Apa maksudnya? tanda tanya besar menyelinap dibenaku. Aku benar-benar kefikiran dengan omongan Astri, sebenarnya dia kenapa. Namun aku belum berani untuk bertanya terlalu dalam. Karena ia memutuskan untuk bicara segalanya besok, bertatap mata. Bukan Via telephone.
****
Aku berjalan mengikuti langkah Astri. Mataku menatap ke arahnya, kulihat ia nampak lebih murung. Dan sepertinya ada air mata yang menggenang dimatanya. Rasa penasaranku berkecambuk. Aku tidak mampu menerka. Kubiarkan ini mengalir apa adanya. Dan Akhirnya aku bisa duduk tenang disebuah Café, dimana aku mampu berhadapan dengan calon istriku.
"Maafin semua kesalahanku sebelumnya, Yon" ujarnya mengawali pembicaraan
"Maksud kamu?" Aku tidak mengerti
"Maafin kalau aku punya salah. Selama ini kamu baik sekali sama aku. Aku benar-benar bingung mau mengawali pembicaraan dari mana." Astri semakin menangis
"Kamu kenapa harus nangis, sebenarnya ada apa sih? Dari kemarin aku benar-benar bingung, Tri"
Astri menghapus air matanya. Aku hanya menampakan wajah kekesalan. Bagaimana tidak, omongan Astri hanya membuat aku bertanya-tanya dan menduga saja.
"Maafin aku, aku harus membatalkan pernikahan kita"
Kata itu benar-benar menohok jantungku. Bagaimana bisa aku mendengar Atsri bicara seperti itu disaat kondisi seperti ini.
"Kenapa?" aku menetralisir keadaan diri, kulihat gadis itu semakin menangis