" Hey... apa yang kau lakukan!!!". Ruri berteriak keras
" Hentikan !!...hey hentikan".
Ruri memegang tubuh orang itu, mukanya kumuh, tubuhnya menyengat aroma tak sedap, mulutnya hanya diam dan tangannya bergetar tapi matanya memancarkan kebencian, menatap sekeliling jembatan jalan.
Tak sengaja Ruri sedang mengendarai mobilnya dan melihat seseorang yang hendak membiarkan tubuhnya terkoyak pada ketinggian dan berserakan di aspal jalan, jika meloncat dari jembatan yang sangat tinggi. Tak banyak orang yang peduli dengan kejadian itu, mereka hanya berlalu -- lalang dengan mobilnya, namun Ruri mengetahui maksud si Bapak yang mulai merangkak naik kepinggiran jembatan.
Terik matahari menimbulkan dahaga dan melemahkan kaki  Bapak tersebut, sehingga langkahnya tertatih dan pelan, membuat Ruri bisa dengan cepat menahan tubuh  Bapak itu, tubuhnya meronta dengan tenaga seadanya dan takkan pernah bisa mengalahkan  tubuh Ruri yang cukup besar dan tinggi, dengan tangannya yang kokoh, Ruri membawa Bapak itu ketempat yang lebih teduh.
" Bapak kenapa?". Tanya Ruri
" Bapak sadar apa yang Bapak lakukan? Kalo Bapak loncat, masalah Bapak akan lebih berat di akherat nanti".
Bapak itu masih terdiam
" Minumlah...". Ruri menyodorkan sebotol aqua sambil tersenyum, namun Bapak itu tetap saja diam. Tetap memandangi sekitaran jalan.
" Bapak punya keluarga?". Bapak itu hanya mengangguk, kini matanya tajam melihat kearah Ruri, lalu mulai menggerakan tangan membuka tutup botol minum lalu meminumya. Terlihat dari caranya minum, ia begitu kehausan, airnya sedikit tumpah karena tangannya masih bergetar.
" Nama kau siapa?". Tanya Bapak itu