Â
Setelahnya terulang kembali. Padahal aku sudah mengambil formulir di SMAN favoritku dan ingin sekali mengambil jurusan IPA. Namun, Ayah malah mendaftarkanku di sekolah SMK swasta tempat ia bekerja. Alhasil, aku hanya bisa menurut dengan apa yang Ayahku katakan.
Â
Pada saat tes masuk kejuruan, ada 30 soal tes yang diberikan. Dari seluruh siswa yang mengikuti tes, hanya aku yang mendapatkan nilai sempurna dan hanya salah 1 soal saja. Aku bisa mengambil jurusan Multimedia, sebagai jurusan terfavorit di sekolah itu. Aku hanya gengsi saja memilihnya, padahal aku tidak berniat untuk memilih jurusan tersebut. Mengingat dua jurusan lain yang aku anggap lebih rendah daripada jurusan ini.
Â
Karena keterbatasan ekonomi, Ayah tidak pernah sama sekali memberikan aku uang saku. Di sekolah itu ada pelajaran tambahan mulok, yang mengharuskanku untuk datang dari pagi sampai sore mengikuti pelajaran inti. Ayahku mulai bekerja dari pukul 1 siang, sehingga membuatku harus datang sendiri ke sekolah sejak pagi hari.Â
Â
Ayah tidak mengantarkanku karena alasan yang tidak jelas, dan tidak memberikanku uang saku untuk naik angkutan umum. Setiap hari aku berjalan kaki, sebelumnya menumpang motor pada adikku yang masih SMP.
Â
Ayah memberikan adikku motor, sementara aku tidak. Aku tidak diantar ke sekolah, sementara aku tidak diberikan uang saku untuk naik angkutan umum.
Â