Mohon tunggu...
SAMSURYADI AL BARRU
SAMSURYADI AL BARRU Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Bercita-cita Naik Kapal Selam

Samsuryadi al barru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persembahan Ke 54 Tahun, GAPPEMBAR, Ideologi, Gerakan Dan Cinta Yang Lahir Dari Anak Muda Berru

23 November 2020   23:10 Diperbarui: 25 November 2020   21:40 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggaran dasar, anggaran rumah tangga, pedoman perkaderan, pedoman keuangan, pedomam keanggotaan, pedoman organisasi dan pedoman lainnya sudah menjadi hafalan ringan dan sudah seharusnya diluar kepala tiap-tiap pengurus DPP gappembar dan ketua-ketua komiariat, sehingga urusan komunikasi disetiap forum-forum internal gappembar, apakah itu muskom atau mubes, sehingga urusan teknis didalamnya bukan lagi persoalan baru, namun yang membuat miris seharusnya hal demikian sudah tak ada lagi, justru adab didalamnya tidak boleh lepas dari pedoman yang termaktub didalam konstitusi.

Beberapa periode gappembar di sibukkan soal internal, sehingga terkadang latah dalam persoalan mengelolah issue, terkadang masih sering timbul konflik komsisariat, yang disebabkan persoalan simple contohnya, silaturahim yang terputus pasca muskom atau mubes, dan seringkali ada campur tangan alumni didalamnya, situasi politik kedareahan juga tidak terlepas dari itu.

Majelis pertimbangan organisasi (MPO) di gappembar adalah dewan senior disetiap komisariat  dan Dpp yang selalu dianggap kurang menampakkan keseriusan dalam memberi stimulus kepada pengurus, padahal seharusnya MPO lah yang wajib memberi apresiasi sehinngga pembinaan dan arahan di komisariat tidak terlepas dari bimbingan MPO, keseriusan lainnya dibutuhkan karena kehadiran MPO bisa memberikan kedamaian di internal apabila terjadi konflik internal misalnya.

Jati diri gappembar tentu semakin menguat tidak hanya besar dilingkungan internal saja, akan tetapi pandangan masyarakat terhadap gappembar tentu semakin memiliki power penting, dan tidak dianggap organisasi musiman. Banyak peran penting terkadang terlupakan di lingkungan gappembar, misalnya pembinaan kader hingga urusan penokohan kader dan dibesarkan di sekolah atau dikampus masing-masing.

Sejarah mencatat kader gappembar yang memiliki status quo mulai membangun disetiap momentum, ada yang berhasil lewat jalur kelembagaan, ada di parlemen, birokrasi, hingga besar dengan caranya sendiri, semua itu tidak terlepas dari peluang yang dibangun hingga hasil pengkaderannya di gappembar. Layaknya kondisi buah yang tak jatuh dari pohonnya, kader gappembar tidak pernah lepas dan lupa dimana dia di bangun. Tak sedikit yang memberikan suplay terhadap gappembar, dan ingin membangun gappembar kembali kemasa kejayaannya, namun konflik tetaplah konflik. selalu disayangkan, karena tak sedikit peluang seperti ini dimanfaatkan oleh kaum seniorisme. Sebuah penggalan status yang penulis rilis ketika usia gappembar 50 tahun.

"Bisakah juga GAPPEMBAR didefinisikan dengan sebuah aksi? Atau sebuah warna? Atau sebuah gaya? Bagi saya, yang masuk dan bergaul di GAPPEMBAR di era 2000an, GAPPEMBAR adalah sebuah anomali.

Kami, yang menjadi saksi atas marak Masuk dan tumbuh menjamurnya organisasi-organisasi puritan dan ideologi radikal pasca reformasi, bisa melihat bagaimana GAPPEMBAR justru merespon fenomena “membanjirnya ideologi” pasca reformasi itu dengan cara yang unik.

GAPPEMBAR tak larut tapi juga tak benar-benar membentengi diri dari gelombang keterbukaan pemikiran pasca membanjirnya ide-ide dan organisasi-organisasi mahasiswa baru pasca runtuhnya orde baru. Di saat wacana eksklusif mendominasi Barru di akhir 98-2000an, sementara di saat yang sama wacana “revivalisme politik ” mulai tumbuh subur di sisi yang lain, GAPPEMBAR terlibat (dan benar-benar terlibat dalam pengertian yang sebenarnya) dengan semua pergulatan wacana itu tapi tak ujug-ujug ikut di satu warna tertentu. Tak seperti di organisasi daerah lainnya, di GAPPEMBAR 2000-an, wajahnya adalah wajah yang tanpa warna, atau lebih tepatnya, sangat kaya warna.

Di GAPPEMBAR, anda bisa temui anak-anak muda barru dengan segala warna dan segala macam tradisi bergelut, berdebat, kadang tak menemukan titik sepakat, tapi tetap bisa tertawa sama-sama.

Bisakah anda membayangkan seorang Arsitek bisa menciptakan puisi romantis lebih romantis dari kisah zainuddin dan hayati seperti yang sering kita nikmati bersama?.

Disudut-sudut Kecamatan anda bisa temui anak-anak GAPPEMBAR yang bercelana cingkrang dan berjidat hitam, sementara di Kecamatan lain, anda bisa dapatkan anak-anak GAPPEMBAR berkaos oblong, dengan jins sobek-sobek, dengan rambut mohawk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun