Mohon tunggu...
Sasqia Faradila
Sasqia Faradila Mohon Tunggu... Lainnya - akun milik sasqi

enjoy without limits

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Untukmu Bidadariku

6 Februari 2021   23:52 Diperbarui: 7 Februari 2021   05:41 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Obrolan malam ini hanya cukup sampai disini. Aku menyuruh ayah untuk tidur. Juga meminta maaf sudah membuatnya merasa tidak enak. Jika dilanjutkan pun sudah tidak akan benar. Istirahat lah pilihan terbaiknya.

Rasanya beban menumpuk di dalam kepalaku. Sesulit ini kah menggapai masa depan yang baik?. Serumit ini kah jalan untuk membahagiakan orang tua dan membuat mereka bangga?. Itulah yang menghantui pikiranku setiap malam. Menari - nari dalam pikiranku hingga membuatku amat pusing. Gelap. Aku pun berhasil tertidur malam ini.

Esok pagi, suasana antara aku dan ayah masih canggung. Tapi ayah memang tidak marah padaku. Mungkin hanya kesal dalam hatinya. Seperti biasa setelah sarapan ayah segera pergi ke kebun. Tak lama aku pun pamit pergi ke sekolah.
Ibu hari ini terlihat banyak diam. Seperti ada sesuatu yang dipikirkannya namun ibu hanya memilih diam. Ia seperti terlihat tidak bergairah seperti biasanya.

"Ibu baik baik saja kah?" Tanyaku pada ibu yang duduk berhadapan denganku.

Ibu mencoba untuk tersenyum, lalu menjawab, "Tidak apa-apa sayang, ibu hanya sedikit tidak enak badan. Sekarang abdi negara ibu sekolah dulu ya, ibu akan baik-baik saja". Elus ibu saat itu. Menyejukkan sekali rasanya.

"Iya ibu, ibu istirahat saja ya, baik-baik dirumah." Aku pun pamit dan segera pergi ke sekolah. 

Namun jujur saja, hari itu perasaanku tidak enak. Entah apa yang akan terjadi namun perasaanku terasa begitu gelisah. Aku takut sesuatu yang tidak baik akan menimpaku. Hari itu aku tidak bisa fokus mengikuti pelajaran, aku hanya memikirkan sesuatu yang sebenarnya tak tahu apa itu.

Sepulang sekolah, aku menuju rumah seperti biasa sebelum pergi ke kebun membantu ayah. Terik matahari menyoroti tubuhku. Makin eksotis saja aku.

Sampai dirumah aku mengetuk pintu, tidak ada yang menjawab salamku. Ku ketuk kembali pintu, masih tidak ada yang menjawabku. Pintu juga terkunci tak dapat dibuka. Kemana ibu?.

Beberapa waktu kemudian, pintu tetap tidak ada yang membuka. Aku bergegas pergi ke kebun. Siapa tau ibu ada disana bersama ayah. Secepat-cepatnya aku berjalan kesana. Keringat menjalari tubuhku. Sudahku abaikan.

Aku datang dengan tergesa-gesa. Dari jauh ayah terlihat sendirian. Dimana ibu?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun