Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabut Berdarah di Tapal Batas

1 Januari 2012   16:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

………

Satu hari kemudian warga penduduk terutama yang laki-laki turun ke kampung setelah kondisi aman. Kehidupan bertani diam-diam tetap dijalankan, demikian juga bakul-bakul pasar setiap pagi subuh terlihat pergi ke kota.

Sore jelang malam, dari setiap sudut Desa menjeruak kabut tipis, kala jelang tengah malam  aku bertemu dengan Tentara Republik yang sedang bergerilya,  akupun memberikan laporan setelah itu berpisah.

Namun, tidak begitu lama terdengar rentetetan tembakan dan dentuman mortir dari arah kota, hampir tiga jam hening kembali, lampu-lampu sorot berseliweran menerangi pinggir kota, serangan tengah malam ini terlama dan terhebat dari serangan-serangan sebelumnya.

Ketika Adzan Subuh berkumandang, orang kampung dikagetkan suara Kyai Galih “dung-dung-duuuung….” dari arah balai Desa terdengar. diikuti titir…kentong-kentong dari tetangga desa, pertanda patroli tentara Nica sedang menuju ke kampunganya. Namun, sebagian besar penduduk khususnya kaum laki-laki terlambat mengungsi, dari penjuru sudut Desa berhamburan tentara Nica menembak membabi buta, kali ini perkiraan penduduk kampung, salah.

Kang Narjo, Gosam, Nardi, kamu semua ikuti aku…” Teriakku sambil lari dari rumah ke rumah, dengan panik menuju ke arah kali Pelus yang melintas Desanya.

Berkat instingnya, aku bersama Kang Narjo sudah menyiapkan rencana tempat persembunyian bila sewaktu-waktu di serang mendadak, terbukti sekarang.

Saat bersamaan terdengar tembakan salvo dari atas jalan setapak, diikuti suara ratusan suara kaki-kaki bersepatu boot berat terdengar dari penjuru masuk ke Desa Kejawar. Gedoran dan teriakan terdengar membahana dimana-mana.

Aku sudah bersembunyi diantara batu-batu besar sungai dan ada rongga cukup lebar yang tertutup semak. Posisinya tidak begitu jauh dari rumah-rumah penduduk, cukup jelas mendengar dan mereka bisa melihat tentara Nica, sedang beraksi.

Keluaaar!” diikuti suara tendangan dan dobrakan pintu di sana-sini

Mana tentara ekstrimis Sukarno, jangan bohong nanti tembak kamu!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun