Mohon tunggu...
M. Sapwan
M. Sapwan Mohon Tunggu... Musisi - photo traveling di malang

saya dari Lombok

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lagu Berbahasa Lokal Sebagai Modal Dakwah Maulana Syaikh TGKHM. Zainuddin Abdul Madjid

9 Maret 2017   06:32 Diperbarui: 9 Maret 2017   16:00 2532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ilmu adalah cahaya yang bisa menerangi perjalanan peradaban suatu bangsa. Tanpa keberadaan ilmu, sebuah bangsa akan gampang ditindas, gampang diperdaya, gampang diinjak-injak dan dijajah oleh bangsa lain. Di masa awal kedatangan maulana syaikh dari menuntut ilmu di Makkah, masyarakat Sasak di Lombok dalam kondisi masih sangat terbelakang. Selain dijajah oleh Belanda dan Jepang, sebelumnya rakyat Lombok juga mendapat tekanan oleh pemerintah kerajaan Bali.  Hanya sebagian saja diantara rakyat Lombok yang bisa mengecap dunia pendidikan. Mereka hanya terdiri dari orang-orang kaya. Ilmu pengetahuan adalah barang mahal. Itulah sebabnya maulana syaikh kemudian mengambil langkah untuk mendorong masyarakat agar tergerak untuk rajin mengaji, rajin belajar, rajin menuntut ilmu agar terlepas dari belenggu “sakit jahil” dan terbebas dari penjajah. Lirik bertemakan kewajiban menuntut ilmu ada dalam empat lagu berbahasa Sasak yang diciptakan Maulana Syaikh yaitu Sakit Jahil, Beguru Ageme, Pacu gamak dan Nahdlatain. Logisnya jika masyarakat telah sukses didorong untuk gemar menuntut ilmu, maka kemajuan dalam bidang lain akan gampang pula dicapai. Selain lagu sakit jahil, berikut teks lagu Beguru Ageme dan Pacu gamak.  

BEGURU AGAME

Inaq amaq ku

Si demen lek agama

Serah gamak anak de

Beguru agame lek madrasah si arak due

Nahdlatul Wathan taokne mun ne mama

Nine lek Nahdlatul banat

Agen ndek te pade nyesel erak lek akhirat

Lamun ndek te pade serah anakde

Lelah doing upakde

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun