"Aku... aku ham... hamil Bu..., tapi bukan dengan Mas Para..." Ken Endok tak berani menatap ibunya. Kepalanya semakin dalam ia benamkan dalam pangkuan Ibunya sambil masih sesenggukan menangis.
"Duh Gusti! Lha kok bisa begitu gimana to nduk? Terus Gajah Para mengusirmu?"
"Mas Para belum tahu..."
"Coba kamu tenang dulu. Cerita yang urut apa yang terjadi sebenernya."
Mendengar suara ibunya yang penuh kasih sayang itu, Ken Endok pun lalu mengangkat kepalanya dan duduk menempel di samping ibunya. Tangan ibunya tampak melingkari pundaknya seperti seorang pelindung. Tangan yang satu lagi menggemgam erat jemari Ken Endok. Perlakuan ibunya seperti mengalirkan rasa tenang yang dalam ke dalam hati yang gundah gulana. Lalu Ken Endok pun bercerita dari awal dia di suruh memasak oleh Tunggul Ametung, terjadinya hubungan dengan Bramantyo, hingga sampai tadi pagi dia melakukan test kehamilan sendiri.
Sambil masih mengusap-usap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang, Ibunya bicara pelahan, "Kalo Gajah Para ndak tahu, ya kamukan bisa ngomong sama dia kalo kamu hamil anaknya to Nduk? Nggak usah bilang hubunganmu sama Bramantyo itu."
"Itulah Bu masalahnya, Mas Para pasti tahu kalo yang saya kandung bukanlah anaknya. Mas Para belum pernah melakukan itu sama aku..." Ken Endok menunduk dan air matanya menetes lagi.
"Gusti! Jadi Gajah Para belum sembuh dari sakitnya?"
"Belum Ibu...,"
"Waduh..., terus gimana ini Nduk. Bapakmu mesti ngamuk kalo tahu ini." Ibu Ken Endok tampak menunduk seperti merenungi apa yang harus dia lakukan untuk melindungi anak semata wayangnya ini. Dia berpikir bahwa bagaimana pun juga anak yang dikandung Ken Endok adalah cucunya walaupun didapat dari jalan yang salah sebab Gajah Para masih belum bisa dipastikan dapat memberikan cucu. Dia harus melindungi anak dan cucunya itu terutama dari murka Ayah Ken Endok, menjaga dari rasa malu sebab jika terbongkar di masyarakat pasti akan membuat hati Ken Endok terkoyak-koyak selamanya, dan bagian yang tersulit adalah bagaimana bisa mengajak kompromi Gajah Para yang tersakiti.
Sambil menggemgam jemari putrinya, Ibunya berkata, "Kamu sekarang pulanglah dulu, bawa masakan Ibu sebagai alasan buat Gajah Para bahwa aku membuat masakan khusus untuknya jadi kamu harus mengambilnya hari ini. Tetaplah berlaku seperti biasa, besok sore Ibu ke rumahmu saat Gajah Para sudah pulang kerja."