Oleh si security, keduanya diamankan ke lobi. Sementara aku dan Dea mengikuti dari belakang. Gadis cantik ini terus meracau tak jelas.Â
Setibanya di lobi, kedua sahabatku itu terus terlibat perang mulut, sambil sesekali hendak menyerang satu sama lain. Namun, security sigap menahannya.Â
Situasi tak terkendali, akupun memutuskan untuk closing dan mengajak mereka pulang.Â
***
Singkat cerita, kami berempat telah berada di parkiran. Namun, suasana panas Amran dan Yono belum juga reda. Keduanya kembali terlibat perang mulut. Kali ini pasalnya sama-sama ingin mengantarkan Dea pulang. Gadis itu sudah sangat mabuk berat.Â
"Udah ... Udah, jangan ribut mulu. Aku pusing," teriak Dea. Namun, bukannya sadar, Amran dengan Yono malah makin panas dan keduanya kembali terlibat perang mulut lebih besar.Â
"Buuuk ..." tiba-tiba perut Amran dipukul Yono.Â
Tak terima, Amran langsung menyerang Yono. Mereka kembali berkelahi layaknya anak kecil. Bergumul dipelataran parkiran.Â
Dengan sisa-sisa tenaga, aku kembali coba melerai. Percuma, bukannya bisa meredakan suasana, aku malah beberapa kali terjatuh, karena tak sanggup lagi menjaga keseimbangan tubuh. Oleng, jendral.Â
***
Entah setan apa yang merasuki kami malam itu. Hanya karena memperebutkan wanita, mereka sampai harus berkelahi, dan tidak sadar kondisi Dea. Akupun sama, karena terlalu disibukan melerai.Â
"Udaaah, hentikan!. Dea, mana Dea?" teriaku setelah sadar gadis itu tak ada di sekitar kami.Â
Teriakanku rupanya manjur. Amran dan Yono menghentikan pergumulannya. Mereka celingukan. Pandangan mata keduanya menyasar areal parkir, mencari Dea. Yang dimaksud sama sekali tak kelihatan.Â