Mohon tunggu...
Sasqia Faradila
Sasqia Faradila Mohon Tunggu... Lainnya - akun milik sasqi

enjoy without limits

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Untukmu Bidadariku

6 Februari 2021   23:52 Diperbarui: 7 Februari 2021   05:41 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku ingin doaku didengar-Nya. Doaku sampai ke langit. Menggantungkan segala harapanku disana.

Setelah shalat subuh, ayah pulang ke rumah bersamaku. Ibu sudah menyiapkan kopi hangat untuk ayah dan susu hangat untukku. Agar kedua yang orang yang disayanginya selalu sehat, ucap ibu pada kami. Memang, tiada tangdingannya di dunia kasih sayang seorang ibu.

Dari dulu hingga kini, setiap pukul setengah enam pagi ayahku langsung bergegas pergi ke kebun. Mengenakan baju polos dan celana kain serta topi taninya. Melawan dinginnya udara diluar, itulah pengorbanannya. Pergi pagi pulang petang.

Pukul tujuh pagi aku bersekolah hingga siang pukul dua belas, lalu akan membantu ayah di kebun.  Ibu selalu menyusul ayah ke ladang pukul sepuluh pagi sekaligus mengirimkan makanan untuk ayah. Itulah kegiatan kami sehari - hari.

"Ibu, aku pergi sekolah dulu ya, doakan anakmu." Sambil mengecup tangan ibu.

"Sekolah yang baik ya, semoga cita-citamu tercapai, abdi negara ibu." Elusan ibu mendarat di kepalaku. Ibu dan ayah memang berharap aku bisa menjadi abdi negara. Polisi.

Aku selalu membantu ayah untuk mengangkut hasil panen ke gudang juragan Rendra untuk dijual. Setiap kali banyak panen aku selalu begitu. Menggunakan kayu tanggungan di bahuku untuk mengangkut sayur mayur hasil panen tersebut. Hingga dari kegiatanku sehari - hari yang seperti itu bahuku tidak sejajar. Beban yang ku pikul terlalu berat. Tapi apa boleh buat, aku tak mau ayahku yang merasakannya. Tak apa biar aku yang rasakan.

Jangkrik dan katak sudah mengeluarkan suaranya, bersahutan. Udara tetap dingin. Malam ini kami bertiga berkumpul di ruang tengah. Namun sayang, topik obrolan malam ini tidak semenyenangkan biasanya.

"Jadi bagaimana, Akbar? Setelah lulus mau lanjut kemana?" Ayah memulai pembicaraan pada topik yang tidak aku harapkan untuk dibicarakan malam ini.

"Tidak tahu yah, bingung." Jawabku sedikit ragu.

"Kamu jadikan daftar polri?" Ibuku mulai menanggapi pembicaraan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun