Itu semua, Sayangku, jerit pertobatan versi bangsamu.
    Kau tentu tak seperti itu 'kan, Sayang?
  Tanya si malaikat dengan bibir sedikit mencibir dan mata agak menyipit melirik
  Dengan sebelah alisnya condong naik.
Di gunung ini tiga hari lalu,
  Engkau meniriskan jawab-Mu lewat embun pagi:
    Untuk apa kautadahkan tanganmu ke hadapan-Ku siang-malam?
    Jeritan macam apa yang kaudoakan itu?
    Kau tak tahu bagaimana serupanya engkau dengan semua pendosa itu?
    Karena kaulah yang mencuri matahari dari tempatnya diletakkan,
    Sementara umat yang lain dan pemimpin cuma merampoki tetek-bengek,