Perkenalkan, inilah rumahku yang sederhana. Rumahku memiliki 3 kamar yang cukup besar, dan tingkat 2 lantai. Tidak sebesar rumah-rumah mewah pada umumnya, rumahku hanyalah rumah sederhana. Aku tinggal bersama dengan kedua adik laki-laki dan dua adik perempuan, juga dengan ibu dan ayahku. Aku dan Ibu sedang tidak akur belakangan ini,
"Hei Clare, apakah itu engkau?"
"Memangnya siapa lagi kalau bukan aku?" jawabku kesal.
"Haha, baru pulang sudah marah-marah. Tidak bisakah kamu sedikit lebih sopan kepada orangtua?" tanya Ibuku yang kini sedang sibuk menyuapi adik-adikku.
Aku berjalan menuju pintu kulkas, mengambil beberapa camilan yang bisa dimakan. Ibu mendekat ke arahku, ia juga mengambil susu cair untuk adikku yang berumur 4 tahun.
"Kamu tau gak? Katanya, kemarin tetangga sebelah ada masalah sama Bu Endah, tukang sayur. Dia gak bayar-bayar dan udah nunggak selama berbulan-bulan."
Aku menghela napas kesal, "Kenapa kita harus mengurus hidup orang lain? Memangnya ibu mau membantu dia? Kalau nggak ya kenapa harus dibicarakan?"
Pintu kamarku ada di lantai atas, aku segera naik ke lantai atas. Lupakan soal Ibu yang kini sedang berteriak "Tunggu, ibu belum selesai bercerita."
Apapun yang akan kami bahas tidak penting, ibu dan aku bisa saja duduk diam selama mungkin, namun ia tetap menjengkelkan. Ya, aku tahu dia adalah ibuku, kalian tak perlu menceramahiku soal itu.
Seperti biasa, lantai atas terlihat cukup berantakan. Di lantai atas ada 2 kamar yang ditempati oleh adik laki-lakiku dan aku. Aku tidur sendirian di kamarku. Aku menoleh sebentar ke kamar adikku, ia terlihat sedang bermain game.
"Hei, Dimas. PR kamu sudah selesai?"