Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Restui Anak Melakukan Petualangan Seru dengan Caranya Sendiri

5 September 2022   13:34 Diperbarui: 6 September 2022   16:41 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petualangan seru dalam kehidupan anak dapat diperolehnya bukan hanya dari kunjungan ke banyak lokasi wisata atau mengikuti berbagai lomba dan kejuaraan olah raga tertentu. Namun, petualangan seru dapat diperoleh anak dari segala macam interaksi melalui beragam kegiatan yang dilakukan bersama keluarga maupun teman-teman dalam kegiatan rutinnya. 

Petualangan seru secara tidak langsung akan membentuk karakter mandiri dan berani di dalam jiwa anak. Kedua karakter positif ini akan membentuk pola pikir dan mental juara dari anak sehingga mereka menjadi lebih tangguh dan terlatih untuk mengambil keputusannya sendiri.

Ironisnya, sebagian orangtua masih berpikiran negatif saat anak melakukan petualangan seru dengan caranya sendiri. Petualangan seru dianggap orangtua sebagai kegiatan yang membahayakan diri anak dan merepotkan mereka. Misalnya, saat anak terjatuh dari sepeda hingga kakinya patah, maka orangtua merasa direpotkan anak karena harus membawanya ke rumah sakit serta mengeluarkan biaya mahal selama pengobatan.

Orangtua kerap kali menggunakan alasan-alasan ini sebagai senjata pembunuh bakat dan kreativitas anak. 

Sebagian orangtua bahkan berusaha untuk membuat anak menjalani kehidupan yang membosankan hingga mereka tumbuh sebagai pribadi yang tidak percaya diri dan sangat bergantung pada orangtua.

Alasan pembunuh kreativitas anak tersebut sepenuhnya tidak berhubungan dengan suku bangsa atau tingkat sosial dari keluarga, melainkan dari karakter serta mentalitas orangtua itu sendiri.

Keturunan dalam suatu keluarga seharusnya dipersiapkan secara fisik dan mental. Di sinilah peranan orangtua sangat dominan di dalam keluarga. Ketahanan fisik meliputi kesehatan, keutuhan bentuk fisik, hingga kekuatannya dalam beraktivitas di dalam dan di luar rumah. 

Ketahanan mental meliputi kedisiplinan, kerajinan, keberanian, hingga kemampuannya beradaptasi dalam setiap kondisi dalam hidup. Petualangan seru menjadi salah satu pembentuk mental berupa keberanian dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.

Orangtua perlu mengingat bahwa pada dasarnya anak-anak merupakan pribadi yang bebas. Mereka suka melakukan banyak aktivitas 'unik' yang terkadang tidak terpikirkan oleh orangtua. Seperti pada saat anak merangkak keluar dari kasur untuk belajar berdiri, mereka akan merangkak menuju meja makan lalu berusaha berdiri dengan memegang taplak meja makan. 

Namun, anak kehilangan keseimbangan karena taplak meja tidak kuat menahan berat tubuhnya. Anak pun jatuh terlentang bersama makanan di atas taplak meja makan yang tumpah menutupi wajah hingga seluruh tubuhnya.

Sebagian orangtua melihatnya sebagai kejadian yang menjengkelkan. Orangtua merasa kesal karena mereka harus membersihkan makanan yang jatuh dan berserakan di lantai rumah serta membersihkan tubuh sang anak yang kotor akibat tumpahan makanan. 

Umumnya, sebagian orangtua menjadi naik pitam lalu melampiaskan secara fisik pada tubuh anak berupa cubitan atau pukulan. Jarang sekali orangtua yang menikmati kejadian unik seperti itu.

Di saat orangtua merasakan kekesalan yang luar biasa atas kelakuan anaknya, justru perasaan sebaliknya dirasakan sang anak. Mereka menikmati kejadian ini sebagai sebuah petualangan seru. Ada kegembiraan di dalam jiwa sang anak saat mereka berhasil keluar dari kasur, lalu merangkak sendiri ke arah meja makan untuk berdiri sambil memegang taplak meja. 

Anak merasa sangat gembira karena dia berhasil menggerakkan tubuh sejauh lima meter keluar dari wilayah kenyamanannya. Anak menganggap bahwa kejadian ini sebagai sebuah prestasi luar biasa dalam kehidupannya.

Pengalaman anak melakukan petualangan seru itu nantinya akan diingat di dalam alam bawah sadarnya untuk memperkuat keberaniannya di waktu dia merasakan ketakutan pada kegagalan yang mungkin terjadi dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya. Keberanian di dalam alam bawah sadarnya ini akan membuat sang anak percaya diri untuk menjalani rutinitas berikutnya.

Anak sama sekali tidak bermaksud 'jahat' pada orangtua atau lingkungannya saat mereka melakukan kegiatan 'unik' yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa kelelahan. 

Anak-anak hanya ingin mewujudkan bayangan di dalam pemikiran mereka melalui berbagai macam kegiatan yang menarik supaya mereka tidak kebosanan.

Justru, saat orangtua melihat sang anak melakukan kegiatan 'unik', sebaiknya orangtua melihat dan memperhatikan dengan kesabaran tinggi supaya saat anak melakukan penyimpangan dari kebenaran atau kaidah keagamaan, maka orangtua dapat langsung memperbaiki dan membuat anak tidak terjerumus lebih dalam pada kesalahan.

Suatu hari, seorang anak bernama Timothy harus pulang sekolah menggunakan sepeda dikarenakan sang ayah dan ibu sedang bekerja dan tidak dapat menjemputnya di sekolah seperti rutinitas biasa. 

Kejadian pulang sendiri ini terlihat biasa saja bagi sebagian orangtua karena banyak anak melakukannya, tetapi bagi anak, kejadian ini merupakan petualangan baru yang seru karena dia dapat merasakan ketegangan saat mengayuh sepedanya sendiri di jalanan sepi.

Timothy dapat merasakan adrenalin dalam tubuhnya yang berbeda karena dia dapat merasakan keseruan saat harus memacu sepedanya dan fokus pada kendaraan lain yang mungkin melintas di sebelahnya. 

Pengalaman inilah yang membuat anak merasakan petualangan seru dengan caranya sendiri tanpa dipengaruhi oleh segudang teori dari buku atau ocehan para orang tua di sekitarnya.

Orangtua yang melarang anak mengulangi aktivitas karena dia melakukan kesalahan justru akan membatasi kegiatan anak, maka anak justru belajar berbohong dengan menutup-tutupi kejadian yang telah dilakukannya supaya tidak dilarang orangtua.

Saat anak menutup-tutupi apapun kegiatannya dari orangtua, maka orangtua akan semakin kesulitan untuk mengendalikan kegiatan anak. 

Orangtua akan semakin kelelahan untuk mengendalikan anak dan pada akhirnya, hubungan baik antara orangtua dan anak menjadi renggang dan mengalami kerusakan karena rendahnya kepercayaan di antara mereka.

Petualangan seru yang dilakukan anak dengan gayanya sendiri pastinya menimbulkan kekhawatiran dari orangtua. Namun, orangtua harus menyikapinya secara dewasa. Caranya yakni dengan melakukan ketiga hal di bawah ini.

1. Kenali Lokasi dan Berikan Solusi Praktis

Ketakutan orangtua saat sang anak ditinggal sendiri saat melakukan aktivitas menantang tersebut harus diubah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi anak. 

Orangtua sebaiknya mengajak anak untuk melihat lokasi daripada sibuk menakut-takuti diri sendiri dengan pikiran negatif. Dengan orangtua melihat lokasinya sendiri, maka membuat pikiran sendiri menjadi tenang.

Selanjutnya, informasikan sejumlah solusi praktis untuk anak sebagai antisipasi jika mereka menghadapi kesulitan saat melakukan kegiatan sendiri. 

Solusi praktis bagi anak ini juga bermanfaat baik dalam menumbuhkan kepercayaan diri di dalam pikiran anak, sehingga mereka semakin yakin untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan sendiri. 

Saat kepercayaan diri timbul dalam diri anak, maka mereka akan tumbuh menjadi pribadi dengan mental yang semakin kuat.

2. Persiapkan Perlengkapan Sesuai Kondisi

Cara mudah dan dewasa yang harusnya dilakukan orangtua yakni membantu anak untuk menyiapkan semua perlengkapannya. Mulai dari memeriksa ban sepeda, rem depan dan belakangnya, bel depan, lampu mata kucing di belakang, hingga rantai sepeda. 

Selain itu, orangtua juga membantu mengurangi barang bawaan anak sehingga mereka merasakan kenyamanan saat beraktivitas sendiri.

Orangtua sebaiknya berhenti membuat kehidupan anak semakin 'ribet' dengan perlengkapan berupa perbekalan yang sangat banyak. Perlengkapan yang tidak berhubungan dengan kegiatan anak justru akan menyulitkan anak saat beraktivitas. 

Memang wajar jika orangtua membawakan perlengkapan sebagai upayanya untuk mengantisipasi kegiatan yang mungkin terjadi, tetapi jika pemikiran orangtua hanyalah pemikiran palsu, maka aktivitas anak akan sangat terganggu dan orangtua menjadi 'monster' menyebalkan bagi anak.

3. Lepaskan Ketergantungan Anak pada Orangtua dengan Motivasi Positif

Setiap anak akan merasakan ketakutan saat harus melakukan sesuatu kegiatan baru seorang diri. 

Wajar jika anak akan berpikir keras untuk menaklukkan ketakutannya dengan cara melakukan penolakan atau bahkan menangis keras. Namun, bukan berarti lantas orangtua menjadi iba dan membatalkan kegiatan itu, lalu kembali lagi menemani anak.

Penolakan yang dilakukan anak sebenarnya adalah bentuk dari ketakutan 'palsu' yang dirasakan sebagai dampak dari pengalaman-pengalaman buruk pada kegiatan sebelumnya. Misalkan, saat dia jatuh di lokasi wisata, orangtua membantunya sambil berteriak penuh kemarahan, sehingga anak menjadi ketakutan dimarahi orangtua saat mereka jatuh di dalam kegiatannya.

Untuk itu, orangtua sangat perlu memberikan keyakinan bahwa aktivitas yang dilakukan anak secara sendiri ini merupakan kegiatan menyenangkan. 

Jika orangtua pemarah, maka jelaskan bahwa orangtua tidak akan marah saat anak jatuh saat beraktivitas. Orangtua juga perlu menjelaskan bahwa selama anak berhati-hati dan mampu beraktivitas sesuai tempat yang benar, maka semuanya akan baik-baik saja.

Motivasi positif bukan berarti memberikan hadiah ya. Ingatlah wahai orangtua. Pada saatnya nanti, anak akan dituntut hidup mandiri oleh alam dan lingkungannya. 

Jika orangtua memberikan hadiah untuk kegiatan sendiri sang anak, maka selamanya mereka akan semakin ketergantungan dengan orangtua. Mereka akan malas hidup mandiri karena tidak ada orangtua yang memberikan hadiah.

Akibatnya, anak akan selamanya bergantung pada orangtua dan tidak bersedia untuk melakukan seluruh kehidupannya secara mandiri.

Ketiga cara di atas merupakan bagian utama dari sekian banyak cara dalam melatih kemandirian anak untuk melakukan aktivitasnya sendiri. Biarkan anak menemukan kejadian-kejadian seru dan merasakannya sendiri sebagai bagian dari pengalaman hidup. 

Orangtua sebaiknya memberikan kepercayaan yang menjadi hak untuk anak-anaknya supaya anak juga memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dan menjalani hidup dengan gaya dan pemikirannya sendiri.

Kepercayaan dari orangtua itu sangat bernilai bagi sang anak. Kepercayaan orangtua memberikan dampak sangat besar bagi tumbuh kembang mental anak. 

Dengan kepercayaan orangtua, maka anak akan leluasa untuk mengembangkan ide-ide luar biasa dalam kehidupannya serta mempertajam pemikirannya untuk menemukan solusi saat menghadapi segala masalah dalam kehidupannya.

Anak hendaknya diperlakukan sebagai manusia seutuhnya karena mereka bukanlah robot yang dibuat oleh mesin pabrik. Saat menganggapnya sebagai manusia, maka anak juga dipandang sebagai individu yang mempunyai hak untuk berbicara, menyampaikan pemikirannya, dan memilih cara untuk melakukan kegiatan secara bebas dan bertanggung jawab. FIN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun