Lupa kalau kita bukan siapa siapa.
Entahlah, aku hanya merindukan sosok hangatmu kala itu,
Kala persaingan jadi sebuah permainan,
Lupa bagaimana pula caraku yang tak tahu malu itu selalu mennunggumu,
Maaf mungkin 'risi' itu telah menghampirimu.
Mulai kini, aku bukan lahi  pengganggu setiamu,
Dan maaf dulu aku selalu jadi alarm yang berdering bagimu.
Aku memandangi sendiri bagaimana tangan ini dengan lihai menyusun kata kata disecarik kertas yang terlah kusiapka untuk Rayhan, bodoh saja jika Rayhan tak mengerti apa maksud dari tulisan ini, tapi, untuk apa juga aku mengharapkan Rayhan mengerti maksudku, toh pada akhirnya dia akan bersama dengan Bintang pada akhirnya.
Klasik sekali bukan kisaku dengan Rayhan, mencintai sahabat sendiri karena terlalu sering bersama, ahh dasar. Tak apa aku menyukai jalan cintaku yang tak pernah berjalan ini, semoga disana Rayhan akan menemukan perempuan yag tidak bawel sepertiku yang mampu membuat tidurnya terganggu dan tangannya menjambak rambutku dengan pura pura sakit.
Oh iya,,  terimakasih untuk Rayhan sudah menjadi bagian cerita terindahku semasa SMA, Rayhan aku ingin kamu mengerti, kalo sosokku mungkin  bisa saja terganti, tapi kenangan kita tak bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H