Mohon tunggu...
Rio Satrio
Rio Satrio Mohon Tunggu... Freelancer - English Education

Tukang tidur yang merubah mimpi jadi bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Renta

18 Agustus 2019   03:37 Diperbarui: 18 Agustus 2019   03:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebenarnya di warung makan tadi, Ruri menawari si Bapak untuk kerja di rumahnya sebagai pembantu, jelas dengan bahagianya si Bapak menerima tawaran tersebut, apalagi ketika menyuruh anaknya untuk sekolah lagi dan biaya ditanggung semua oleh Ruri dan keluarganya. Ruri termasuk anak yang beruntung karena di lahirkan oleh orang tua yang sangat berkecukupan, disamping itu orang tua Ruri adalah orang yang sangat penyayang pada sesama dan menularlah sifat tersebut kepada Ruri.

Umurnya baru saja  21 tahun, tapi sifat kedewasaanya sudah timbul kala ia berumur 18 tahun. Selain itu Ruri pun adalah seorang anak yang cerdas dan tampan, sampai banyak wanita yang mengaguminya. Namun ia masih ingin fokus pada pendidikannya dan tak ingin terbebani oleh masalah percintaan. Di samping itu ia juga sangat taat kepada agamanya.

" Nak Ruri terimakasih banyak, kalo tidak ada nak Ruri mungkin saat ini saya sudah mati ".

" Sama -- sama pak, tapi ini semua bukan karena saya. Ini semua karena Allah SWT mengulurkan tangannya lewat saya, Bapak patut bersyukur kepada Allah dan terus beribadah kepadanya".  

" Andai semua pemuda di Negara ini memiliki sifat yang sama seperti nak Ruri, pasti Negara ini akan sangat maju dan sejahtera". Si Bapak sambil menundukan kepalanya, air matanya kembali mengalir

" Do'a kan saja pak, kita sama -- sama berdo'a agar pemuda bangsa tetap sadar pada hakekatnya sebagai pundak Negara yang akan melanjutkan estafeta kepemimpinan bangsa ini".

Kemudian si Bapak memeluk Ruri dengan sangat erat, begitupun Ruri. Tanpa Ia sadari, ia telah menyelamatkan tiga nyawa manusia dengan kebaikan dan nuraninya. Pertolongan Allah pasti akan selalu ada lewat jalan yang  tidak terduga. Bukan berarti ketika semua orang tak peduli maka tak akan pernah ada satu pun yang peduli dan merasa mati adalah jalan satu -- satunya untuk menghentikan penderitaan. Jelas pernyataan itu salah besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun