Mohon tunggu...
Sania RahmaLaelatusabila
Sania RahmaLaelatusabila Mohon Tunggu... Freelancer - pelajar

Dimana ada kesempatan, maka disanalah saya harus menyebar kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Klasik Sekali

22 Februari 2020   21:00 Diperbarui: 22 Februari 2020   21:07 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"hai, namaku meysa, kamu Rayhan kan?"

"iya, siapa?"

"aku kandidat perwakilan siswa berprestasi tahun ini, kamu juga kan?"

"eh iya, aku kesana dulu yah dicari temen"

Singkatnya begitulah pertemuan Rayhan dan Meysa disebuah perlombaan tingkat nasional saat SMP.

          Aku Meysa siswi kelas 12, iya aku sedang berada dimasa membingungkan yang disunguhkan dengan serba seri ujian -- ujian lanjutan masuk perguruan tinggi A lah B lah dan lainnya, tak lupa tugas sekolah yang amat sangat menggunung kadang membuat aku linglung, padahal kata temanku aku itu bisa dibilang anak pintar. Mungkin itu karena aku pernah mengikuti satu dua perlombaan dan menjadi salah satu peserta olimpide?. Tapi sangat tidak adil kalau haya itu yang dijadikan sebagai acuan kepintaran.

          Bahkan temanku yag bukan anak olimpiade jauh lebih pintar dariku, tapi tak apalah semoga apa yag teman -- temanku ucapkan padaku itu akan menjadi doa untukku kelak.

"Han, plisss bantuin aku dong"

"Bantuin apa?" seperti itulah jawabnya, singkat, padat dan jelas, dasar Rayhan manusia sedikit kata uhhh.

"Bantuin bikin KTI dong buat tugas akhir plisss kamu kan  udah"

"yang kamu baru sampe mana?" tanyaya padaku

"Emmm belum baru buat cover aja hehehe"

"kemaren ngapain aja woy!"

"Yaudah deh kalo gam au bantu"Jawabku putus asa, dasar akukan inginnya dia langsung jawab saja ga pake tanya -- tanya segala.

"Gitu aja marah, yaudah besok kerumah aku aja"

"ok Han makasih yoooo"

Tringgg tringgg tringgg

Jam istirahat sekolah ku dan jam yang paling ditunggu tungggu, oh iya aku lupa bercerita, Dia Rayhan Atmaja, lelaki yang kutemui tiga tahun lalu saat lomba dan sekarang menjadi teman sekelasku. Sebenarnya Dia sangat sulit untuk diakrabi, gak percaya? Dulu  waktu kenalan pertama aja jawaban paling panjangnya hanya 'iya. Terserah'.

Entahlah mungkin karna cerewetku Rayhan juga bosan dengan aku memintanya berbicara lebih panjang. Parahnya sekarang kita berdua menjadi teman bahkan bisa dibilang sahabat yang paling aku percayai. Oh iya tak hanya Rayhan aku juga berteman dengan Bintang, hanya dia berbeda kelas denganku dan Rayhan. Oke kembali ke topik yaa

"Han jajan yo, Han" sambil menarik narik baju lengannya

"sendiri ajalah biasanya juga"

"yaudah mau titip apa?"

"ga usah males" jawabnya tanpa melirik kearahku dan focus dengan buku Matematikanya

"yaudah iya deh iya"

Aku melenggang sendiri ke kantin, membeli minuman kopi kesukaanku dan satu makanan ringan. Sekembalinya aku kekelas ternyata Rayhan tidak ada ditempatnya, ya sudah fikirku sembari duduk dan  menikmati jajananku yang kubeli dikantin.

"Eh Han habis dari mana?" tanyaku saat melihat Rayhan yang  baru saja memasuki pintu kelas.

"Oh tadi si Bintang nanya soal Matematika"

"ohhh gitu, hari ini jadikan ngerjain KTI di rumah kamu?"

"jadi"

"aku nebeng yahhh kerumah kamu"

"kapan sih kamu ga nebeng"

"iya deh iya, mau es kopi ga?"

"ga, ga baik buat kesehatan, gimana sih kamu anak olimpiade Biologi tapi ga jaga kesehatan, malam gadang,minum kopi, sekarang minum kopi dasar udah sakit baru tahu rasa kamu"

"Ih apaan sih Han marah -- marah mulu ah"

Tringg tringgg jam masuk kelas...

"oke anak -- anak sekarang ulangan yah, jangan panic Cuma 5 soal dan tidak beranak"

Ibu Susi memberikan soal Fisika dan kami pun mengisinya, aku sangat bingung mengerjakan soal ini, baru aku llihat padahal, dan ini materi tersulit dikelas 12. Tapi, coba lihat Rayhan mukanya santai jari jemarinya dengan lihai menuliskan rumus -- rumus itu. Apa aku saja yang merasa bodoh dengan soal ini bahkan untuk rumus saja aku tidak tahu.

"suuttss Han, nomor satu gimana"

"sutttss Han ih Han gimana"

"Han plissss"

Baru saja aku berucap kembali Rayhan memberikan kertas jawabannya padaku, ah Rayhan dasar  orang aneh. Aku sengaja tidak menyalinnya semua hanya empat dari lima nomor saja, aku tahu Rayhan pintar Fisika dan Kimia, jadi aku menyalin yang membuat nilaiku aman saja agar tidak di remedial.

"nih Han makasih" senyumku sambil memberikan kertas jawaban Rayhan yang tadi aku salin.

"Hemm, besok belajar Fisika biar ngerti"

"Iya Han"

Kebetulan Fisika adalah jam terakhir dihari ini, akupun membuntuti Rayhan di belakangnya, maklum Rayhan pernah berpesan padaku dulu katanya cewe harus berjalan di belakang cowo, yasudah aku turutin saja, padahal dengan seperti ini Rayhan membuatku malu tak jarang teman -- teman menganggapku dan Rayhan lebih dari seorang teman biasa.

"cieee ciieee pulang bring terus"

"apaan sih heboh banget lu" jawabku sembari terus menenteng helm ke parkiran menyusul Rayhan, Rayhan itu tega orangnya, kalau aku telat pasti bakal ditinggal.

"Han jalannya jangan cepet -- cepet dong cape woyyy"

"Situ aja yang jalannya lambat"

"Ih Hannnn" Rutukku sambil terus berjalan setengah lari menyusul Rayhan, dan tibalah aku dihadapan Rayhan dengan wajah cemberut.

"Jahat kamu, liat akutuh cape bawa leptop, bawa buku banyak tega yah"

"Dasar drama, cepet naik"

Aku naik dengan ekspresi masih sama diam dan tak banyak bicara seperti biasaya, mungkin aneh dengan sikapku di jalan Rayhan mulai mengajakku berbicara, tuh kan Dia selalu begitu kalau aku sudah marah pasti baru diajak bicara.

"Iya yaudah maaf ya, lain kali kalo ada temen yang cie cien kamu jangan dijawab aku ga suka"

"Iyah deh Han"

Akupun tiba dirumah Rayhan rumahnya sejuk dan penuh dengan rumput dan pepohonan, bukan seklai dua kali saja aku kerumahnya, bahkan berkali kali, sampai pembantunya Rayhan pun mengenaliku, belum kuceritakan bukan, kalau Rayhan itu hanya tinggal dengan pembantunya, ayah dan ibunya sibuk bekerja di Jakarta, saat aku tanya kenapa tak sekolah disana, yang Ia jawab hanya 'disini lebih tenang' begitu katanya.

Akupun tidak pernah membicarakan keluarganya lebih jauh, takut kalau Rayhan tidak nyaman.

Diruang tengah rumah Rayhan

"Den, tadi ada temen aden kesini, Nak Bintang katanya udah janjian sama aden, Bibik suruh Dia nunggu di ruang perpustakan aja den"

"Oh iya Bik makasih, tolong buatin minuman buat Meysa yah Bik sekalian bawa ke ruang perpustakaan"

"Eh Bik Meysa ikut sama Bibik bikin minuman yah Bi" kataku cepat sebelum Rayhan menarikku keruang perpustakaa miliknya.

"ga apa apa non, sama Bik Siti saja"

"Eh gak ah Bik"

"Yowes kalo begitu ayok non"

"Han aku kedapur dulu yah"

"iya"

Akupun membawa dua minuman milkshake kesukaan ku dan Rayhan, ternyata saat aku masuk disana sudah ada Bintang yang sedang belajar dengan Rayhan yang ternyata sudah berganti pakaian dengan kaos putih polos kesukaannya.

"Ini han punya mu"

"kok Cuma bikin dua?" tanyanya padaku

"Buat Bintangnya mana?"

"Kata Bibik Bintang udah ada minumannya jadi aku ga bikinin"

"Gimana Bin, kamu suka milkshake ga?"

"Suka kok kalau ada"

"Yaudah Mey kamu bikinin satu lagi yah buat Bintang kesian dia kehausan, liat minumannya sudah habis"

"Iyah Han" Jawabku lemah dihadapannya, selalu seperti ini jika dihadapan Binntang Rayhan seolah -- olah melupakan hadirku, sedih sihm tapi mau bagaimana lagi, Bintang sudah jauh lebih mengenal Rayhan dibandingku yang baru tiga tahun, sedangkan Bintang teman SMPnya jadi aku tak bisa berbuat banyak. Akupun berjalan gontai ke dapur, Bik Siti yang melihat aku membuat milkshake lagi cukup heran.

"Loh nak Mey kok kedapur lagi ada yang  kurang?"

"Iyah Bik, Rayhan suruh aku bikinin milkshake buat Bintang"

"yaudah sama Bik Siti aja yah"

"Eh ga usah bik sama Mey aja yah"

"Bibik heran deh kok pacar disuruh bikin milksahe buat temen perempuannya" celetuk Bik Siti

"apaan sih bik Aku sama Rayhan gak pacaran kok"

"masa sih Nak Mey gak pacaran kok kesini nya hampir tiap minggu hehehe"

"ohhh jadi Mey ga boleh kesini nih Bik?"

"Ih ko Nak Mey jadi baperan gini sih, maaf deh kalo becanda Bibik kelewatan"

"Eh ga kali Bi aku juga bercanda kok hehehe, ini milkshake nya udah jadi aku mau keatas lagi yah Bik"

"Iya Nak Mey"

Akupun kembali ketempat dimana aku dan Rayhan akan mengerjakan tugas KTI ku.

"Nih Bin"

"Iya makasih yah"

Baru saja aku ingin meminta Rayhan menjelaskan bagaimana cara membuat KTI, Bintang dengan sigap langsung menanyakan soal Fisika yang Ia sudah siapkan.

"Han nomor ini gimana dari tadi aku nunggu kamu ini soal susah banget"

Rahyan yang merasa tidak enak denganku yang awalnya ingin mengerjakan tugas KTI malah menjadi tutor Bintang sontak melirik kearahku, aku hanya diam dan mengangguk kecil. Tak apa kataku nunggu Bintang beres nanti akuu yang akan memulai.

2 jam kemudian, Bintang masih saja mengoceh dengan Fisikana, karena aku suntuk aku meminta pamit dari rumah Rayhan, bagaimana tidak suntuk aku hanya menjadi penonton mereka dan tidak masuk dalam obrolan mereka yang isinya sesuatu yang aku sendiri tidak tahu.

"Han,udah sore aku pulang yah takut dicari papah"

Rayhan terlihat bingung sepertinya, antara mengiyahkan pamitku dan ingin mengantarkan ku pulang, sebab jika hanis dari rumah Rayhan aku selalu diantarkan olehnya. Tapi, saat ini posisinya berbeda ada Bintang yang harus Ia temani.

"Yaudah Mey hati hati yah, aku antar sampe depan yah, Bin tunggu dulu aku mau  nganter Mey kedepan dulu"

"Oh iya Han"

Aku dan Rayhan terdiam dalam jalan menuju keruang tengah dan berakhir di depan pagar besar milik rumah Rayhan.

"Maaf yah Mey aku gak bantu kamu apa -- apa padahal udah janji"

Akupun menjawab dengan setengah tidak ikhlas

"Iya Han gak apa apa"

"Hati -- hati dijalan, kalo udah sampe kabarin" selepas mengatakan itu Rayhan mengacak rambutku sampai acak acakan.

"Iya nanti dikelas aku bantu sampe beres deh"

"hehehe gitu donggg Rayhannya siapa sih iniii?" kataku sambil tertawa.

"Rayhannya Mey dong hahahha, udah ah keburu sore aku mau balik kedalam yah"

Deg, aduh Rayhan tak tau saja efeknya bakalan separah ini kepadaku, aduh gak gak gak aku gak boleh punya perasaan ini kedia jangan banget sih. Akupun pulang kerumahku yang cukup jauh dari rumah Rayhan dengan menggunakan aplikasi gojek.

Esoknya saat dikelas....

"Udah sampe mana Mey kamu gerjainnya?"

"Oh tadi malem aku nanya Dewi dan kayaknya udah beres deh tinggal print terus kumpulin deh"

"emm yaudah bagus kalo udah beres."

Jam pelajaran berlalu dengan cepat jam istirahatpun datang, Aku memaksa Rayhan ke kantin karna malas makan sendiri.

"Mau pesen apa Han?"

"Baso aja sama es the manis"

"ok"

Kami berdua pun memakan makanan yang kupesan tadi sampai suapan kuterhenti karena Rayhan mulai berbicara padaku.

"Bintang nyatain perasaan ke aku" Aku diam sejenak mengimbangi dan memahami arah pembicaraan Rayhan yang entah akan kemana ini.

"Terus kamu jawab apa?"

"Aku mengiyahkan keinginannya"

"Keinginan yang seperti apa?"

"Dia mau aku jadi pacarnya" Aku diam sejenak mencermati perkataan Rayhan, entah bagaimana ada sedikit rasa ngilu dan entah bagian tubuh yang mana saat Rayhan menceritakan hal itu.

"Besok dan seterusnya kamu pulang sendiri yah"

"Emmm iyah Han" Akupun tak bicara banyak dengannya hanya diam sembari memakan kembali makanan yang sempat tertunda keberadaannya.

Mulai saat itu Aku dan Rayhan bak memasang pagar tinggi -- tinggi yang setiap harinya Rayhan beristirahat denganku kini ada Bintag yang selalu jalan dengannya. Teman -- teman ku pun tak memandang kaget, sebab Rayhan yang tinggi disandingkan dengan Bintang yang sama tinggi dan hampir sepantaran dengannya, kata teman mereka sangat cocok cantik dan tampan.

--------------------

UN sudah berakhir, tak terasa kelas 12 amat sangat cepat aku lalui begitu saja dengan bahagia, sedih, dan takut -- takut. Oh bagaimana dengan kabar Rayhan dan Bintang, mereka baik malah sangat baik. Aku tak mau memperpanjang urusan hati, ahkk terlalu lebay fikirku, mungkin perasaan aneh yang kemarin kepadda Rayhan bakalan hilang dengan sendirinya.

UTBK didepan mata, ilmu yang aku pelajari 6 bulan yang lalu akan diuji melewati soal -- soal yang sulitnya tingkat tinggi. Aku, Rayhan dan Bintang sama -- sama mengikuti tes ujian nasional ini. Dan pengumuman pun datang aku masuk pilihan pertama Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan Rayhan yang kutahu dari teman -  teman Ia masuk Universitas Gajah Mada fakultas teknik. Sungguh aneh jalan persahabatan kami, yang asalnya sangat dekat menjadi sangat jauh, Tuhan memang sengaja mempertemukanku dengan Rayhan si pelit kata. Hari -- hari berikutnya akan menjadi hari tantangan, dengan orang -- orang baru, ilmu baru dan juga lingkungan baru tentunya, aku tak pernah berharap banyak dari kisah cinta dimasa SMA rasanya jauh  lebih beruntung jika aku tidak mengenal masanya, namun mau bagaimana lagi. Aku dipertemukan dengan sosok yang ku sebut Rayhan siminim kata itu. Tapi sekarang Rayhan dengan jalannya dan aku dengan jalanku.

Namun sehari sebelum keberangkatan Rayhan ke Yogyakarta akus empat menitipkan surat pada Bik Siti, karena saat hari itu juga aku sudah mulai mecari tempat kosan yang ada di Depok, padahal orang tua ku menyarankan ku untuk tinggal siasramanya saja, fikirnya akan lebih aman dan aku bisa focus untuk belajar.

Dear Rayhan, salam hangat dari cendana manis yang sering kau sebut sicerewet dan si pembawa keributan dalam hidupmu

Terlalu sulit untuk dilupakan,

Terlalu sulit untuk dikenang.

Masa senda gurau jadi point utama,

Masa dimana 'canggung' bukanlah sosok kita.

Bahkan aku lupa bagaimana caranya bertanya tanpa malu,

Bersikap masa bodoh dengan omongan orang tentang kita,

Menunggu kadang jadi aktivitasku,

Sampai tegurmu memberhentikanku.

Hingga suatu masa,

Saat orang lama bertandang dihidupmu,

Dan mengisi sebagian luangmu,

Disana 'tersisih adalah sosokku.

Kau seakan lupa bagaimana senda gurau yang serupa,

Bahkan bertanya pun tiada guna,

Ah, dasar aku yang perasa,

Lupa kalau kita bukan siapa siapa.

Entahlah, aku hanya merindukan sosok hangatmu kala itu,

Kala persaingan jadi sebuah permainan,

Lupa bagaimana pula caraku yang tak tahu malu itu selalu mennunggumu,

Maaf mungkin 'risi' itu telah menghampirimu.

Mulai kini, aku bukan lahi  pengganggu setiamu,

Dan maaf dulu aku selalu jadi alarm yang berdering bagimu.

Aku memandangi sendiri bagaimana tangan ini dengan lihai menyusun kata kata disecarik kertas yang terlah kusiapka untuk Rayhan, bodoh saja jika Rayhan tak mengerti apa maksud dari tulisan ini, tapi, untuk apa juga aku mengharapkan Rayhan mengerti maksudku, toh pada akhirnya dia akan bersama dengan Bintang pada akhirnya.

Klasik sekali bukan kisaku dengan Rayhan, mencintai sahabat sendiri karena terlalu sering bersama, ahh dasar. Tak apa aku menyukai jalan cintaku yang tak pernah berjalan ini, semoga disana Rayhan akan menemukan perempuan yag tidak bawel sepertiku yang mampu membuat tidurnya terganggu dan tangannya menjambak rambutku dengan pura pura sakit.

Oh iya,,  terimakasih untuk Rayhan sudah menjadi bagian cerita terindahku semasa SMA, Rayhan aku ingin kamu mengerti, kalo sosokku mungkin  bisa saja terganti, tapi kenangan kita tak bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun