Sony Sanjaya
*****
Berkerut keningku, bagaimana mungkin seseorang yang baru saja aku kenal tiba-tiba mengirimkan email yang isinya membuatku terkejut. Tak bergerak, bibir ini seolah tak mampu berkata. Tertegun beberapa saat, sebelum akhirnya kuberanikan diri membalas E-mail itu.
Bismillah...
Saudaraku yang semoga Allah senantiasa merahmatimu...
Nikmat Allah sungguh luar biasa tiada terkira, kekuasaan Allah melintasi segalanya, yang misterius, dan tiada disangka-sangka. Kasih sayang Allah tak akan pernah habis untuk Hamba-hambanya, bagi yang meminta ataupun yang tidak meminta, agar semata-mata kita bisa bersyukur dan terus bersyukur. Karena itu, mari kita syukuri dulu atas nikmat yang telah menganugerahkan rasa yang ada pada qalbu manusia.
Bersyukur atas pertemuan kita sehingga terjalin ukhuwah diantara kita, atas kejadian-kejadian kita yang menimpa kita sebelum ini, agar kita bisa perbaiki diri dan berpikir dewasa
Saudaraku, yang senantiasa dalam lindungan-Nya.
Kita hanya hamba-Nya yang hina, yang selalu berbuat dosa, lalai dengan karuniaNya. Alangkah tidak tahu dirinya kita jika membuat kesalahan lagi demi memenuhi hawa nafsu kita.
Kita hanya hamba lemah, yang tidak luput dari takdir dan ketentuan-Nya. Mari kita bermuhasabah dengan Cinta-Nya dan tanyakan benarkah Cinta itu lahir atas kehendak-Nya semata-mata karena-Nya? Mampukah cinta itu membawa kejalan yang diridhoi-Nya?
Saudaraku... Jika sekiranya mampu, perbaikilah niatmu dulu, kemudian titahlah kejalan Halal. Karena aku, Wanita yang hanya bisa berkasih dengan yang halal saja.Jazakallah Khairan Katsiran
Noviyanti
Hari demi hari, entah kenapa aku semakin kagum padanya. Walau hanya beberapa kali bertatap muka, tapi diskusi kami lewat chat, kedalaman ilmunya, keindahan susunan kata-katanya, sungguh meninggalkan kesan yang begitu dalam di hatiku. Aku mulai jatuh hati padanya.
Dan begitu kagetnya aku ketika dia menawarkan untuk menikah, penghujung senja kala itu menjadi saksiku mendengar permintaannya itu. Namun nalar logikaku masih terus menyangkal, Kukatakan kepadanya
“Bagaimana mungkin Engkau memintaku untuk ta’aruf sedangkan kita berdua tidak mengetahui latar belakang masing-masing, juga bagaimana nanti respon keluarga kita masing-masing.”
Dan ternyata… Dia tidak hanya menyampaikan niatnya itu kepadaku saja, tapi kepada kedua orang tuaku. Dia unggul satu point dimataku karena keberaniannya mengutarakan niat dihadapan kedua orang tuaku, tidak seperti laki-laki yang kutemui selama ini, hanya menyampaikan buaian-buaian gombal dihadapanku saja.
Hampir satu tahun penantian itu terasa begitu lama, nyaris tertatih menjaga hati ini, Karena cara ta’aruf kami tidak sepenuhnya benar, kami masih tetap saling berbalas pesan via sms ataupun chat, juga masih sering menelpon, Astaghfirullah, semoga Allah mengampuni keburukan itu.
Saat yang dinanti itu akhirnya tiba, Ikhwan nan lucu, cerdas, berilmu dan tampan itu, akan menjadi suamiku! Gadis mana yang tak bahagia dipinang pria sepertinya?