" Ruri pak".
" Kau bodoh Ruri...".
" Maksud Bapak?".
" Kenapa tak kau biarkan saja aku mati !".
" Pak sadarlah, kalo Bapak mati permasalahan Bapak akan semakin berat nanti, mati dengan cara bunuh diri sangat dilarang oleh agama, dan Bapak tahu? balasan yang akan Bapak terima nanti? ".
" Neraka lebih baik dibanding hidup didunia yang tanpa hentinya dengan penderitaan".
" Astagfirullah ". Ruri bergumam dalam hatinya, kaget dengan apa yang telah Bapak itu katakan, apa sudah tidak ada lagi nama tuhan di dalam hatinya atau hatinya benar -- benar tertutup mati karena penderitaan yang ia hadapi , jelas ia telah tenggelam dalam keputusasaan.
" Bapak jangan bilang begitu, seberat apapun penderitaan Bapak. Allah pasti membantu Bapak, ingat Pak, penderitaan di dunia hanyalah sementara. Sedangkan di akherat nanti, semuanya kekal dan pasti lebih pedih di banding dunia".
" Tahu apa kau dengan penderitaan?". Â Sedikit membentak Ruri
" Kau tahu, selama ini aku hanya berjalan di jalanan, mencari sisa makanan di tong sampah. Setiap hari istri dan anakku kelaparan, kami tinggal di bawah kolong jembatan dengan kardus -- kardus bekas sebagai atap dan alas rumah".
Kini Ruri terdiam.