Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Polemik Kartu Prakerja: Karena Ekonomi Butuh Lebih dari Sekadar Bansos, Pelatihan, dan Basa-basi

6 Agustus 2020   08:00 Diperbarui: 6 Agustus 2020   09:29 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polemik Kartu Prakerja | Sumber: https://fajar.co.id/

Rp. 20 triliun terbuang percuma, Menteri Keuangan Sri Mulyani dibuat "sakit perut", sementara Kartu Prakerja menjelma menjadi satu lagi program Bansos gagal yang dihias embel-embel yang terlalu bermuluk-muluk.

Pengalaman kita dengan Kartu Prakerja serta sekian banyaknya Bansos yang dipenuhi penyelewengan seharusnya menjadi pelajaran penting yang dapat diresapi hikmahnya dengan sungguh-sungguh. Bagi-bagi uang bukan solusi jangka panjang yang baik, terutama ketika hanya itu yang sebetulnya terjadi. 

Yang kontra dapat berkilah bahwa dengan uang mentah ekonomi dapat digerakkan karena konsumsi ikut terstimulus, namun kenyataan di lapangan tidak melulu demikian.

Sebagian dari uang mentah tersebut nyatanya justru dikonsumsi secara tidak produktif oleh penerimanya (baik yang betul-betul berhak dan juga yang menyelewengkannya). 

Dalam kasus Kartu Prakerja, sebagian penerima sekadar mendaftar agar uangnya dapat digunakan untuk memuaskan gaya hidup hedonis seperti misalnya untuk belanja atau pergi berlibur. Artinya, tidak semua penerima menggunakan dana bantuan secara produktif. 

Dan memang, dengan sudah lazimnya fenomena yang penulis namakan "penerima Bansos bermobil dan ber-gadget mahal" di tengah masyarakat, harusnya bukan suatu kejutan apabila kita menjumpai hal semacam ini pada kasus Kartu Prakerja.

Dari sisi penyedia pelatihan, jelas Kartu Prakerja merupakan sumber pemasukan instan yang teramat menggiurkan. Suka tidak suka, dan mau diakui atau tidak, beberapa startup penyedia pelatihan berhasil meraup untung besar yang kemudian digunakan secara royal untuk hal-hal tertentu di luar nalar kita sebagai penonton drama konyol ini. 

Maka tidak berlebihan jika dinyatakan bahwa uang mentah jelas bukan solusi bagi masalah ekonomi yang saat ini kita hadapi kendati bantuan tersebut kita bungkus dengan embel-embel pelatihan online, sertifikasi, pendampingan, dan sebagainya yang kerap dijargonkan oleh pemerintah.

Ekonomi tumbuh dan menggeliat justru melalui alokasi secara hati-hati terhadap sumber daya yang kita miliki. Apapun yang Anda miliki, Anda alokasikan pada proyek-proyek yang jelas arahnya dan berpotensi memberikan imbal hasil yang memuaskan. 

Upaya artifisial untuk menggenjot konsumsi atas dasar keinginan agar ekonomi dapat terus bertumbuh dan memberikan pemasukan bagi para pelaku pasar melalui bantuan seperti yang digelontorkan pemerintah selama ini justru berpotensi membuat kita kehabisan sumber daya saat nantinya betul-betul membutuhkan modal usaha di waktu yang lebih tepat. (Penulis sudah pernah menyinggung hal ini dalam tulisan lainnya di sini)

Bicara mengenai kearifan dalam mengelola sumber daya, kita mungkin harus belajar dari pengalaman kontras yang dialami oleh Norwegia dan Inggris ketika mereka menghasilkan uang banyak dari penjualan minyak bumi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun