"Yon, beneran nih mau nikah. Sudah bisa belum caranya?" ledek Bang Yosi, teman kantorku yang usianya sepuluh tahun lebih tua dariku, dan ia seperti kakaku sendiri
"Maksudnya, bang?" aku belum paham
"Aku punya banyak kaset sama bukunya, kalau kamu mau belajar, Kupinjamkan"
Aku ketawa geli. Ada-ada aja Bang Yosi. Dia pikir aku anak kecil yang polos yang belum tahu apa-apa. Jelas saja aku juga lelaki normal yang berkembang seperti manusia pada umumnya.
"Rencana mau punya anak berapa Yon?" sambar Rafi
"Belum kepikiran, Fi"
"Kalo pertama hati-hati, jangan bikin gak nyaman"ledeknya juga
"Alah kamu tahu apa sih, kamu aja belum nikah" sergahku
Rafi senyum malu.
"Atau jangan-jangan kamu..."
"Enak saja kau, biar gini aku masih original" bantah Rafi soal dugaanku, aku cuma cengengesan. Obrolan khas laki-laki terdengar ngalir dan tak jaim. Bahkan Rina, satu-satunya pegawai perempuan dibagian departemenku nyaman-nyaman saja mendengarnya.