Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ujung Bayonet dan Merah Putih

18 Agustus 2018   18:12 Diperbarui: 18 Agustus 2018   19:07 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang itu berbicara bahasa Indonesia. Aku kaget, karena suaranya terdengar merdu dan lembut. Ia menyebutkan sebuah nama, lalu bertanya apakah Papa orang yang dimaksud. Itu memang nama Papa. Dan Papa mengakuinya.

Sedang ia berbicara dengan Papa, serdadu-serdadu yang lain tidak bergerak dan tidak bersuara. Mereka amat menghormatinya.

Selesai dengan Papa, dia memberi perintah dalam bahasa Jepang. Beberapa dengan kasar mengikat tangan dan kaki Papa, Mama, dan Koko-koko. Sementara yang lainnya menggeledah ke sana-kemari.

Aku benar-benar ngeri.... Pandanganku berkabut saking derasnya air mata....

Tiba-tiba, tanpa sempat aku menutup pintu kembali sehabis mengintip, tiga orang prajurit menghambur masuk kamarku. Ketika melihatku, pandangan mereka seperti kucing melihat ikan asin. Refleks, aku menarik selimut dari atas kasur, hendak menutupi tubuhku yang serasa digerayangi oleh pandangan bernafsu mereka.

Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa Jepang. Kemudian terkekeh-kekeh. Salah seorang menyelendangkan senapannya. Lalu mendekatiku. Aku menarik selimut lebih tinggi dan lebih rapat. Tapi secepat kilat ia merenggut selimutku. Seorang temannya bersiul sambil mengatakan sesuatu. Ketiganya terbahak-bahak. Aku menengkurap di atas kasur.

Mendadak si penarik selimutku menjatuhkan diri ke atasku!... Aku menjerit keras-keras.... Dia membekam mulutku dengan satu tangan, tangan lainnya menggerayangi tubuhku.... Dia menciumi leherku secara membabi-buta....

Aku jijik sekali! Aku dicekam takut yang luar biasa, tapi reaksiku justru bisa lebih membahayakan. Kugigit kuat-kuat tangannya yang menutup mulutku....

Tamparan yang begitu keras mendarat di pipi kiriku.... Telingaku berdenging kencang sekali.... Pandanganku berkunang-kunang.... Asin darah terasa mengalir di bibir....

Dari sudut mata, kulihat orang itu cepat-cepat menurunkan senapannya sembari berteriak-teriak. Dua temannya mengokang senapan mereka juga.

Aku terpaku.... Ujung bayonet senapan itu mengarah ke mukaku!... Dia mau menusukku, entah di sebelah mana...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun