Mohon tunggu...
SAMSURYADI AL BARRU
SAMSURYADI AL BARRU Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Bercita-cita Naik Kapal Selam

Samsuryadi al barru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persembahan Ke 54 Tahun, GAPPEMBAR, Ideologi, Gerakan Dan Cinta Yang Lahir Dari Anak Muda Berru

23 November 2020   23:10 Diperbarui: 25 November 2020   21:40 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 GAPPEMBAR, Ideologi, Gerakan Dan Cinta Yang Lahir Dari Anak Muda Berru

Kritik Diri Atas Esensi Bergappembar Selamat Milad Ke 54 GAPPEMBARku Panjang Umur Perjuangan.

By Samsuryadi Al Barru

KABID PPPA DPP GAPPEMBAR Periode 2015-2017

Saat menerbitkan artikel prematur ini penulis sangat terbata bata dan malu rasanya seorang kader Yang berproses sangat singkat di lembaga kepemudaan yang kini berusia 54 tahun di november tahun ini, goresan yang termaktub dalam tulisan ini adalah tentang upaya penulis, yang berjuang menerbitkan sebuah buku tentang ensiklopedia Gappembar, namun terhenti hingga artikel ini muncul, bukan tidak mungkin lembaran-demi lembaran yang seharusnya mendapat respon yang kritis, namun hanya didiamkan ketika penulis konsultasi penerbitan tulisan ini dalam bentuk sebuah buku, tak sedikit senior, alumni, yang berjanji memberi kata pengantar, hingga sekapur sirih, namun semua itu tidak lah tergapai, mungkin tulisan ini adalah momok buruk gappembar, atau memang hanya akan berakhir jadi sampah kelak, atau mungkin para mereka tak peduli atau bahkan tak mau merasa tersaingi, itu sah sah saja.

Dalam narasi yang lain ulasan ini merupakan kritik pedas bagi diri sendiri sebagai alumni yang tak punya kualitas dalam menjelaskan urusan detail berGappembar secara kaffah, nyatanya memang demikian penulis lebih banyak mengukur ego dan merenungi keadaan diri sebagai kader yang punya cita dan asa mewuujudkan tujuan organisasi tercintanya Gabungan Pemuda Pelajar Mahasiswa Barru. Teruntuk Almarhum H Abd Razak Tahebe yang telah mendirikan organisasi ini semoga engkau tenang dan damai di barzah.

Salamakki to Pada Salama

Chapter 1
SEBUAH PERINGATAN DINI
"Tujuan awal GAPPEMBAR Yakni Pemersatu pemuda barru"
Andi Syukrillah Amir

Gappembar sebagai wadah pemersatu pelajar pemuda dan mahasiswa barru sebagai sarana beraktivitas dalam menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki dari setiap anggota dan kader gappembar: baik dirinya sebagai masyarakat barru, maupun sebagai mahluk berfikir dengan kepedulian total terhadap daerah, gappembar menjadi wadah pendidikan sekalligus arena pendidikan, perjuangan dan pengabdian bagi semua anak muda barru dan atau berdarah barru yang tergabung di dalamnya.

Peran yang termaktub dalam konstitusi gappembar sebagai wadah pendidikan perjuangan dan pengabdian yakni dalam pasal lima pada tujuan gappembar yaitu : "Terbentuknya insan cendekia yang kreatif pengabdi dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoil Allah Subhanahu wa Ta'ala".

Kalimat 'Terbentuknya insan cendekia'  merupakan ultimatum bahwa gappembar memiliki tujuan mendidik melalui proses perkaderan maka di sebutlah oleh 'pengkaderannya gappembar' .

Sebagian besar masyarakat barru sudah tidak tabu lagi dan menganggap gappembar sebagai organisasi yang di bentuk tahun 27 november 1966 ini sebagai organisasi daerah yang setiap saat melakukan proses kaderisasi. Gappembar tidak pernah mengahalangi aggotanya dalam agar dapat berkembang sesuai potensi diri yang dimilikinya.

Pengembangan wawasan yang dilakukan baik dari segi sosial, ekonomi, agama, tekhnologi hingga politik. Semua hal tersebutmerupakan bagian yang tak terpisahkan dalam membentuk karakter individu yang intelektual transenden, atau aktualisasi diri sehingga tak sedikit kadernya memiliki posisi kuat tertentu dalam melakukan upaya perbaikan di daerah hingga nasional.

Banyak yang berpendapat insan cita gappembar itu ada tiga, ada empat, ataupun lima, namun setiap frasa tersebut sebenarnya memiliki makna yang fluktuatif, seharusnya gappembar hanya memliki satu landasan insan cita yakni "Terbentuknya insan cendekia" itu saja, karena sejak di angkatnya tujuan ini dalam bentuk pedoman inti organisasi, kita lupa karena meletakkan kata penghubung "Yang", kemudian hasil kajiannya melahirkan frasa "Terbentuknya insan cendekia yang kreatif, insan cendekia yang pengabdi, dan terbentuknya insan cendekia yang bertanggung jawab", sehingga setiap insan gappembar wajib menjadi cendekia dan memiliki kemampuan kreatif, pengabdi, dan bertanggung jawab. Itulah inti proses pendidikan dalam kaderisasi gappembar. Sehingga wajah pembaharuan akan selalu hadir, pemikiran kritis dan pengabdian yang tiada henti dalam mempertanggung jawabkan diri sebagai kader cendekia.

Selanjutnya frasa ' .....atas terwujudnya masyarakat adil makmur yandg diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta' ala,  mengisyaratkan makna bahhwa selain menjadi organisasi kader, gappembar juga merupakan organisasi pengabdian atau perjuangan. Sehingga setiap anggota yang berproses di gappembar tidak hanya di kader dalam pengembanngan potensi diri dan intelektual semata, namun segala bentuk pengembangan potensi itu juga wajib di aktualisasikan dalam kehidupan sosial. Maka, tidak salah apabila gappembar menjadi salah satu pelopor para "agent of change" dan " agent of social kontrol" serta "iron stock"  penerus.

Karenanya dalam penggalan penjelasan diatas, dapat di mahfumkan  bahwa gappembar juga sebagai wadah pengabdian, dimana setiap ide gagasan, yang diwacanakan dalam gappembar jelas harus di realisasikan dalam kehidupan sehari hari, baik dalam beragama maupun dunia sosial. Realisasi tersebut diwujudkan oleh setiap anggota sebagai bagian dari anak muda daerah Barru, maupun sebagai mahluk beragama yang diciptakan Tuhan yang Maha Kuasa.

Konsep ini menjadi bagian terpenting dalam pembinaan gappembar di lingkunga komisariat kecamatan, perguruan tinggi, hingga dewan pimpinan pusat sehingga standar dari tujuan gappembar dengan karakkteristik fluktuatif itu bisa mendorong persatuan dan mewujudkan masyarakat madani beradab yang di ridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

CHAPTER II
KONSEP IDEAL MEMBACA EKSPEKTASI MASA DEPAN GAPPEMBAR

Gabungan Pemuda Pelajar Mahasiswa Barru (GAPEMBAR) pasca terbentuknya lima puluh dua tahun silam, tidak terlepas dari realitas kedaerahan dengan banyak faktor yang menginisiasi terbentuknya organisasi daerah terbesar di kabupaten barru ini. Salah satu faktornya adalah upaya menghilangkan benih-benih sektoral pelajar di makassar yang terbentuk berupa aliansi kecamatan, misalnya ikatan pelajar tanete, himpunan pemuda barru, soppeng riaja dan mallusetasi yang sejatinya memiliki tanggung jawab yang sama pasca terbentuknya kabupaten barru di kala itu sehingga terbentukna gappembar karena mereka memiliki semangat sekaligus tujuan kebangsaan tingkat daerah dan persatuan bangsa.

Para pendiri Abd.Razak Tahebe, Tahlia tone, Yunus Abdullah, dan Kapten jailani, tentu tidak pernah memprediksi bahwa namanya akan selalu ada dalam setiap uraian sejarah dari para penerusnya, semoga Allah memeberi tempat terbaik untuk ke empat pendahulu kita tersebut Aamyn.

Gappembar sejatinya sudah bebberapa kali berganti nama, yakni himpunan pelajar asal daerah barru, kemmudian gerakan pemuda pelajar maahasiswa barru serta kini menjadi gabungan pemuda pelajar mahasiswa barru di akhit tahun tujuh puluhan. Naamun secara substansial tidak mengubah apa yang seharusnya menjadii ruh dan tujuan awal berdirinya Gappembar, hal inilah harus di pahamkan oleh setiap kader dari generasi alpha ke generasi z sekarang ini.

Sementara itu posisi gappembar ditengah realitas masyarakat harus dipahami bukan sebagai bagian dari masalah, melainkan sebagai alternatif solusi.

Keterjelasan dari setiap aktivitas kader gappembar baik level komisariat hingga DPP secara pribadi maupun konstistusi anggaran dasar dan aanggaran rumah tangga di peruntukkann dalam rangka mewujudkan konstruksi masyarakat ideal atau suatu tatanan masyarakat madani, sehingga konektifitas gappembar selalu menjadi sentral pendidikan non formal di mata masyarakat kabupaten Barru.

Dari penjelasan diatas kita bisa mengurai organisasi gappembar tidak terlepas dari sisi ke agamaan pemahaman atas asas islam yang di tercantum di dalam anggaran dasar maka setiap kader harus menyadari bahwa gappembar sangat elok di berdayakan sebagai ladang dakwah juga bisa mensuplay kebutuhan kader sebagai "khalifah fil afdh"  serta sebagai hamba yang mengabdi kepada-Nya.

Ulasan terakhir dari tulisan ini penting di fahami oleh kader dimanapun dan di zaman siapapun adalah gappembar berarti menyatukan kepentingan nasional lokal kedaerahan,  dan islam adalah spirit utama dalam setiap proses kehidupan, seorang kader bisa saja bukan islam namun roh utama gappembar yakni kebaikan kebaikan islam didalam perjuangannya sehingga tidak sedikit kader gappembar mempertahankan asas islam sebagai landasan utama di tetapkan didalam pedoman pokok pengkaderan.

CHAPTER III
Jalan panjang tak ter arah

Dalam pidato pra penutupan Latihan kader tingkat dua angkatan ke lima yang dilaksanakan oleh dewan pimpinan pusat tahun 2015 lalu di aula kecil bola soba e lalu, materi sejarah perjuangan gappembar Dr.Irham Jalil Aliah. Menyampaikan sebuah kalimat yang secara substansial berbunyi: "Andai saja gappembar mendarah daging coba kallian iris tangan saya maka yang keluar adalah darah hijaunya gappembar, pengaruh gappembar dalam pembangunan daerah ini sangatlah kuat bahkan dulu untuk menjadi bupati di kabupaten barru harus mendengarkan rekomendasi dan saran dari gappembar"  

Pernyataan mantan ketua DPP Gappemar tahun 92-94 Dr.Irham jalil diatas memicu pergolakan berfiikir drastis terutama dalam memori otak penulis tentang spirit kekuatan baru menghadapi masa depan gappembar, disisi lain terkadang pernyataan yang selalu teringat ini menjadi ambigu, gappembar harus ke arah mana, apakah ke dunia politik atau cukup di ranah intelektual saja? bias nya pemaknaan arah gerak gappembar dikalangan kader dan beberapa kritikus "non-kader"  gappembar serta alumni gappembar.

Sebagai contoh beberapa ungkapan yang sering didengar dari para haters diluar gappembar seperti : "apaji itu Gappembar sanging politikji naurus, baru tidak ada kinerjanya, apalagi prestasinya"  ada juga ,'apa lagi na minta itu gappembar kenapa lagi naturun aksi, tidak aada urusan lainkah?"  Atau yang lebih parah dan penting untuk direnungi " banyak seniormu di gappembar sudah jadi pejabat semua tapi lupa sama adek adeknya mana lagi jadi bupatimi itupi na datang kalau ada kepentingannya" .

Terjadinya beragam bias pemaknaan dalam gappembar  disebabkan karena tidak fahamnya anggota maupun haters dalam membaca dan memahami substansial sejarah dinamika gappembar. Mereka jauh lebih memahami sejarah hannya sebatas euforia yang di bangga-banggakan  dari satu masa ke masa tentu akan membuat gappembar kehilangan makna dalam setiap geraknya.

Jika cara seperti itu  cara memahami delusi gappembar dalam sejarahnya maka wajar jika MaGAPPEMBAR akan menjadi organisasi yang ssesuai hasrat dari para kadernya, ia aka berpolitik jika kadernya berpolitik, ia akan menjadi organisasi inteleknjika kadernya intelek, ia akan menjadi organisasi agamis jika kadernya agamis, ia akan menjadi organisasi bussyet, bangsat rakus dan korup jika kadernya berperilaku demikian.

Jadi apakah gappembar itu organisasi sehendakk hati anggotanya? Tidakkah gappembar merupakan organisasi yang menafairkan dirinya sendiri, menuntut dan menuntun agar kadernya ke arah yang ia inginkan.

Perlu kita ketahui dimensi awal berdirinya gappembar tahun 1966 adalah ikhtiar panjang dari Drs.Razak Tahebe sebagai presidium sidang  pertama sekaligus inisiator terbenntuknya organisasi ini sebagai wadah pemersatu anak muda barru mulai perbatasan pare pare hingga pangkep, tidak sesingkat yang dikira, karena menyatukan orang tanete dan barru itu sulit, berdiskusi orang pujananting dan palanro kadang tak menemui titik temu sehingga hadirnya gappembar melahirkan pengaruh besar ditengah masyarakat barru dan sebagai sahabat baru birokrasi pemerintahan.

Jika dintafsirkan lebih dalam gappembar tidak pernah menganggap dirinya anak dari pemerintah daerah Barru namun selalu memposisikan diri sebagai sahabat dengan asumsi jika pemerintahan membaik maka gappembar pertama memberi apresiasi dan standing aplous namun jika pemerintahan bermasalah maka gappembar yang pertama menegur, mengingatkan, atau bahkan merongrong rezim jika tak pro kepada rakyat.

Maka dalam prosedur perjuangan gappembar tidak terlepas dari suplay pemerintah yang tentunya berbentuk " Simbiosis Mutualis".

Tidak heran jika dimasa lampau gappembar di percayakan dalam proses seleksi calon pegawai negerii sipil (CPNS) dan juga hingga tahun 2017 masih dipercayakan mengelolah beasiswa mahasiswa yang disebut beasiswa gappembar.

Pada dasarnya gappembar merupakan miniatur masyarakat barru menjadi tameng sekalligus ujung tombak masyarakat dalam penyampaian setiap aspirasi, terkhusus di lingkungan pemuda pelajar mahasiswa barru, cita dan asa sebagai bagian perjuangan gappembar sehingga dimaksudkan mampu melakukan pelatihan-pelatihan khusus serta sebagai jargon independensi organisasi merupakan arah baru setiap pelajar mahasiswa maupun pemuda yang memiliki niat tulus bergabung di gappembar, status organisasi yang semakin menguat demikian pula saat kemampuannya melahirkan orator serta singa forum ketika ada perhelatan akbar semisal musyawara anggota komisariat, pleno dan mubes gappembar.

Di era keterbukaan informasi saat ini lantas menjadi babak baru jalan panjang tak berarah sekalipun jiwa dan nalar kritis kader terhimpun dalam satu barisan kesatuan namun masih merasa terhimpit pada persoalan klasik dan tendensius, gappembar semakin tak menampakkan wajah barunya, ranah politik semakin tampak menghegemoni warga gappembar baik dilingkup kader maupun ditengah kesatuan alumni, urusan fluktuatif ini memungkinkan lahirnya sekat dan keppentingan baru didalamnya.

Dari ulasan diatas terbukti hingga saat ini delusi kekaguman profit orientik seperti yang disampaikan oleh Arham djauharuddin pada saat membawakan materi di latihan kader dua tahun 2016 lalu, membuktikan bahwa kader sesungguhnya belum bisa mandiri secara kelembagaan sehingga melahirkan penerus yang hanya kagum dan menjadikan alumni sebagai lahan rampokan dan memilih senior senior tertentu sebagai tempat pengajuan proposal untuk kegiatan atau acara tertentu.

Pandangan penulis, karakter seperti ini mungkin bisa melahirkan sikap  seniorisme  bukan lagi senioritas  tentu sikap kritis kader semakin menyempit mengingat tidak sedikit alumni yang saat ini menjadi pejabat, maka akan ada umpan balik pemikiran yang memunculkan bahasa misalnya "di gappembar tidak ada lagi kata independen siapapun pimpinannya ada senior dibelakangnya" bahayanya bahasa ini sudah menjadi umum di lingkungan gappembar belum lagi kader baru akan memakam mentah-mentah bahasa seperti itu.

Mengingat usia gappembar semakin menua dan para pendirinya sudah meninggal dunia, apakah jalan perjuangan ini semakin tergipas oleh zaman atau mungkin akan mati di tangan kader sendiri, urusan gappembar tidaklah mudah seperti pernyataan Muhammad Fajrin dalam rapat pleno II yang dilaksanakan di taman pucak maros bahwa menjadi ketua gappembar lebih sulit ketimbang menjadi bupati, lagi-lagi hal ini menjadi bahasa singgungan bagi setiap kader gappembar karena memang pekerjaan menjadi ketua gappembar bisa sangat memuakkan bukan cuma jadi ketua bahkan pengurus biasa saja membuat jenuh dan selalu terpikir kapan kepengurusan ini selesai. pertanyaan selanjutnya adalah Quo vadis  itu urusan regenrasi.

CHAPTER IV
Konflik, Issue, dan Materi

Time is a medichine for all everything
Waktu adalah obat dari segala sesuatunya
-Andi Arfanto-
Rasanya membahas gappembar tidak cukup di tuliskan dalam sebuah buku tipis ini kelak ambigu itu semakin terbaca, gerakan yang tak begitu massif semakin menuai kritikan, menjadi gappembar sudah bak neraka kecil siapa yang tergabung didalamnya bersiaplah menjadi bahan olokan, dalam sebuah diskusi alot dimasa kepengurusan Moh Natsir terjadi beberapa pertikaian dan periode ini mengharuskan ada paksaan bahwa menjadi gappembar harus benar-benar tulus, disela kepengurusan gappembar masih mampu berkoneksi dengan lembaga-lembaga lain yang bersifat kedaerahan bahkan ada yang menganggap dirinya organda tandingan, meski itu melahirkan kekuatan baru, tak bisa dipungkiri bahwa kaharuddin yang hanya pengurus komisariat lapatau umi bersinergi dengan ketua dpp memaksakan pemda untuk segera membangun asrama baru gappembar yang hingga hari ini di berdayakan oleh penghuninya.

Resiko utama bergappembar adalah bersiap busuk, bersiap jorok, bersiap fitnah, dan bersiap gibah. Itu semua menjadii beban di dalam jiwa-jiwa kader, tak sedikit rahasia di munculkan pada waktu hari akan datang, sebut saja cerita politisi gappembar dan urusan percintaan suardi saleh dengan ibu doker yang menjadi intermesso  disetiap pidatonya suardi saleh dalam mengisi acara digappembar bukan hal baru lagi di lingkungan gappembar. Yah termasuk penulis sendiri yang punya masalah jiwa dengan gappembar karena merasa belum tuntas dalam kaderisasi dan selalu diamggap menghianati komisariat sendiri sebagai perpanjangan tangan ketika di dewan pimpinan pusat, yah lagi-lagi waktu menjadi obat segala sesuatunya, jadi tinggal tunggu waktu saja.

Anggaran dasar, anggaran rumah tangga, pedoman perkaderan, pedoman keuangan, pedomam keanggotaan, pedoman organisasi dan pedoman lainnya sudah menjadi hafalan ringan dan sudah seharusnya diluar kepala tiap-tiap pengurus DPP gappembar dan ketua-ketua komiariat, sehingga urusan komunikasi disetiap forum-forum internal gappembar, apakah itu muskom atau mubes, sehingga urusan teknis didalamnya bukan lagi persoalan baru, namun yang membuat miris seharusnya hal demikian sudah tak ada lagi, justru adab didalamnya tidak boleh lepas dari pedoman yang termaktub didalam konstitusi.

Beberapa periode gappembar di sibukkan soal internal, sehingga terkadang latah dalam persoalan mengelolah issue, terkadang masih sering timbul konflik komsisariat, yang disebabkan persoalan simple contohnya, silaturahim yang terputus pasca muskom atau mubes, dan seringkali ada campur tangan alumni didalamnya, situasi politik kedareahan juga tidak terlepas dari itu.

Majelis pertimbangan organisasi (MPO) di gappembar adalah dewan senior disetiap komisariat  dan Dpp yang selalu dianggap kurang menampakkan keseriusan dalam memberi stimulus kepada pengurus, padahal seharusnya MPO lah yang wajib memberi apresiasi sehinngga pembinaan dan arahan di komisariat tidak terlepas dari bimbingan MPO, keseriusan lainnya dibutuhkan karena kehadiran MPO bisa memberikan kedamaian di internal apabila terjadi konflik internal misalnya.

Jati diri gappembar tentu semakin menguat tidak hanya besar dilingkungan internal saja, akan tetapi pandangan masyarakat terhadap gappembar tentu semakin memiliki power penting, dan tidak dianggap organisasi musiman. Banyak peran penting terkadang terlupakan di lingkungan gappembar, misalnya pembinaan kader hingga urusan penokohan kader dan dibesarkan di sekolah atau dikampus masing-masing.

Sejarah mencatat kader gappembar yang memiliki status quo mulai membangun disetiap momentum, ada yang berhasil lewat jalur kelembagaan, ada di parlemen, birokrasi, hingga besar dengan caranya sendiri, semua itu tidak terlepas dari peluang yang dibangun hingga hasil pengkaderannya di gappembar. Layaknya kondisi buah yang tak jatuh dari pohonnya, kader gappembar tidak pernah lepas dan lupa dimana dia di bangun. Tak sedikit yang memberikan suplay terhadap gappembar, dan ingin membangun gappembar kembali kemasa kejayaannya, namun konflik tetaplah konflik. selalu disayangkan, karena tak sedikit peluang seperti ini dimanfaatkan oleh kaum seniorisme. Sebuah penggalan status yang penulis rilis ketika usia gappembar 50 tahun.

"Bisakah juga GAPPEMBAR didefinisikan dengan sebuah aksi? Atau sebuah warna? Atau sebuah gaya? Bagi saya, yang masuk dan bergaul di GAPPEMBAR di era 2000an, GAPPEMBAR adalah sebuah anomali.

Kami, yang menjadi saksi atas marak Masuk dan tumbuh menjamurnya organisasi-organisasi puritan dan ideologi radikal pasca reformasi, bisa melihat bagaimana GAPPEMBAR justru merespon fenomena “membanjirnya ideologi” pasca reformasi itu dengan cara yang unik.

GAPPEMBAR tak larut tapi juga tak benar-benar membentengi diri dari gelombang keterbukaan pemikiran pasca membanjirnya ide-ide dan organisasi-organisasi mahasiswa baru pasca runtuhnya orde baru. Di saat wacana eksklusif mendominasi Barru di akhir 98-2000an, sementara di saat yang sama wacana “revivalisme politik ” mulai tumbuh subur di sisi yang lain, GAPPEMBAR terlibat (dan benar-benar terlibat dalam pengertian yang sebenarnya) dengan semua pergulatan wacana itu tapi tak ujug-ujug ikut di satu warna tertentu. Tak seperti di organisasi daerah lainnya, di GAPPEMBAR 2000-an, wajahnya adalah wajah yang tanpa warna, atau lebih tepatnya, sangat kaya warna.

Di GAPPEMBAR, anda bisa temui anak-anak muda barru dengan segala warna dan segala macam tradisi bergelut, berdebat, kadang tak menemukan titik sepakat, tapi tetap bisa tertawa sama-sama.

Bisakah anda membayangkan seorang Arsitek bisa menciptakan puisi romantis lebih romantis dari kisah zainuddin dan hayati seperti yang sering kita nikmati bersama?.

Disudut-sudut Kecamatan anda bisa temui anak-anak GAPPEMBAR yang bercelana cingkrang dan berjidat hitam, sementara di Kecamatan lain, anda bisa dapatkan anak-anak GAPPEMBAR berkaos oblong, dengan jins sobek-sobek, dengan rambut mohawk.

Anda bisa temukan dengan mudah di GAPPEMBAR anak-anak keluaran pesantren yang membedah Das Capital selancar ia mengutip kitab gurutta ambo dalle, di GAPPEMBAR, anda tak hanya bisa temukan mahasiswa-mahasiswa kesehatan yang mampu mengkritik dengan fasih buku-buku karya Fritjof Chapra, mahasiswa-mahasiswa fakultas hukum yang fasih menjelaskan madilog tan malaka, atau mahasiswa-mahasiswa teknik yang bisa mengkritik ide-ide Joseph Stiglitz, anda mungkin bahkan bisa menemui calon dokter gigi yang bisa mengkritik essay-essay Goenawan Mohamad segampang ia mengulas karya-karya the beatles.

Kombinasi yang aneh bukan? Pelajar-pelajar sma yang menjadi pengikut pemikiran Pramudya anantatur di soppeng riaja.

Walhasil, bisakah GAPPEMBAR didefinisikan dengan satu aksi vandalisme? Tentu saja bisa, jika anda menolak kenyataan bahwa Gappembar punya seribu wajah, yang sebagian anda suka, sebagiannya lagi anda tak mungkin suka.

Kita bisa menyebut mubyl handaling atau hamqa haq sebagai warna kaum politik berintegritas. Adapula said karim sebagai guru besar pakar hukum indonesia.Tapi kita tak bisa menyangkal juga kalau ada kader NU Barru dengan cita-cita moderat dan Muhammadiyah Barru bahkan ada yang HTI dengan getol memperjuangkan penerapan syariat Islam adalah warna lain Kader GAPPEMBAR.

Kita memang tentu saja lebih familiar dengan nama-nama semacam Ir.Suardi Saleh, Prof Hamka Haq, Herman Agus Mahmud, Ahsan Jafar, Sebab merekalah yang dekat dengan sorotan kamera, tapi ada banyak hal-hal (juga nama-nama) lain di Gappembar yang bekerja jauh dari sorotan kamera.

Sewaktu ikut menjadi tim relawan benah desa beberapa waktu lalu, panitia bertemu dengan alumni gappembar yang telah bertahun-tahun mengelola sekolah kecil yang didirikan di pedalaman di tepi hutan barru sana.

Di tempat lain, sewaktu menyelenggarakan bakti sosial di pedalaman Pacekke, kami bertemu dengan alumni gappembar yang telah bertahun-tahun mengelola desa sebagai plt desa disamping jabatan sebelumnya seorang sekdes di pedalaman hutan sana.

Di pedalaman lainnya, kami bertemu dengan seorang guru honorer alumni Gappembar yang telah berpuluh-puluh tahun mengabdi di sebuah madrasah ibtidayah di pedalaman pujananting.

Ada juga hakim yang mengabdi ditanah luwu yang pernah mengislamkan non muslim di daerah nusa tenggara timur.

Tak sedikit alumninya menjadii pengabdi di luar daerah bahkan hingga duduk menjadi anggota DPR RI.
Daftar ini, bisa saja bertambah panjang, jika anda mau datang ke makassar, jakarta papua kaltim dll bertemu dengan alumni-alumni Gappembar.

Di Gappembarlah, kita bisa melihat wajah barru yang sebenarnya. Dengan segala ide-ide, dari yang puritan hingga yang progresif, bergulat dan bertarung tak pernah henti.

Di gappembarlah, pertanyaan-pertanyaan remeh temeh hingga pertanyaan besar, dari soal cinta, shalat lima waktu hingga pemilu, diulas dengan berbagai macam pendekatan ideologi, meski sebagian besar pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah selesai.

Gappembar mungkin, adalah wajah barru, dengan segala perdebatannya yang tak tuntas, juga dengan segala cacat dan boroknya. Juga dengan segala oknum-oknumnya.

Namun celakanya, yang kita temui di jalan-jalan yang macet Barru karena demonstrasi, atau yang kita temui di gosip warung kopi yang dipenuhi berita korupsi politik praktis dan sensasi adalah wajah gappembar yang penuh borok, wajah gappembar yang jelas-jelas ada dan tak bisa dipungkiri.

Tapi maukah kita menilai sebuah entitas yang tak satu dan penuh anomali itu dari apa yang kita lihat setengah-setengah dari media sosial yang, jikapun tidak tendensius, setidaknya tidak mampu mewakili wajah gappembar yang plural lagi heterogen itu?

Maukah kita mendefinisikan sebuah gabungan lebih tepatnya kumpulan-anak-anak muda yang sesungguhnya tak pernah satu dan lebih banyak berdebat itu?

Anak muda yang suka kecewa dengan menolak kebijakan dan aturan anggaran dasar dan konstitusi gappembar
Sehingga tanpa malunya membentuk organisasi daerah tandingan.

Atau anak muda yang masih bertahan menjadi perpanjangan tangan dari komisariatnya masing-masing
Well sudah jelas bukan Itu dinamika organisasi yang hanya dihadapi orang-orang tahan banting.
Saya teringat dengan seorang kader gappembar yang selalu memberi support di media sosial.
Meski tak pernah bertemu mungkin terlalu sibuk melayani anak-anak panti yang beliau beri makan & minum setiap hari.
Ada juga senior dikalimantan sedang abdi negara & masih banyak lagi alumni gappembar yang bukan hanya Doktor & Professor. Penjual nasi kuning setiap pagi di RSUD Barru hingga sampai loper koran yang tidak pernah melepaskan diri sebagai seorang cendekia kreatif pengabdi & bertanggung jawab adalah kader GAPPEMBAR.

Kita mungkin menangis ketika melihat saudara kita di gappembar terlilit hutang, disisi lain kita bangga ada kader gappembar menjadi bupati, ada pula menjadi petani yang tiap pengkaderan selalu membawa jagungnya kelokasi LK, Atau si non muslim kita paksakan menerima materi ketauhidan dan masih banyak lainnya.

Jadi, wajah yang manakah yang sebenarnya mewakili wajah gappembar? Wajah anak-anak muda yang gampang marah seperti yang kita lihat di saat sumpah pemuda beberapa hari terakhir? Atau mereka yang menagih janji beasiswa, atau wajah anak-anak muda yang berdiri bersama nelayan-nelayan kecil di pancana saat mereka menuntut keadilan di dprd.
Tentu anda tak bisa menemukan jawabannya di media dan koran yang kita sama-sama tahu mengabdi pada kepentingan siapa."
Well sekali lagi waktu menjadi obat dari segala sesuatunya.

CHAPTER V
Organisasi itu bernama Hipemdab

Himpunan Pelajar Mahasiswa Asal Daerah Barru merupakan nama awal sebutan Gappembar di tahun 1966, momentum ini ditandai dengan lahirnya persatuan dan kerukunan anak muda barru di tahun itu, jejaknya semakin menjauh ketika deklarasi albar dilaksanakan di sumpang binangae di pimpin oleh razak tahebe, membukakan wajah baru pemuda pemudi barru hingga saat ini. Sudah sepatutnya mereka menjadi tokoh pembawa perubahan di kabupaten dati II Barru, tentu arah gerak organisasi di masa itu masih berstatus labil namun penjabarannya tak mungkin kita bahas sedetail di masa itu.

Numenklatur gappembar meski sering berubah, tetapi marwah gappembar tetap tidak berubah sebagai organisasi pemersatu, ketakutan gappembar kala itu salah satunya hegemoni partai komunis indonesia yang berpengaruh hingga indonesia timur.

Ujung pandang sebagai pusat ibu kota sulawesi selatan sekaligus tempat berdirinya gappembar tentu perannya tidak terlepas dari perjuangan mempertahankan kearifan lokal yang menentang ideology komunis, sehingga kehadiran gappembar dianggap mampu dan sebagai garda terdepan di kabupaten barru dalam merumuskan arah gerak anti komunis bergejolak.

Drs.H Razak Tahebe yang kala itu juga aktif sebagai pengurus besar di himpunan mahasiswa islam dan tahlia tone di pergerakan mahasiswa islam idonesia tentu juga sebagai informan ketika ada issue nasional yang dianggap krusial sehingga anggota gappembar tidak buta informasi dalam mengolah gerak perjuangannya.

Disisi lain gappembar juga turut andil dalam dunia pendidikan serta memiliki kepekaan sosial dalam mengisi langkah-langkah berimbang dalam memajukan kabupaten barru, langkah tersebut salah satunya terbentuknya kampus Universitas Sulawesi (UNSULA) yang di inisiasi oleh Tahlia tone selaku pimpinan yayasan yang kini bernama Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA AL Gazali Barru), serta kabupaten barru pasca pemekaran dengan kota madya parepare, Tahlia tone juga turut andil dalam pemasangan patok pembatas dengan parepare yang awalnya perbatasan barru hingga lumpue sungai tonrangeng, dikarenakan kondisi ekonomi serta warga lumpue kebanyakan melakukan perputaran uang di parepare, hasil kajian itulah kemudian ditancapkan perbatasan kabupaten barru dengan kota parepare  di desa bojo bagian utara.

Secara history gappembar memang menjadi organisasi satu-satunya di kabupaten barru yang mendapat dorongan penuh oleh pemda dan dipercaya sebagai pencetak kader-kader terbaik dan siap mengabdi kepada bangsa, namun cita-cita itu tak mungkin terwujud jika minimnya kualitas yang dibangun dalam setiap perekrutan kaderisasinya.

Periode 2013-2015 Dewan pimpinan pusat gappembar berhasil mencetak kader sebanyak lebih 800 orang, sementara periode sebelumnya 2010-2013 berhasil melahirkan hampir 1000 orang.

Tentu efek kaderisasi itu bukan menjadi ukuran bahwa kumpulan buku registrasi anggota dari tahun ketahun semakin banyaknya kader namun semakin sedikit yang aktif.

Presentase keaktifan kader di ukur dari seberapa banyak kegiatan yanh disukseskan oleh komisariat, serta seberapa ramai setiap event yang di lakukan oleh dewan pimpinan pusat gappembar.

CHAPTER VI
Rumah Kita

"Ika gappembar hadir sebagai wadah koordinasi alumni dan penghubung dari generasi ke generasi"
Mukti alimin

Tahun 2016 awal menjadi babak baru di kepengurusan gappembar masa Andi Ikbal Husni, fase itu mungkin sangat sulit di lalui mengingat dorongan untuk segera di bentuknya perkumpulan alumni gappembar yang selama satu dekade terakhir hanya menjadi wacana yang tak terealisasi, disamping itu semangat di umur masa emas 50 tahun gappembar haruslah meriah dibanding tahun demi tahun sebelumnya.

Penulis merasakan sendiri gejolak serta desakan para alumni untuk segera membentuk ika gappembar yang kala itu ditunjuk sebagai ketua panitia milad gappembar 50 tahun sekaligus deklarasi ika gappembar. Bisa disebut ketua panitia terlama karena persiapan yang matang dan rentetan agenda dalam menyambut milad emas diantaranya kegiatan benah desa, disetiap kecamatan dan rekomendasi komisariat, kegitan jalan santai serta acara malam puncak yang membutuhkan waktu lima bulan lamanya.

Dalam rapat kecil di asrama pusat lantai dua Andi ikbal husni berpesan " Tentu kesabaran dan ketabahan bukan menjadi modal utama terpenting adalah niat ikhlas dalam menjalankan roda organisasi ini karena ini adalah masanya kita".  Artinya semangat juang mengharuskan panitia mewakafkan diri dan meninggalkan aktivitas lainnya dan fokus di kegiatan milad akbar.

Pada dasarnya ada hal yang alot ketika seiring berjalannya waktu muncul pertimbangan demi pertimbangan dalam pembentukan ikatan alumni gappembar, sehingga panitia tak hentinya melakukan koordinasi dengan alumni mantan pengurus gappembar yang semakin terbuka luas jaringannya.

Ketika pertemuan dirumah wakil bupati saat itu Suardi saleh selaku PLT Bupati barru yang juga alumni gappembar merespon baik niat pengurus dpp gappembar untuk pelaksanaan milad emas, namun soal ikatan alumni masih menjadi tanda tanya karena belum ada yang siap menjadi ketua kemudian pertimbangan lainnya adalah apa tujuan ikatan alumni ini terbentuk.

Mukti alimin menyampaikan dengan nada meyakinkan kepada Suardi saleh malam itu bahwa "pada dasarnya terbentuknya ika gappembar nanti akan membuka ruang silaturahmi dengan para alumni, ika gappembar hadir sebagai wadah koordinasi alumni dan penghubung dari generasi kegenerasi, dan sebenarnya orang-orang yang selalu berteriak-teriak itu adalah kader gappembar alumni gappembar, mengapa mereka seperti itu karena tidak ada wadah koordinasi sehingga kita tidak lagi saling mengenal maka kehadiran ika gappembar juga mampu meminimallisir dan meredam sedikit gerakan di barru".

Malam itu bukan lah malam pertama bagi panitia yang ikut bersama tim perintis ika gappembar, setidaknya ada lima orang alumni yang bekerja penuh dan yang hadir sebagai deklarator hampir duapuluh orang, mari kita bayangkan betapa repotnya panitia, disamping kegiatan pra milad harus juga tetap berkoordinasi dengan perintis ika gappembar. Hingga satu bulan pasca terbentuknya ika gappembar penulis juga mendesainkan logo dan logo ika gappembar tersebut masih dipakai hingga tahun 2019 ini.

Sisi lain dari terbentuknya ika gappembar juga tak lepas dari urusan politis, tak sedikit melakukan pendekatan persuasif pasca ika gappembar dilantik hingga PLT Bupati Barru menjadi defenitif, namun lagi-lagi itu bukanlah masalah baru digappembar.

CHAPTER  VII
MUSYAWARAH BESAR  DAN TRADISINYA

Demokrasi di internal gappembar tentu tidak terlepas dari bagaimana politik nilai yang dibangun di internal komisariat, contoh ketika menjadi pengurus DPP adalah sebuah jabatan tertinggi namun tak berdaya dihadapan komisariat  ketika laporan pertanggung jawaban saat kongres/mubes gappembar, ajang dua tahunan ini semakin menjadi hal primordial tidak hanya itu muncullah kembali kubu-kubu di gappembar, penulis menyebutnya taneteisme dan barruisme. Arus pra mubes merupakan harapan baru dalam pergantian pimpinan atau ketua umum dpp gappembar, hari-hari panjang bernama mubes itu selalu di tunggu oleh dua rival besar antara komisariat barru dan koalisinya serta tanete dengan sekutunya.

Disinilah mengapa gappembar dinggap miniatur kabupaten barru, dikarenakan setiap mubes selalu kubu atas dan bawah serta tengah selalu dimunculkan, serta tidak lepas dari campur tangan alumni atau bahkan turut merayakan pesta demokrasi gappembar, sehingga pada dasarnya mubes sebagai ajang perubhan dan konsep jangka panjang gappembar kedepan malah menjadi ajang pertarungan semata, sehingga rekomendasi atau bahkan perubahan konstitusi gappembar yang di aturkan dalam pleneo sidang komisi hanya menjadi seremonial belaka, tak jarang juga ada komisariat yang mengahdirkan pesertanya sebagai ajang proses aktualisasi diri alias kader baru, padadahal mubes adalah perpaduan konsep dalam mengatur tatanan warga gappembar dan gagasan inovasi yang terkadang terlupakan.

Terdapat evaluasi kinerja DPP dan rekomendasi internal dan eksternal gappembar serta rekomendasi kepada pemda. Menjadi hal terlupakan nantinya sehingga pasca mubes pemenang hanya sibuk dengan pengurusan koalisinya, jika demikian ancaman seriusnya adalah ketua umum terpilih bahkan mengurusi pengurusnya, semua tergantung kesepakatan awal, dan tentu tidak sedikit yang merasa di zolimi di gappembar pasca mubes.

Dari penjabaran diatas tentu tradisi buruk tersebut yang entah siapa yang memulainya, sehingga konflik internal senantiasa terjadi di gappembar kapanpun dan dimanapun tentu PR dpp adalah bagaimana merangkum kembali dan mengkampanyekan lagi upaya bersinergi dengan komisariat serta mereka yang kecewa dalam mubes.

CHAPTER VIII
LINGKAR TIGA, EMPAT PAYUNG

Elemen pemuda, pelajar, mahasiswa barru merupakan ujung tombak pembaharuan daerah. Masa depan kabupaten barru semestinya tidak diragukan lagi ketika dipimpin oleh kader gappembar yang punya kemapaman dalam memimpin, cerita ini bermula saat latihan kader dasar gappembar, pernyataan kecil yang selalu bumbu manis dipuncak teoritis instruktur adalah kita semua adalah calon pemimpin dan diperkenalkan lah semua nama-nama alumni gappembar yang dianggap sukses. Sehingga tak sedikit peserta LKD menjadi begitu militan setelah di kader, kita seakan memiliki gappembar dan masuk di rumah ini seutuhnya, tetapi kita sebenarnya lupa ada budaya yang tergilas oleh kader sendiri yaitu adab gappembar termasuk diantaranya follw up perkaderan. Ada budaya yang berkembang di gappembar yakni tidak boleh menerima sertifikat atau lembar kader apabila belum melakukan kajian hingga tiga kali berturut turut.

Dimasa 90an hingga awal 2000an DPP gappembar menurut hasil informasi yang penulis dapat bahwa setiap sekolah di barru memiliki memorandum of understanding (MOU) dengan gappembar untuk mengelolah perkaderan dan pengembangan osis disekolah. Sehingga gappembar semakin dikenal meluas sampai pelosok-pelosok daerah dibarru, gappembar dianggap sukses dan berhasil karena kadernya banyak yang menjadi ketua di organisasii intra sekolah, baik itu osis, pramuka, pmi dan sispala, tradisi itu hingga kini masih berlaku namun agak sulit lagi diterapkan.

Sementara ditingkat mahasiswa kader gappembar didorong mennjadi ketua lembaga bersaing dengan mahasiswa dari daerah lain, dilingkup pemuda sendiri, komite nasional pemuda indonesia (KNPI Barru) selalu menjadii daya tarik utama perjuangan baru kader gappembar sehingga hampir semu OKP Nasional yang bercabang di barru di ketuai oleh kader-kader gappembar.

Pada dasarnya ketika kita kembali mengkaji tujuan utama gappembar tentu rasa sadar atas konsep diri semakin terbangun namun rasa kepemilikan terhadap organisasi ini sangat simpang siur, terkadang perlu waktu yang panjang dalam merumuskan kembali arah gappembar, namun disisi lain organisadi daerah ini sudah sangat dianggap paripurna sebab, semua termaktub dalam konstitusi yakni mengupayakan teteterbinanya masyarakat madani.

Di awal 2018 ketika penulis melakukan sebuah penelitian kami mendapati organisasi daerah barru berkembang pesat setidaknya ada 17 organisasi pemuda mengatas namakan barru, dan hampir semua organda itu didirikan oleh kader-kader gappembar, yang entah apa tujuan besarnya selain menyatukan pemuda barru.

Gappembar sejatinya sudah final tak ada alasan untuk tidak bergappembar selama status kita adalah pemuda pelajar mahasiswa barru, negeri empat payung ini membutuhkan anak muda yang memiliki cita dan asa yang kreatif, pengabdi dan bertanggung jawab yang memenuhi kebutuhan ummat dalam mewujudkan masyarakat yang diridhoi Allah.

Selama lima puluh tiga tahun gappembar, tidak sedikit pengaruh besar yang dihadirkan, bahkan barru ketika tak ada gappembar entah apa yang terjadi dengan daerah ini, diposisi yang lain sebenarnya ada hal penting yang harus di kabarkan kepada semua kader bahwa, mengurusi gappembar tidak semudah yang dibayangkan,  jika mau buktinya silahkan menjadi pengurus, hal positifnya adalah aktualisasi diri digappembar mencerminkan sikap wajah daerah kita, selanjutnya meningkatkan intelektualitas dan terpenting adalah mengajak selurug kader gappembar menjadikan gappembar sebagai ladang amal sesuai asas gappembar yakni asas islam. 

Mohon maaf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun