Kalbar Jadi Incaran Seksi
Setidaknya sepanjang tahun 2019 telah ada kurang lebih 42 perempuan Indonesia yang diadvokasi KBRI di Beijing dalam kasus pengantin pesanan. Dari perkara itu, 36 orang diantaranya sudah dipulangkan.
Sementara data dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mencatat sepanjang tahun 2016 hingga 2019, kurang lebih telah ada kurang lebih 29 wanita yang menjadi korban perdagangan manusia berkedok pengantin pesanan.
Kebanyakan wanita-wanita Indonesia yang menjadi incaran dari mak comblang (agen pengantin pesanan) berasal dari wilayah Kalimantan Barat (Kalbar). Untuk kemudian dinikahkan dengan pria asal Cina.
Alasan dipilihnya Kalimantan Barat sendiri sebagai target karena mayoritas masyarakat setempat berada dalam lingkaran kemiskinan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2019, Kalimantan Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di pulau Kalimantan. Angkanya mencapai 378,41 ribu orang atau 7,49%.
Orang miskin dalam data BPS itu adalah mereka yang pengeluaran per kapitanya kurang dari Rp269 ribu per bulan.
Faktor kemiskinan inilah yang membuat Kalbar terlihat seksi bagi Mak Comblang dalam merekrut wanita-wanita pengantin pesanan.
Selain faktor kemiskinan, faktor budaya juga menjadi hal yang menarik untuk diperhatikan. Mengingat, wilayah Kalimantan Barat mayoritas peranakan cina.
Karena bila berpatokan miskin semata banyak wilayah di Indonesia yang parah lagi. Seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) ataupun Papua. Namun mengapa dua wilayah ini tidak menjadi incaran?
Todd L. Sandel dalam tulisannya, "Brides on Sale: Taiwanese Cross Border Mariages in a Globalizing Asia" mengemukanan konsep dasar alasan munculnya permintaan pengantin pasangan dari para lelaki cina.