Ada keyakinan yang sangat kuat dikalangan umat Islam bahwa persatuan umat Islam dunia hanya dapat dipersatukan dengan sistem khilafah, dimana seorang khalifah menjadi centralnya. Namun akhir-akhir ini lembaga suci kekhalifahan telah bias dan ternoda oleh tangan-tangan tak bertanggungjawab, sebab telah muncul gerakan-gerakan yang mengatasnamakan khilafah tetapi bertabrakan dengan konsepsi dan pemerintahan yang sah di suatu negara. Akibatnya menimbulkan ketegangan dan perang saudara antara yang pro dan kontra dengan sistem khilafah. Â
Seiring dengan isu khilafah yang terus bergulir, diakui atau tidak Jemaat Muslim Ahmadiyah tengah menjalankan sistem khilafah hingga saat ini telah berusia 113 tahun (1908-2021), kakhalifahan Ahmadiyah memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan sistem khilafah Daulah, Insya Allah dalam tulisan ini saya akan mencoba menguraikan sistem khilafah dalam Jemaat muslim Ahmadiyah.
Â
Pengertian Khalifah Macam-Macam Khalifah dan Khilafat AhmadiyahÂ
Secara Etimologi khilafah di serap dari bahasa Arab :
kholafa-yakhlufu-khilafatan = menggantikan, dari kata dasar ini muncul kata-kata Khilafah dan khalifah
Macam-macam Khalifah
Seluruh manusia adalah khalifah Allah dalam makna, makhluk berakal yang dapat mengolah alam ciptaan Tuhan, Allah Berfirman Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri ( QS 35:39)
Para nabi dan Rasul adalah Khalifatullah yang bertugas khusus membimbing manusia QS Al-Jumuah :2
Khalifaturrasul (khalifah Pengganti Rasul) Adalah Kaum Bani Israil dipimpin oleh Para nabi, apabila wafat seorang Nabi, maka di gantikan oleh Nabi yang lain tetapi di belakang Aku, (dimasa yang dekat) tidak ada Nabi, dan yang akan ada adalah Khalifah-khalifah (Bukhori-misykat h.66).
Ahmadiyah
Nama Ahmadiyah dicetuskan pada tahun 1901 ketika terjadi sensus penduduk di India, Nama Ahmadiyah diambil dari nama sifat nabi Muhammad Saw, dengan maksud agar pengikut jemaat Ahmadiyah dapat menyiarkan dengung sanjung puji terhadap Allah Swt dengan menerapkan akhlak mulia Rasulullah Saw. Ahmadiyah telah menjalankan sistem khilafahnya sejak pendirinya Wafat, tepatnya sejak 27 Mei 1908.
Â
Pondasi Khilafah dan kepemimpinan dalam Islam perspektif Ahmadiyah
Dasar utama mengenai kontinuitas khilafah yang diyakini Jemaat Ahmadiyah adalah firman Allah Swt dalam Surat An-nur ayat ke 55/56 yang mengemukakan bahwa Khilafat adalah janji Allah yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, anugerah khilafah itu akan berfungsi meneguhkan agama mereka, dan akan mengganti ketakutan dengan keamanan, lebih lanjut dalam ayat ini di kemukakan bahwa kedua fungsi khilafah ini akan terus diraih orang-orang beriman dan beramal shaleh jika mereka tetap menyembah Allah Swt dan tidak berbuat musyrik.
Khilafah selain berfungsi meneguhkan agama juga menjadi pemersatu umat, urgensinya hari ini menjadi penting karena rasulullah Saw. telah menubuwatkan bahwa umat Islam diakhir zaman akan terpecah kedalam 73 golongan, seperti umat Yahudi dan Nashrani yang telah lebih dulu terpecah-pecah. dari 73 golongan itu Rasulullah Saw menyebut hanya satu golongan yang masuk surga yaitu Al-Jamaah.
Al-jamaah yang di maksud diterangkan dalam hadis lain "Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama'ah, dan tidak ada Jama'ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang siapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka kesejahteraan baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka." (HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul 'ilmi: I/79)
jadi the real Jamaah yang dimaksud harus memenuhi empat kriteria; ada jamaah, ada Imam, ada Ba'iat (Janji setia) dan ada keta'atan.
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka (QS 24:55)
Bersabda Rasulullah Saw. " telah pecah umat Yahudi menjadi 71 firkoh, maka yang satu dalam sorga dan yang 70 dalam api, dan kaum nashrani telah terpecah menjadi 72 firqoh, maka yang 71 dalam api dan yang satu dalam sorga, dan demi zat yang jiwa Muhammad berada di Tangannya, sungguh ummatku akan pecah menjadi 73 firqoh, maka yang satu dalam sorga dan yang 72 dalam api. Di tanyakan : " Wahai Rasulullah Saw, Siapa mereka itu ?, beliau menjawab : Al-Jama'ah.
Masih terkait dengan keberlangsungan khilafat satu hadis menjelaskan bahwa hingga hari kiamat Islam akan mengalami 4 era :
Akan terjadi nubuwah sampai masa yang di sukai Allah. kemudian Allah mengangkatnya. Kemudian akan terjadi khilafat dalam nubuwat sampai masa yang di sukai Allah, kemudian Allah mengangkatnya, Â kemudian akan terjadi kerajaan yang lalim sampai waktu yang di sukai Allah, kemudian Allah mengangkatnya. kemudian akan terjadi kerajaan yang mengigit sampai masa yang di sukai Allah, Kemudian akan terjadi khilafat seperti dalam nubuwat, kemudian beliau Saw berdiam diri (HR Abu daud, Ahmad dan Baihaqi-kanzul umal Jld IV p.121)
Janji Tentang Imam Mahdi dan Khilafat Ala min Hajin Nubuwah
Dalam kitab Misykat disebutkan bahwa :
Khilafat 'ala minhajjin nubuwwah yang kedua kali terjadi pada masa Isa dan Imam Mahdi
Mengenai Isa dan Imam Mahdi Rasulullah Saw bersabda : "Tidak akan hancur suatu umat yang saya berada di permulaan, Isa di akhir dan Mahdi di pertengahannya" (diriwayatkan Nassai dalam sunan-nya, kitab faidul qadir 5/301)
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw beliau bersabda, hampir dekat saatnya orang yang hidup diantara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib dan membunuh babi, meniadakan pajak dan peperangan atau permusuhan (HR. Abu Dawud)
dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suatu urusan tidak akan bertambah melainkan akan semakin sulit, dunia semakin mundur, dan manusia semakin kikir, tidaklah Kiamat terjadi kecuali kepada manusia yang paling buruk, dan tidak ada al-Mahdi kecuali 'Isa bin Maryam." [HR. Ibnu Majjah]
Dari dua hadis terakhir mengisyaratkan bahwa Isa dan Mahdi adalah satu orang dengan dua gelar yakni al-Masih dan Al-Mahdi.
Menurut pandangan jemaat muslim Ahmadiyah hadis-hadis di atas tergenapi oleh pendiri jemaat Ahmadiyah Hz. Mirza Ghulam Ahmad, pada tahun 1889 beliau menerima Bai'at pertama di kota Ludhiana, 1891 beliau mendakwakan diri sebagai Mahdi Mau'ud dan Al-Masih Mau'ud yang kedatangannya di akhir zaman telah di nubuwatkan oleh Rasulullah Saw, Hz, Mirza Ghulam Ahmad sedemikian rupa mencintai nabi Muhammad Saw dalam sebuah syair pengabdian kepada Kemuliaan Nabi Muhammad Saw beliau menulis
      Aku siap menyerahkan nyawa dan kalbu
      bagi keindahan sang Mustafa Muhammad Saw
      tubuhku semata hanyalah bagaikan debu di jalan
      yang dilintasi keturunan Muhammad Saw.
Karena kefanaan cinta kepada Nabi Muhammad Saw, kepadanya dikenakan jubbah kenabian Muhammad Saw, namun kenabiannya hanyalah ummat/pengikut semata, karena hanya mengikuti junjungannya maka otomatis beliau tidak membawa aturan/syariat baru hal ini sesuai dengan kesepakatan Ulama Ahlussunnah
Para Ulama Ahlusunnah mengatakan bahwa apabila Isa Ibnu Maryam turun di akhirzaman ia hanya akan menguatkan Syari'at Nabi Muhammad Saw. (Muhktasyarut Tadzkirotul Qurtubiyah:152, Sadkar-Nabi Muhammad saw Rasul untuk Segala Bangsa. h 56)
Dari sinilah kemudian jemaat Ahmadiyah memahami bahwa khilafatan 'ala minhajinnubuwwah yang kedua bermula.
Rangkaian Kekhalifahan Dalam Jemaah Muslim Ahmadiyah
Sebelum kewafatan Hz. Masih Mau'ud as. beliau menulis buku Al-Wasiyat yang salah satu isinya adalah tentang lembaga Khilafat sesuah beliau, beliau menulis " jangan hendaknya hatimu jadi kusut, karena bagimu perlu pula melihat kudrat kedua, kedatanagnnya kepadamu akan membawa kebaikan, karena Dia selamanya akan tinggal bersama kamu dan sampai kiamat silsilahnya tidak akan putus, kudrat kedua itu tidak akan datang sebelum aku pergi" Hz. Mirza ghulam Ahmad, Alwasiyat (Bogor : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2004), cetakan ke-9, h.14-15
Yang menjadi wasiyat pendiri jemaat Ahmadiyah kemudian menjadi kenyataan, setelah beliau wafat 26 Mei 1908, tanggal 27 Mei 1908 melalui sidang intikhab telah terpilih Hz. Hakim Nurudin sebagai khalifatul Masih pertama, dengan terpilihnya Khalifah pertama ini kecemasan seluruh warga jemaat tergantikan dengan rasa aman bahwa bayangan kecemasan jemaat Ahmdiyah berjalan tanpa nakhoda tidak terbukti, pondasi kekhalifahan telah terbentuk yang akan melanjutkan perjuangan sang Mahdi yang dijanjikan. begitu seterusnya sistem kekhalifahan Ahmadiyah berjalan dengan sebutan Khalifatul Masih, saat ini di pimpin oleh Hz. Mirza Masrur Ahmad atba. Khalifatul masih ke V. Adapun rekap jejaknya sebagai berikut : Al-Haj Hakim Nurudin (1908-1914 mei 1908), Kedua Mirza Basyirudin M A (1914-1965), Ketiga Mirza Nashir Ahmad (1965-1982), keempat Mirza Tahir Ahmad (1982-2003), Kelima Mirza Masroor Ahmad (2003-sekarang).
Karakteristik Khilafat Ahmadiyah
Jika iman telah terbang ke bintang tsuraya, seorang laki-laki atau beberapa orang laki-laki dari antara orang-orang ini akan membawanya kembali (Bukhori dlm tafsir surah Al-Jumu'ah)
Hadis diatas merupakan tafsir Rasulullah Saw atas ayat wa akhorina minhum lamma yalhaku bihim, bahwa nikmat-nikmat rohani seperti yang di dapati para sahabat Nabi Muhammad Saw, juga akan di raih oleh orang-orang di masa akhir yang sangat jauh masanya dari para sahabat nabi, ketika itu Nabi Muhammad Saw, meletakan tangannya di atas pundak salman Al-Farsi seraya bersabda :
Jika iman telah terbang ke bintang tsuraya, seorang laki-laki atau beberapa orang laki-laki dari antara orang-orang ini akan membawanya kembali (Bukhori dlm tafsir surah Al-Jumu'ah)
Hadis ini memiliki dua simpulan pertama kelompok akhorina minhum yang bertugas mengembalikan iman akan berasal dari keturunan berbangsa Farsi dan kedua ia datang untuk mengembalikan iman bukan kekuasaan, berdasarkan hadis ini kekhalifahan Ahmadiyah memiliki karakteriktisk sebagai berikut : Kekhalifahan Ahmadiyah bersifat rohani (mengembalikan iman bukan kekuasaan), karena bersifat rohani maka kekhalifahan Ahmadiyah bersifat non politis, tidak perlu partai politik untuk menjalankan nizam khilafahnya, keaktifan anggotanya dalam praktek politik yang sah di setiap negara semata-mata memenuhi kewajibannya sebagai warga negara, tidak mengatasnamakan organisasi dan ketaatan terhadap khaliah dapat beriringan dengan ketaatannya kepada pemerintah dimana ia tinggal. Loyalitas terhadap pemerintahan yang sah selalu di perintahkan khalifah dengan spirit bahwa mencintai negaranya sebanding lurus dengan mencintai Allah Swt. tugas pokok yang dipikul khalifah Ahmadiyah dan seluruh sistem yang ada di bawahnya ditujukan untuk menyebarluaskan keindahan-keindahan ajaran islam ke seluruh penjuru dunia. Â Â
Pandangan Ahmadiyah dan Kebangsaan
Bagi Ahmadiyah khilafah yang ada saat ini adalah satu nizam rohani. khilafah dalam perspektif Ahmadiyah, tidak terkait dengan infrastruktur politik, tetapi terbatas pada spiritualitas (asketisme). bagi Ahmadiyah, kekhilafahan merupakan sistem Ilahi (divine sistem) yang diyakini sebagai sumber kekuatan, utama pemersatu umat Islam. Ia dimaknai sebagai suprastruktur spiritual yang berorientasi pada kerohanian, bukan suprastruktur politik yang berorientasi pada kekuasaan.
kepercayaan pada khilafah sebagai turunan langsung dari keyakinan telah datangnya al-Mahdi. Sedangkan, sementara saudara-saudara yang lain, selain belum mempercayai kedatangan al-Mahdi juga tidak semua komunitas keagamaan menempatkan khilafah sebagai divine sistem.Â
Menurut Ahmadiyah, Islam tidak berkorelasi langsung dengan teritori sebuah negara, Islam itu berkaitan dan berkorelasi langsung dengan manusianya. Karena itu, tekanan khilafah sudah semestinya pada manusia dan rohaninya
Kekhilafahan yang berorientasi pada manusia sebagaimana telah dikemukakan di atas, sudah barang tentu tidak menjadi problem politik bagi suatu negara. Pidato Hazrat Mirza Masroor Ahmad di hadapan para petinggi Tentara Federal Jerman pada tahun 2012 menegaskan hal itu. Ia mengatakan bahwa patriotisme yang tulus adalah suatu keharusan dalam Islam. Kecintaan sejati kepada Tuhan dan kepada Islam, mensyaratkan seseorang harus mencintai bangsanya sendiri.Â
Dalam pidato itu khalifah juga menegaskan bahwa kecintaan pada tanah air dan atau sebuah negara tidak bertentangan sama sekali dengan kepentingan kecintaan seseorang kepada Allah. Perspektif cinta tanah air diletakkan sebagai bagian dari ajaran Islam. Dalam pidatonya yang lain Khalifah Mirza Masroor Ahmad juga menyatakan bahwa seorang muslim harus mencapai standar loyalitas tertinggi terhadap tanah airnya, karena hal tersebut adalah jalan untuk meraih Allah dan menjadi lebih dekat kepada-Nya (Mazroor Ahmad, 2014: 32).
Jika dilihat, pilihan sikap kapatuhan pada negara di mana pengikut Ahmadiyah hidup merupakan kunci utama relasi Ahmadiyah dan negara bangsa yang bersifat non-polemis. Dalam ruang pemahaman yang demikian, khalifah mendorong anggota Ahmadiyah ketika mereka menjadi bagian sah dari warga bangsa untuk berkontribusi penuh pada negara. Karena itu, banyak ditemukan kiprah warga Ahmadi dalam konteks kebangsaan, mulai dari birokrat, politik, pengusaha, guru, dosen, hingga atlet.Â
Dalam catatan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI) misalnya, ada nama-nama besar pengikut Ahmadiyah yang menjadi atlet nasional, di antaranya Olich Solichin (Tim Thomas Cup Indonesia 1958 dan menjadi pelatih 1961), Tutang Djamaludin (Tim Asian Games di Tokyo 1964), dan Nana Sutisna (Juara Bulu Tangkis Junior Asia 1962 di Kuala Lumpur). Hal ini juga terjadi di bidang-bidang lainnya.
Dalam Seminar Peace Symposium bertarap Internasional di Universitas Gadjah Mada. Dr. Iftikhar Ayaz Perwakilan dari jemaat Ahmadiyah mengatakan bahwa Pancasila sebagai palsafah hidup bernegara adalah hal yang sangat unik, dengan Pancasila masyarakat Indonesia yang majemuk bisa diikat dalam satu jiwa kebangsaan. jadi tidak menyalahi suara khalifah jika pada hari ini dan seterusnya kami pun mengatakan bahwa Pancasila, NKRI dan UUD 1945 adalah harga mati untuk Indonesia kita.
Â
Berkat-berkat Khilafah Ahmadiyah
Dengan adanya persatuan secara rohani jemaat Ahmadiyah bisa memaksimalkan perannya menyebarluaskan pesan perdamaian islam dan keindahan ajarannya ke seluruh pelosok dunia, misi Ahmadiyah hingga saat ini telah berdiri di 214 negara, berusaha menterjemahkan Al-Qur'an ke 100 bahasa penting dunia, hingga tahun 2019 laporan tahunan khlifah menyebutkan telah membangun 17.411 mesjid, menyiapkan generasi muda pengkhidmat agama dengan gerakan wakfenow telah menyentuh angka 66.525 orang, Dakwah bilhikmah juga terus disampaikan melalui saluran televisi Muslim Ahmadiyah (MTA) non stop 24 jam dengan berbagai bahasa, begitu juga penyebarluasan pesan islam dan perdmaian melaui media cetak tiada hentinya terus dilakukan. Pengabdian kemanusiaan di berbagai negara menjadi konsen jemaah ini tanpa melihat latar belakang seseorang sebagai pengamalan dari love for all hatred for none. Semua itu adalah berkat-berkat dengan adanya lembaga kekhalifahan dalam jemaat Ahmadiyah.
#khalifah #Ahmadiyah #Khalifahislam #mirzamasroorahmad  #khalifahahmadiyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H