“Tante, aku bantu ya menyiapkan makan malam?” seru Girly sambil mengikuti Rose keluar ruangan.
“Baiklah anak manis. Terima kasih ya.” jawab Rose dengan lembut.
Rich, Rose, dan semua anak-anak menikmati makan malam bersama. Usai itu, Red pergi mengantarkan Girly ke rumahnya dan Frendy berpamitan untuk pulang ke rumahnya.
Malam semakin larut menutup hari yang melelahkan. Di sela-sela suara detak jarum jam yang menempel di dinding sebelah kanan pintu ruang keluarga, telepon genggam Rich berbunyi. Rich melihat layar telepon genggamnya dan di sana tertulis nama Alosio Politica. Rich segera mengangkatnya dan mereka pun berbincang serius.
“Halo, Brother. Bagaimana kabarmu? Saya pikir kamu ikut menjadi korban ledakan.” tanya Alosio di ujung telepon genggam.
“Halo, Brother. Tenang, saya baik-baik saja. Untung saat ledakan itu, saya sudah pulang. Apa kamu sudah tahu siapa dalangnya?” jawab Rich.
“Saya sih dengar kabar kalau Polinus Treely dan kroninya sedang persiapkan pemberontakan pada raja. Mereka sudah berkoordinasi sampai ke akar rumput untuk melakukan kudeta. Info ini masih saya konfirmasi dengan sejumlah mata-mata lainnya.”
“Mata-mata? Maksudmu, apakah ada kerajaan lain yang mendanai Polinus?”
“Iya. Sepertinya begitu. Bahkan kabar terbaru yang saya dengar, Polinus juga mendapat tawaran menjadi Perdana Menteri Toucan.”
“Wow! Pantas saja Polinus selalu menentang pendapat raja dalam sejumlah rapat penting!”
“Yah begitulah, Bro. Em, sorry, raja menelepon saya, Rich. Nanti kita berkabar lagi ya. Sekali lagi saya bersyukur kamu baik-baik saja. See you later, Brother. Sampaikan salam saya untuk istri dan anak-anakmu ya.”