Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 6

24 Juli 2023   08:19 Diperbarui: 25 Juli 2023   22:18 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eh..., sebentar Nduk, apa Ndoro Bramantyo itu tahu kalau kamu hamil anaknya?" tanya Ibu Ken Endok.

"Gimana dia bisa tahu Bu?, setelah dia pulang tidak ada kabar apa pun dari dia. Aku sendiri ndak berani tanya-tanya sama Pak Tunggul,"

"Piye ya Nduk? Sebetulnya dia harus tahu, biar tanggung jawab."

"Terakhir bertemu aku, dia hanya bilang kalau akan kembali ke sini lagi paling cepat pas musim tanam setelah panen raya."

"itu masih lama sekali, masih 10 bulan lagi. Kemungkinan jabang bayimu sudah lahir."

"iya Bu, itu juga kalu dia masih ingat sama aku. Kalaupun dia ingat sama aku, apa kita bisa menuntut sama orang besar seperti dia itu?"

Ibu Ken Endok terdiam. Dia sadar betapa jauhnya jarak sosial mereka dengan Bramantyo. Seperti langit dan bumi! Lalu alasan apa yang akan dia sampaikan ke suaminya nanti? Cepat atau lambat, suaminya pasti tahu kehamilan anaknya. Pada titik ini sepertinya Ibu dan Anak itu menghadapi jalan buntu jika Gajah Para menolak untuk berkorban demi Ken Endok.

Ken Endok dengan berat berdiri. Dia melangkah menuju kamarnya untuk berkemas. Air matanya terus menetes. Perlahan dia masukan pakaiannya satu persatu ke dalam koper. Dia berencana untuk meninggalkan segepok uang dari Bramantyo yang belum pernah dia buka dari bungkus plastiknya. Hanya itu yang bisa dia tinggalkan untuk Gajah Para. Hatinya semakin tertekan jika mengingat suaminya dulu dengan iklas menampung seluruh keluarganya di rumah ini. Gajah Para tidak peduli ketika orang-orang mencurigai bahwa pertolongan itu demi memikat ayah dan dirinya. Dia tahu persis, Gajah Para yang pendiam itu tidak melakukan itu. Justru dialah yang awalnya jatuh cinta pada Gajah Para.

Ken Endok cepat-cepat menghapus air matanya ketika mendengar pintu depan dibuka seseorang. Pasti dia Mas Para pikirnya. Inilah saat yang paling dia takutkan tiba. Ken Endok melangkah ke luar dari Kamar bersamaan dengan suara Gajah Para menyapa ibunya. "Oh Ibu sudah sampai," kata Gajah Para sambil mendekati ibu lalu meraih tangan ibunya dan menciumnya dengan takzim. "Sudah lama Bu? Maaf saya tadi harus menyelesaikan dulu perintah Pak Mandor," kata Gajah Para sambil tersenyum.

Ibu Ken Endok tegang menyambut Gajah Para. Dia tahu anak mantunya ini memang benar-benar orang yang baik, selalu ramah dan sangat sopan padanya. "Eh Para sini duduk dulu. Mana tadi Ken Endok...?" kata Ibu Ken Endok sambil mengok ke dalam berbarengan dengan Gajah Para. Mereka berdua melihat Ken Endok berjalan mendekat dengan mata yang terlihat sembab dan rambut yang kurang teratur.

"Dik, kamu sepertinya ko tambah sakit. Nanti ke dokter ya? aku antar...," kata Gajah Para tampak kuatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun