“Eh, oom. Kok tumben oom datang pas jam kerja? Ada apa om?” tanyaku penuh rasa khawatir.
Dan tiba tiba om langsung menyalamku dan menyalam Putri yang dari tadi sedang sibuk mencuci piring.
“Pa. Kok papa datang tiba-tiba sih, pa? Kok papa gak bilang-bilang kalau mau datang? Biasanya kan papa memberitahu lebih dulu, “ tanya Putri yang ikut khawatir atas kedatangan papanya dengan tiba-tiba.
“Papa senang, papa bangga sama kalian berdua. Kalian hebat,” kata om sembari memberikan amplop kuning yang sedang dipegangnya.
“Ini apa, om?” kataku penuh tanya dan membuatku semakin bingung. Dan Putri pun ikut kebingungan.
“Buka sayang, buka. Biar lebih jelas” katanya meyakinkan aku dan Putri.
Tanpa berpikir panjang kubuka amplop kuning itu dan ternyata…
“Putri, Om. Aku lulus. Aku lulus, yesss!!!“ teriakku sambil tertawa lepas. Tanpa aku sadari ternyata air mata yang dulu sering mengalir kini mengalir kembali. Tapi beda dengan yang dulu, kali ini mengalir karena kebahagiaan. Bukan yang lain.
“Yess!!! Aku juga lulus,” kata Putri histeris sambil memeluk papanya.
Aku diterima di IPB (Institut Pertanian Bogor) dan Putri keterima di Polmed (Politeknik Negeri Medan).
Keesokan harinya tepat pukul 04:00 dini hari aku bangun dan segera beres-beres. Karena aku ingin sekali pulang dan ngasih kabar gembira ini kepada kedua orangtuaku.