Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Almira, dan Berseminya Cinta di Desa M

30 Juni 2024   22:27 Diperbarui: 30 Juni 2024   22:33 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku merasa nggak cukup, Ya. Aku merasa nggak cukup baik, nggak cukup berharga dan nggak cukup hebat untuk dibanggakan oleh orang-orang di sekitarku. Aku menghabiskan banyak waktu untuk menemukan apa yang hilang, apa yang belum aku lakukan dan apa yang sebenarnya aku cari." Di tengah isakannya, Almira mencoba menata kata. Menumpahkan segala rasa yang ia pendam sendiri sedari lama.

Aku hanya diam dan membuka telinga, siap untuk mendengarkan segala keluh kesah yang Almira lontarkan kepadaku.

"Aku takut gagal menjadi apa yang orang lain harapkan, aku takut ekspektasi mereka hancur karena tahu bahwa diriku punya banyak kekurangan. Aku selalu berusaha keras untuk terlihat sempurna dan mencoba melakukan segala yang aku bisa. Tapi, kenapa aku masih..." Almira menunduk, menatap ujung sandal dan jalan yang ia pijak. Tak kuat melanjutkan kalimat yang ingin ia keluarkan.

"Feel deficiently?" tanyaku sembari menatap mata Almira.

Gadis itu mengulum bibir. Mengangkat kepalanya, menatap kosong ke arah depan seraya mengusap air mata yang telah berjatuhan.

"Capek, Ya... Aku merasa kalau ternyata selama ini semua hal yang aku lakukan nggak kunjung menghasilkan apa-apa. Terus kalau aku nggak menemukan apa yang kurang dalam diri aku, kenapa aku nggak pernah merasa cukup dengan semuanya? Aku bingung, Setya. Aku capek," suaranya mulai melirih. Almira kembali menundukkan kepalanya dan mulai mengeluarkan kembali tangisan yang selama ini ia tahan setiap malam.

"Ra... " aku berusaha menata kalimat untuk merespon Almira.

"Kalau lo tetap merasa nggak cukup baik untuk siapa-siapa setelah setelah semua hal baik yang lo lakuin, mungkin lo bukan mencari rasa cukup itu di orang lain, tapi di diri lo sendiri. Akibat selalu merasa kurang, lo selalu menuntut lebih ke diri lo sendiri, yang membuat lo jadi nggak pernah mengapresiasi apa yang sudah diri lo lakukan. Ra, setidaknya jangan sampai gagal buat sayang sama diri lo sendiri. Jangan terus-terusan menuntut validasi dari orang lain, nanti lo bisa kehilangan tujuan." Aku menatap Almira yang belum juga mengangkat kepala. Gadis itu masih berusaha menyembunyikan tangisannya dari wajahku.

Aku menghela napas sejenak, menarik napas sebelum melanjutkan kalimatnya, "Ra, lo nggak bisa menyenangkan semua orang yang ada di sekeliling lo dengan standar, ekspektasi dan pemahaman mereka yang jelas akan berbeda. Kalau lo nggak bisa merasa cukup buat orang lain, setidaknya lo perlu merasa cukup buat diri lo sendiri. Just be yourself, orang-orang berhak untuk menilai atau merasa nggak suka sama lo, dan lo juga berhak untuk nggak peduli akan semua hal itu." Kalimatku bagai pukulan telak yang ia dapatkan, seolah menyadarkan semua hal yang tengah ia khawatirkan.

"Nggak akan ada habisnya, Ra. Nggak akan ada habisnya kalau lo terus mengejar standar orang lain atas diri lo. Rasa cukup itu nggak cuma dicari, tapi bisa diciptakan sendiri. Sama siapa? Ya, sama diri lo sendiri. Lo yang punya kendali atas diri lo, Almira." setelah suaraku tak terdengar lagi, Almira mengangkat kepalanya. Almira menatapku yang juga tengah menatapnya lekat-lekat sedari tadi. Menyadari bahwa semua hal yang berada di pikiran Almira hanyalah hal yang akan terus mengurungnya dengan sia-sia.

"Ra, lo tahu kan lingkaran itu nggak ada ujungnya?" Almira mengangguk seolah menyetujui pertanyaan yang aku lontarkan. Aku menarik napas, tersenyum simpul melihat ekspresi wajah sembab Almira yang menurutnya sangat menggemaskan. "Lo tuh sama aja kayak berlari dalam lingkaran kalau lo mengejar jawaban dan pengakuan dari orang lain. Jelas nggak bakal ada ujungnya, yang ada cuma capeknya doang, Almira."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun