Di gappembarlah, pertanyaan-pertanyaan remeh temeh hingga pertanyaan besar, dari soal cinta, shalat lima waktu hingga pemilu, diulas dengan berbagai macam pendekatan ideologi, meski sebagian besar pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah selesai.
Gappembar mungkin, adalah wajah barru, dengan segala perdebatannya yang tak tuntas, juga dengan segala cacat dan boroknya. Juga dengan segala oknum-oknumnya.
Namun celakanya, yang kita temui di jalan-jalan yang macet Barru karena demonstrasi, atau yang kita temui di gosip warung kopi yang dipenuhi berita korupsi politik praktis dan sensasi adalah wajah gappembar yang penuh borok, wajah gappembar yang jelas-jelas ada dan tak bisa dipungkiri.
Tapi maukah kita menilai sebuah entitas yang tak satu dan penuh anomali itu dari apa yang kita lihat setengah-setengah dari media sosial yang, jikapun tidak tendensius, setidaknya tidak mampu mewakili wajah gappembar yang plural lagi heterogen itu?
Maukah kita mendefinisikan sebuah gabungan lebih tepatnya kumpulan-anak-anak muda yang sesungguhnya tak pernah satu dan lebih banyak berdebat itu?
Anak muda yang suka kecewa dengan menolak kebijakan dan aturan anggaran dasar dan konstitusi gappembar
Sehingga tanpa malunya membentuk organisasi daerah tandingan.
Atau anak muda yang masih bertahan menjadi perpanjangan tangan dari komisariatnya masing-masing
Well sudah jelas bukan Itu dinamika organisasi yang hanya dihadapi orang-orang tahan banting.
Saya teringat dengan seorang kader gappembar yang selalu memberi support di media sosial.
Meski tak pernah bertemu mungkin terlalu sibuk melayani anak-anak panti yang beliau beri makan & minum setiap hari.
Ada juga senior dikalimantan sedang abdi negara & masih banyak lagi alumni gappembar yang bukan hanya Doktor & Professor. Penjual nasi kuning setiap pagi di RSUD Barru hingga sampai loper koran yang tidak pernah melepaskan diri sebagai seorang cendekia kreatif pengabdi & bertanggung jawab adalah kader GAPPEMBAR.
Kita mungkin menangis ketika melihat saudara kita di gappembar terlilit hutang, disisi lain kita bangga ada kader gappembar menjadi bupati, ada pula menjadi petani yang tiap pengkaderan selalu membawa jagungnya kelokasi LK, Atau si non muslim kita paksakan menerima materi ketauhidan dan masih banyak lainnya.
Jadi, wajah yang manakah yang sebenarnya mewakili wajah gappembar? Wajah anak-anak muda yang gampang marah seperti yang kita lihat di saat sumpah pemuda beberapa hari terakhir? Atau mereka yang menagih janji beasiswa, atau wajah anak-anak muda yang berdiri bersama nelayan-nelayan kecil di pancana saat mereka menuntut keadilan di dprd.
Tentu anda tak bisa menemukan jawabannya di media dan koran yang kita sama-sama tahu mengabdi pada kepentingan siapa."
Well sekali lagi waktu menjadi obat dari segala sesuatunya.
CHAPTER V
Organisasi itu bernama Hipemdab
Himpunan Pelajar Mahasiswa Asal Daerah Barru merupakan nama awal sebutan Gappembar di tahun 1966, momentum ini ditandai dengan lahirnya persatuan dan kerukunan anak muda barru di tahun itu, jejaknya semakin menjauh ketika deklarasi albar dilaksanakan di sumpang binangae di pimpin oleh razak tahebe, membukakan wajah baru pemuda pemudi barru hingga saat ini. Sudah sepatutnya mereka menjadi tokoh pembawa perubahan di kabupaten dati II Barru, tentu arah gerak organisasi di masa itu masih berstatus labil namun penjabarannya tak mungkin kita bahas sedetail di masa itu.