-norma baik agama maupun norma masyarakat. Namun masih sedikit yang tergerak untuk membangkitkan kembali sejarah perjuangan bangsa Indonesia kepada pelajar. 

Sejarah perjuangan banga Indonesia harus didekatkan dengan kaum pelajar. Mereka harus paham bagaimana dahulu pemuda-pemuda memperjuangkan kemerdekaan.

Hal ini bila tidak dimulai, maka generasi Indonesia berikutnya adalah generasi buta sejarah.Padahal, kita tentu sangat hafal dengan ungkapan bapak proklamator kita Bung Karno, bahwa "Jangan pernah melupakan sejarah." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun